Sesal tak kan ada arti, karena semua tlah terjadi
Kini kau tlah menjalani sisa hidup dengannya
September 2015, Kami sepakat untuk mengakhiri semua yang telah dijalani hampir dua tahun. Sepakat. Sepakat untuk mengakhiri segala masalah dengan berpisah. Selanjutnya menjalani hidup masing-masing. Yang sempat ku tahu, Karla kerap kali mengunjungi berbagai daerah terpencil untuk memberikan program kesehatan gratis dan mengaplikasikan ilmunya selama mengenyam pendidikan bidang kesehatan.
Sisanya aku tidak ingin tahu apa lagi mencari tahu. Aku dengan angkuhnya merasa baik-baik saja dengan segala yang tlah ku pilih. Wisuda dan mencari pekerjaan. Sembari menunggu panggilan kerja, aku iseng membuat Coffee Shop sederhana yang rencananya akan kujadikan tempat terbaik untuk memproduktifkan diri.
Pada saat membuat daftar menu untuk Coffee Shop ini aku tiba-tiba teringat Karla yang tidak pernah absen memesan minuman ini pada saat kami menghabiskan waktu di Coffee Shop. Cappuccino. Ia sejatinya bukan penikmat kopi, ia hanya tahu Cappuccino dan beberapa jenis kopi lain yang tak pernah ia coba. Hanya Cappuccino. Maka segera kuhubungi Diany, sahabat kecilnya yang juga menjadi temanku sampai sekarang.
"Diany tuh kalo buat Cappuccino, enak banget. Kalo yang lain nggak!"
"Kamu kan Cuma bisa minum cappuccino, by makanya kamu bilang ga enak? Weekkk"
Bibirnya manyun. Raut wajahnya mendadak kecut.
Sejak awal ku pesankan pada Diany, jangan pernah memberitahuku soal Karla. Aku benar-benar tidak ingin tahu. Sama sekali. Dan Diany menurutinya sampai kejadian tadi terjadi.
YOU ARE READING
Selamat, Karla!
Short StoryCerita pendek ini muncul secara alami ketika mendengar sebuah lagu dari Sheila On 7. Lagu apa yaaaaa