"Lariiiiiiii. . . ."
Teriak si udin keras dari luar ladang tebu.
"Mbah baidi membawa celuritnya .!!"
Suasana tiba-tiba mencekam dengan detak jantung berdecap 10kali lipat dari decap biasanya. Tanpa berfikir dua kali mereka berlari menuju keluar ladang dengan arah berlawanan dari sang mandor mbah baidi. Tergopoh-gopoh menyusuri sekat-sekat ladang tebu dengan tanah yang curam, tak perduli kulit, telapak kaki, bahkan seluruh anggota badan tergores daun tebu yang kering dan tajam, yang paling penting tak tertangkap oleh sang mandor tebu."Hah hah hah hah . ." Dengan napas tersengal sengal yetno mengajak berhenti.
"Stop!! Aku capek!! Toh sudah jauh juga kita berlari ? Mana si udin ? Jangan jangan kita di bohongi lagi ?
"Aseem!!!!" Nada kesal khas orang jawa. "Sendalku ketinggalan tengah ladang !! Djangkrik". Dengan nada sedikit kesal dan kecewa.
"Hey !!!" Teriak si udin dari kejauhan memanggil teman temannya, dan melambai tangan meminta agar temannya mendekat ke udin.
Tanpa pikir panjang merekapun mendekat ketempat si udin. "Tebunya mana?" Udin bertanya pada teman-temannya meminta jatah tebu karna memang tugasnya jadi satpam ketika yang lain mencuri tebu. " jatah apa ?!! Ambil saja belum kau sudah teriak-teriak, ya kita lari lah" sahut heru dengan nada ketawa. "Sandal ku lho masih di dalem!! Tebu gak dapet sendal melayang !!" Kata si salim, "hhahahahahaahah" secara bersamaan mereka tertawa.Bersambung. . .
