TDP : Sambutan ala ala teman baru

19 7 4
                                    



Kita diciptakan untuk ditakdirkan karena tuhan tidak akan pernah menciptakan tanpa takdir.

***

Impiannya selain menjadi penyanyi ia juga ingin menjadi polwan seperti teteh teteh cantik berambut pendek itu, tapi sekarang Rain menyadari jika menjadi polwan bukanlah impian yang sebenarnya.

Tangan kanannya menyatu dengan alisnya melihat kearah bendera, berpose ala ala teteh teteh cantik itu. Hormat bendera maksudnya, sedangkan tangan kirinya sibuk mengelap keringat didahinya kakinya tidak bisa diam karena tidak tahan berdiri lama lama.

Jika saja sedang upacara ia pasti dengan mudahnya berjongkok atau pergi ke UKS pura pura sakit tapi sekarang situasinya berbada, guru itu tidak pernah melirik objek lain sedetik pun, selain kearah dirinya dan cowok bermata biru laut itu.

Rain diam diam melirik cowok itu yang terlihat santai seolah hal itu adalah hal yang sudah biasa, tetapi sekali lagi Rain terpaku melihat mata biru laut yang terkena sinar matahari membuatnya lebih hidup.

Ditambah kulit putih bersihnya yang seperti bukan kulit orang Indonesia dan tinggi badan cowok itu membuat Rain iri karena dirinya memiliki tinggi badan yang lumayan pendek.

Rain menggeleng gelengkan kepalanya ketika ia kembali memikirkan cowok itu karena permasalahannya ia benar benar terpesona dengan mata itu jika diizinkan ia akan meminta cowok itu bertukar dengan matanya pikirnya.

Karena pikirannya terpenuhi oleh cowok yang Rain tidak ketahui namanya bel istirahat terdengar nyaring dipenjuru sekolah membuatnya seluruh siswa siswi berhamburan keluar dari kelas, namun sebagian besar siswi memilih diam dikoridor atau disisi lapangan dengan kedua matanya mengarah objek yang tengah berdiri di lapangan dengan kedua tangan menghormat bendera.

Kenapa semua orang melihat kearahnya?

Tidak tidak bukan kearahnya mungkin cowok disampingnya, jelas saja objek yang satu ini mana mungkin dilewatkan dengan mata biru yang jarang ditemui dimata orang Indonesia karena hampir semua penduduk Indonesia bermata hitam atau coklat seperti dirinya. Dengan ditambah wajar rupawan antara ganteng dan cantik.

"Hukumannya selesai, kamu kembali kekelas dan ingat jangan terlambat lagi," ujar guru bertubuh gembal itu sambil menunjuk Rain dengan tongkat kayunya membuat Rain tanpa sadar menahan napas.

"Dan kamu Bhumi, ikut ibu keruang BP kamu sering terlambat dan membuat onar ibu sudah memperingatkan kamu, tapi kamu malah mengulanginya, cepat."

Rain membuka mulutnya, jadi cowok bermata biru itu langganan ruang BP atau cowok biang rusuh disekolah atau cowok bermasalah. Tanpa sadar Rain melangkahkan kakinya mundur cukup disini ia mengagumi cowok itu bisa saja ia akan terseret dengan masalah cowok itu jika Rain berdekatan dengan cowok itu.

Ketika cowok yang bernama Bhumi itu melenggang pergi bersama ibu Santi, Rain berlari menuju kelasnya dengan nafas terengah engah karena berlari juga bukanlah keahliannya.

Karena jam istirahat kelas 2 IPA 4 lumayan sepi karena sebagian memilih kekantin untuk mengisi perut mereka, jangan tanyakan kenapa Rain mamilih kelas IPA tentu saja atas paksaan Mamanya juga atas komporan sepupunya, Kenia.

Padahal Rain menginginkan masuk kelas Bahasa, tapi apalah daya ia tidak berani melawan Mamanya jika itu terjadi maka Papanya akan memarahinya habis habisan dan Rain tidak mau itu terjadi bisa bisa Rain akan dicap sebagai anak pembangkang.

