'Aku membeku, bukan karena suhu. Tetapi karena mendengarmu menyuarakan isi hati untuk kekasih barumu'
-Samanta Ferrylia-🌸🌸🌸🌸🌸
"Ada perlu apa kau mengajak saya kesini?"
Aku menatap datar seseorang dihadapanku yang sedang asik memotong kecil kue lalu dimasukkan ke dalam mulutnya. Menikmatinya dengan mata tertutup.
"Wahhh... ini sangat lezat. Kau tahu, kuenya hancur begitu saja saat berada dilidahku. Lembut, rasanya juga ringan, tidak terlalu manis dan tidak hambar. Krimnya juga tidak seperti krim lainnya...." Ucapnya dengan mata berbinar.
"Hmm... Kamu harus mencicipinya ta. Ini benar - benar.... Ohh Godd ... bahkan aku ngga tau bagaimana menungkapkannya. Intinya dua jempol untuk kue ini."
Bukannya menjawab, dia malah mengomentatori kue didepannya. Kembali melakukan hal yang sama dengan kue yang berbeda. Sedangkan aku hanya duduk tegak tanpa ingin menyentuh pesanan yang ia pesan untukku.
Disinilah aku berada. Di sebuah caffe yang terletak dipinggir jalan, bisa dibilang jaraknya lumayan jauh dari tempatku bekerja.
Caffe bernama Santai Caffe ini hanya menyediakan berbagaimacam kue juga kopi. Sama seperti namanya, Tempat ini bersih juga nyaman, sangat cocok untuk bersantai ria melepas penat.
Berdinding kaca, dan tidak bersekat, juga terdapat beberapa pohon yang sepertinya sengaja diletakan disisi - sisi ruangan, menambah kesan sejuk nan asri.
Aku menyipit, berusaha mengingat kehadiran Caffe dijalan yang biasa aku lewati jika berangkat bekerja. Tapi mihil. Bukannya teringat, pusing yang sejak tadi hinggap semakin bertambah.
"Caffe ini baru buka tiga hari yang lalu. Kata temanku, kue disini sangat lezat. Otomatis aku jadi penasaran, ingin datang untuk membuktikan sendiri. Dan benar. It's so delicious. Belum pernah aku memakan kue selezat ini." cerocosnya seolah menjawab pertanyaan - pertanyaan yang sedari tadi hadir dibenakku.
Ia menghela nafas, "Aku menyesal baru datang hari ini. Dari kemarin lusa, aku mengajak Daren untuk menemani, tapi ditolaknya dengan alasan banyak pemotretan yang harus diselesaikan. Sampai aku bingung, sebenarnya aku ini penting untuknya atau nggak."
Dia menunduk dan mengaduk asal cangkir didepannya. Dari sini bisa ku tebak, bahwa ia kecewa atas jawaban Daren yang lebih memilih pekerjaannya daripada menemani sang pujaan hati.
Senyum miris terbit dibibirku. Ternyata Daren tidak berubah. Daren akan mengomel jika ada yang menganggu kegiatan kesukaannya.
Dari dulu sampai sekarang, camera selalu menjadi nomor satu setelah kejadian yang membuatnya harus merelakan impiannya.
Aku membuang pandangan, memperhatikan kendaraan yang hilir mudik tiada henti.
Menyesal. Kata Itulah yang selalu menghantuiku sampai detik ini. Ingin sekali aku menebusnya tapi tetap saja, itu takkan mengembalikan cita - cita yang sengaja dipendamnya.
"Maaf. Jika tidak ada yang ingin kau bicarakan, saya undur diri. Ada banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan."
Kegiatannya terhenti seketika, memandangku dengan kecewa.
"Tidak bisakah kamu menemaniku? Jujur, aku kesepian. Mereka semua menyuruhku untuk tetap dirumah. Bahkan tidak mengizinkanku turun tangan mempersiapkan pernikahanku sendiri. dalam hati aku bertanya sebenarnya siapa sih yang menikah, aku atau mereka. Dan jangan berkata terlalu formal, aku ngga nyaman."

KAMU SEDANG MEMBACA
For You [HIATUS]
Teen FictionBagaimana rasanya jika pekerjaanmu berbading terbalik dengan ketakutanmu? Bagaimana rasanya jika pekerjaanmu membuatmu bertemu dengannya kembali? Bagaimana rasanya jika dia kembali dengan wanita pilihannya dan memintamu membantunya menyiapkan pernik...