Bukan kah malam ini begitu berisik? Maksudnya, suara itu membuat alunan kesunyian malam menjadi lengkap. Sebuah teriakan, harapan, permohonan, dan penyesalan. Gadis itu, Eliver merasa ada yang kurang. Ia harus mengabadikan ini bukan?Keadaan musuhnya.
Mungkin hanya untuk dikirim ke orang tua lelaki busuk itu saja. Eliver tidak jahat kok. Malah ia termasuk baik hati karna masih mau mengabadikan momen terakhir Putra mereka yang mati, betul? Harus betul.
"Mari kita bersenang-senang, sayang."
Eliver mengeluarkan ponsel seseorang yang sudah ia curi. Ia memotret seorang lelaki yang sudah tak pantas dikatakan baik sebenarnya. Keadaannya mengenaskan, dengan satu matanya yang menghilang dan jari-jari kaki maupun tangannya sudah tak tahu dimana. Dengan senyuman yang manis (sebenarnya disayat) seperti Joker dia sudah tampak sempurna untuk diabadikan.
"Tersenyum sayang!"
Satu jepretan foto berhasil ditangkap. Ia lalu menatap musuhnya yang sudah terkulai lemas tak berdaya walau ia tahu lelaki itu masih hidup. "Tokkhongg..". Senyuman Eliver mengembang.
"Suara yang bagus. Cocok untuk ikut kelas bernyanyi. Baiklah ini bernyanyilah." Eliver menekan tombol rekam.
"Tokkhongg.. to.. kkhong.. aku.. khumohon.." pintanya. Eliver segera mematikan rekaman.
"Baiklah, saatnya mengerjakan PR. Aku akan menyudahi acara bermain yang menyenangkan ini." perempuan berhoodie itu melepas Hoodie putih polosnya. "Bahkan darahmu sama sekali tak mengotori Hoodie ku." Eliver menarik kembali pisau yang masih tertancap di kaki lelaki tadi dan langsung menusukkannya ke tenggorokan lelaki itu. Perlahan ia sayat dan tekan hingga kepala orang yang ia benci itu jatuh menggelinding.
"Game over." Ia melepas Hoodienya dan ia sampirkan ke tubuh tak berkepala itu.
"Nanti kau kedinginan."
Eliver berbalik membelakangi mayat itu sambil tersenyum senang. Bahkan ini baru permulaan. Bukankah mengesankan?
Awal yang baik untuk sebuah cerita bukan?
Fuck you.
-------
Salam cinta dari
Karin :O
KAMU SEDANG MEMBACA
Insanity Of Girl
Mystère / Thriller"Tak ada untungnya kau peduli padaku. Bukankah kau selalu mencari keuntungan di setiap situasi, pshyco?" "Setidaknya seseorang yang kau sebut pshyco ini telah peduli padamu." balasnya yang kemudian turun dari wastafel. "Benar kan? Coba tanya pada...