Saat kakinya melenggang masuk kelas kedua teman barunya melihatnya dengan heran, "Rai kenapa lo? Maksudnya kenapa baru datang sekarang?" tanya Kasih dengan heran, sesuai dengan namanya Kasih ia memberikan sebotol air mineral kepada Rain yang terlihat lesu.

"Iya kenapa lo? Telatkan terus lo dihukum sama bugembul itu." Rain terkekeh mendengar kata 'bugembul' yang keluar dari mulut Jihan. Menurutnya sangat lucu ketika diucapkan oleh Jihan.

"Ihh ditanya malah ketawa,"

"Udah jangan ditanya dulu kasian dia masih cape." ujar Kasih sambil menenangkan Rain. Rain mengangguk anggukan tanda setuju.

"Tapi ngomong ngomong kembaran lo mana si Bihun?" tanya Rain heran ketika hanya melihat kedua temannya, Jihan menepuk jidatnya.

"Astaga lo kalo nyebutin nama orang yang bener dong." marahnya Jihan membuat Rain mencubit pipi gembul Jihan sedangkan siempunya cemberut dengan memaksa melepaskan tangan Rain dari pipinya.

"Ngak apa apa dong itu nama panggilan sayang gue buat kalian yang terlihat gemesin, Bihan dan Bihun."

"Lo kira kita mie apa?" Rain dan Kasih tertawa terbahak bahak mendengar perkataan Jihan, Rain bahkan sampai memegang perutnya.

Tidak lama cowok yang dibicarakan melenggang masuk membawa dua roti dan dua air mineral ditangan kanan kirinya dengan langkah terburu buru, "Hujan, hujan..."

Ketiga cewek itu mengerutkan keningnya heran, kembarannya langsung menggeplak kepala cowok itu ketika sampai dihadapan mereka dengan kasih sayang cowok itu meringis kesakitan.

"Lo kenapasih mukul gue, sakit tau kalau gegar otak gimana?" cerocos cowok itu.

"Lo yang kenapa, kalo hujan ya biasa aja kenapa heboh gini." omel Jihan, sedangkan Jihun memicingkan matanya.

"Ko hujan, kan udah berhenti hujannya. Lagian terang menderang gini hujan yang benar aja,"

"Lo yang bilang tadi, bego ko dipelihara."

"Lo yang bego dipelihara siapa juga lagi hujan orang gue manggil ni orang," tunjuknya kepada Rain. "Nama gue Rain bukan hujan. Bihun!!"

"Sama nama gue juga bukan Bihun tapi Jihun, Hujaaan!!!"

Keduanya saling adu tatap siapa yang paling tajam itu yang menang dan siapa yang mengalihkan tatapan itu yang kalah, jika saja ini adalah permainan tapi nyatanya mereka sedang adu permusuhan.

"Udah udah kok jadi tatapan tatapan gini nanti cinta kan berabe," ucap Kasih dengan polosnya.

"Najis!!"

"Najis!" serempak Rain dan Jihun.

"Udah udah, lo lagian Jihun ngapain teriak teriak sih?"

"Gini ya, lo telatkan?" Rain mengangguk, "Lo telat bareng Bhumi." Itu bukan pertanyaan tapi pernyataan, Rain mengedikan bahunya.

"Nggak tau."

"Kok nggak tau, lo kan yang telat."

"Mungkin."

"Aishh" ketiga temannya menggeram ketika mendengar jawaban Rain yang tidak akurat.

Mendengar nama Bhumi ia jadi teringat dengan cowok itu, ternyata namanya Bhumi, kemudian ia kembali teringat dengan mata biru seindah laut itu. Mana ada mata yang seindah itu, sepertinya Rain mengagumi lagi mata biru itu.  

***

(Rainneta Lestari)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Rainneta Lestari)

Sampai jumpa lagi dari KekasihRindu...

The dark PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang