Clara berdiri di depan gerbang sekolah, ia masih terus menghubungi kakaknya tetapi belum juga menerima jawaban, hingga ia tak menyadari bahwa ada seseorang yang sejak tadi mengamatinya dibalik jendela mobilnya.
Clara memutuskan untuk berjalan menuju halte bus ketimbang berlama-lama du depan gerbang sekolah dan menjadi pusat perhatian orang-orang. Ia bertujuan untuk pulang dengan menaiki bus.
Kemudian terdengar suara klakson dari belakangnya, tetapi Clara tidaj menoleh sedikitpun, kembali terdengar suara klakson. Ia merasa tidak menghalangi jalan siapapun. Tetapi tetap saja mobil dibelakangnya terus mengklakson. Membuat Clara menoleh dengan terpaksa, mobil itu sedikit maju hingga mereka sejajar.
Pemilik mobil itu menurunkan jendela mobilnya, dan terlihat seseorang yang sangat tampan memakai seragam yang sama dengannya dan memakai kaca mata hitam seakan mencegah siapapun untuk menatap matanya.
Ia langsung dapat mengenalinya, Bintang lagi..
Hari ini Clara selalu saja bertemu dengan Bintang, entah di kantin, di tangga, di kelas, bahkan sekarang dijalanpun ia masih saja bertemu dengan Bintang. Lelaki itu seperti ada diseluruh penjuru bumi.
"Sendirian aja? Ngga takut diapa-apain orang? Pulang bareng gue aja dan gue pastiin keselamatan lo terjamin" ajaknya
Clara tersenyum, "makasih tapi gue bisa pulang sendiri kok"
"Sebagai lelaki yang baik, tampan dan bertanggung jawab gue ngga bisa ninggalin seorang wanita gitu aja. Ayolah jangan buat gue kelihatan jahat"
"Yaudah deh" dan seketika Bintang tersenyum, ia segera keluar dari mobilnya dan membukakan pintu untuk Clara.
"Keputusan yang tepat"
Kemudian mobil itu melaju dengan kecepatan rata-rata. Sepanjang jalan Clara hanya terdiam sibuk dengan pikirannya sendiri, sedangkan Bintang berusaha menebak apa yang sedang Clara pikirkan.
Hingga sampai dirumah Clara, suasana masih dalam keadaan hening, "makasih ya Bintang, mau mampir dulu?"
"Kayanya gue langsung pulang aja, soalnya ada janji sama teman"
"Oh, yaudah" Clara ingin membuka pintu mobil tetapi Bintang menghentikannya.
"Besok ke sekolah bareng gue ya. Gue ngga terima penolakan" itu tidak terdengar seperti penawaran, tetapi lebih ke perintah.
Mau tak mau Clara mengiyakan, "sekali lagi makasih ya Bintan, hati-hati dijalan"
Clara melambaikan tangannya, Bintang-pun tersenyum dan melambaikan tangannya juga.***
Clara menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Ia terlalu lelah untuk melakukan sesuatu, bahkan baju seragam masih melekat ditubuhnya.
Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka, "Ra, maaf tadi kakak ngga bisa jemput kamu. Kakak ada rapat mendadak"
"Gapapa kok kak, besok kak Stev juga ngga perlu antarin Rara"
"Kamu marah sama kakak, Ra?" Tanya Steven sambil menghampiri adiknya.
Clara mengubah posisinya menjadi duduk dan menatap Steven sambil tersenyum, "Rara ngga marah sama kak Stev. Tadi Rara diantar pulang sama teman, dan dia minta besok Rara ke sekolah bareng dia"
"Oh begitu, yaudah kakak keluar dulu ya"
Clara mengangguk dan Steven beranjak meninggalkan kamar.
Clara segera mengambil laptopnya dan mengetik sebuah cerita. Jika anak remaja pada umumnya akan bercerita di media sosial berbeda halnya dengan Clara. Ia selalu bercerita dilaptopnya, mengetik apapun yang terjadi disetiap harinya.
Laptop itu adalah pemberian dari orang tuanya. Baginya ketika ia bercerita di sana, ia merasa seperti sedang berbagi cerita dengan orang tuanya.
Tak lama kemudian masuklah email dari orang yang tidak ia kenali, pesannya berisi,
Hai Clara,
Lo datang ke tempat yang salah dan sudah terlambat untuk lo pergi. Maka, tetaplah tinggal.Clara berusaha memahami setiap kalimatnya, tetapi ia sama sekali tidak mengerti apa sebenarnya maksud dari pesan ini dan siapakah pengirimnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sterne
Romance"Jika manusia di bumi ini bisa memilih, percayalah tidak akan ada yang memilih kehancuran. Tetapi nyatanya kehancuran selalu menghampiri siapa saja"