Arkan Wijaya

464 34 11
                                    

Dava memijat dahinya yang merasa pusing karena suatu hal, penyebabnya tak lain adalah seorang remaja yang kini duduk disofa yang bersebrangan dengannya yang sedari tadi mendengar lagu-lagu kesukaan remaja itu.

"Arkan." Remaja itu tidak mendengar sama sekali.

"Arkan!" Arkan semakin tidak mendengarkan ayahnya itu, memang benar-benar tidak dengar atau hanya pura-pura tidak dengar Dava tak tahu itu, Dava junior yang satu ini memang selalu membuat pusing, melebihi dokumen yang menumpuk di kantornya hari ini.

Rangga--abangnya--melepaskan earphone di telinga Arkan, "Kalo Papa manggil itu nyaut bego, kuping lo ketinggalan digudang ya."

Dava menggeleng-gelengkan kepala, "Rangga!"

"Hehe." Rangga kembali duduk dan melanjutkan menonton channel YouTube favoritnya.

"Arkan." Cowok itu mendongakkan kepalanya.

"Hmmm?" Dava menghela nafas dalam-dalam.

"Bisa hp nya disimpan dulu?" Arkan memutar bola matanya malas.

"Pasti yang ga penting" gumam Arkan namun masih bisa didengar oleh Dava alias papanya.

Dava menoleh dengan cepat, "ini penting Arkan!"

"Ga sopan banget sih lo!" Celetuk Rangga.

"Baiklah baiklah, Arkan ada buat masalah lagi, dad?" Arkan mengambil bantal sofa dan memeluknya.

"Tentang sekolah kamu." Dava melonggarkan dasi yang mencekik lehernya.

"Oh, Arkan mau keluar Pa. Bosen." Arkan menaikkan kaki kanannya dan meletakkan dikaki kiri seperti setengah menyila. Mendengar perkataan dari putra bungsunya itu membuat Dava naik darah.

"Kenapa ga kamu bilang sebelum masuk sekolah, Arkan Wijaya!" Kini Dava tak tahu lagi kemauan anak satunya ini apa, baginya menghadapi Arkan lebih rumit daripada menghadapi Ifa--istrinya--saat ngidam dulu.

"M mama yang maksa, Arkan pindah sekolah ya. Pliss, janji deh nanti Arkan sering-sering bantu Mang Oji bersihin kebun belakang." Dava menghela nafas berat.

"Banyak permintaan, sok banget mau ngebantu Mang Oji, kaus kaki aja udah kayak terasi. Cuci tu nanti!" Rangga tertawa mengejek setelah membuka aib adiknya ini lalu pergi ke dapur mengambil buah-buahan.

Arkan menatap tajam abangnya dan menggantikan ekspresinya memelas.

"Yaudah, nanti kamu mau masuk sekolah mana?" Tanya Dava lembut.

"Mmm, ntar." Arkan mengambil ponselnya dan mencari-cari info yang sudah ia dapat tempo lalu.

"Shi.. Shirley High School, disana ya Pa. Tapi Arkan kali ini mau naik motor sendiri aja, janji deh nggak ugal-ugalan lagi." Arkan meletakkan bantal sofa seperti sedia kala dan mengancungkan kelingking.

"Yaudah, Papa akan bereskan semuanya kalau kamu sudah mencuci kaus kakimu itu." Dava beranjak dari sofa dan pergi me kamarnya.

Arkan berdiri dan lompat-lompat seperti sedang menonton konser Ed Sheeran. Dia sangat senang.

"Nih, salad buah ala Rangga." Rangga menghampiri Arkan yang mulai menghentikan aktifitasnya.

"Milk? Ada nggak?"Rangga mengangguk, "gue mau tapi tunggu dulu jangan dihabisi."

Arkan bergegas pergi ke kamarnya dan mengambil kaus kaki yang berantakan di sudut kamar.

"Kan Papa ga ada bilang semuanya, jadi kalo satu ga pa-pa kan." Arkan tersenyum miring dan menuruni tangga dengan cepat lalu menuju ke dapur.

"Bi Inem, bik?" Ucap Arkan berkali-kali, dia mengecek di kakus tidak ada, di kamarnya juga tidak ada.

Tiba-tiba datanglah suara keras dari arah pintu belakang, yah Bi Inem mungkin baru saja menghampiri Mang Oji-suaminya- yang sedang menyiram tanaman di halaman belakang. "Iya den!"

Arkan langsung menutup bibir 'bibi' itu dengan jari telunjuk yang mengisyaratkan agar Bi Inem tidak bising.

Arkan menggaruk-garuk kepalanya dengan tangan kiri dan menyerahkan kaus kaki yang tidak bisa dikatakan putih dengan tangan yang satu, "ini Bi Inem cuci ya, sampek bersih sama wangi. Tapi jangan bilang kalo Bibi yang nyuci, bilang aja Arkan yang nyuci oke! Ntar Arkan beliin paket kuota deh, bebas Bibi mau berapa Gb, oke?"

Mendengar mendapat paket kuota Bi Inem mengambil kaus kaki Arkan, yang sebelumnya Bi Inem tidak mahu untuk mencuci kaus kaki busuk itu.

Bi Inem mengangguk dan mengancungkan ibu jari di jari tangan kanannya.

To be continue...

Arkan ganteng-ganteng jorok juga ternyata 😹

Yang di mulmed itu Arkan ya gengs. Gimana visual Arkan pas nggak? Itu sih menurut aku, menurut kalian yah suka hati kalian mau bayanginnya gimana, aku menerima dengan lapang dada.

Salam manja dari Alya yang lagi dibawah selimut tetangga, wkwk. Just kidding.

Aku, Azka & DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang