TDP : Misteri

16 3 0
                                    

A boy with all the mysteries of his life
***

Setelah membersihkan luka diwajah Bhumi yang mengeluarkan darah, Rain merogoh kantong jaketnya mengambil plester luka kemudian menutup luka dipipi dan juga didekat ujung mata Bhumi.

Dilihat dari luka lembab didaerah wajah serta ujung bibirnya robek jelas saja ini baru saja dipukuli.

Rain menjauhkan dirinya kemudian membereskan sisa sampah kantung plester dan membuang ketempat sampah yang berada tidak jauh darinya. Rain melipat kembali saputangannya.

Setelah dirasa tidak ada yang dibutuhkan lagi ia membantu Bhumi berdiri dan membawa kesebuah kursi dipinggir jalan itu. Rain menyenderkan tubuhnya pada punggung kursi.

Diperhatikannya sosok Bhumi yang memegangi wajahnya dengan kepala menunduk dan tangan bergetar, sesekali meringis kesakitan. Bahkan dengan banyak luka Rain masih bisa melihat sisi polos dan rapuh diwajah Bhumi.

Memang tidak baik menilai orang dari luarnya saja tapi Rain seolah masih tidak percaya apa yang dilihatnya beberapa menit lalu. Segerombolan orang menyerang untuk satu orang dan parahnya lagi orang-orang itu tidak sebanding dengan tubuh Bhumi tentu saja cowok itu kalah dan berakhir babak belur.

"Lo kenapa bisa dikeroyok gitu?" dilihatnya Bhumi menolehkan kepalanya dengan kedua sudut bibir mencoba untuk melengkung menciptakan senyuman dengan bibir bergetar.

"Nggak tau tiba-tiba aja mereka nyerang gue," Rain memicingkan matanya merasa tidak percaya.

"Gue nggak percaya masa?"

Bhumi terkekeh pelan kemudian menatap Rain dengan mata birunya, "bener, gue nggak bohong."

Rain mengedikan bahunya, "siapa tau."

Rain menatap sekeliling yang tampak mulai menggelap saat matanya kearah jalanan menuju rumahnya mata Rain melotot ngeri.

Ia mempertajam matanya dan mengerjapkan matanya untuk memperjelas penglihatannya bahwa perempuan yang sedang memainkan gadget dan berjalan kearahnya adalah Kenia.

Mampus!

Gimana ini?!

Rain menggaruk kepalanya dan menggigit kukunya hal yang selalu ia lakukan ketika panik. Kemudian ia berdiri membuat Bhumi menatapnya heran akan tingah Rain yang mendadak panik.

"Lo kenapa?" tanya Bhumi heran.

"Gimana ini?"

"Gimana apanya?"

"Itu," sebelum tertangkap basah oleh Kenia karena bersama seorang cowok dan bisa dipastikan Kenia akan mengadu kepada orang tuannya. Rain menarik lengan cowok itu membawanya kebalik pohon.

Rain membekap mulut cowok itu ketika mengekuarkan ringisan dan tepat saat itupula Kenia melewatinya.

Syukurlah!

Rain menghembuskan nafas lega kemudian menjauhkan dari Bhumi karena posisi mereka sangat tidak nyaman jika dilihat orang lain namun Bhumi kembali menariknya lagi dan bergumam, "hitungan ketiga lo harus lari."

"Kenapa harus lari?"

"Satu,"

"Kenapa dulu?!"

"Dua..."

"Bhumi..."

Didepannya Bhumi menghembuslan nafasnya gusar dan kemudian tiba-tiba cowok itu menegang melihat arah belakangnya. Rain yang penasaran apa yang membuat tubuh Bhumi kaku menoleh kebelakang sebelum cowok itu menariknya berlari, sekilas ia melihat segerombolan tadi yang menyerang Bhumi.

Dengan susah payah Rain mengimbagi langkah Bhumi yang baginya dua langkah. Sungguh tidak adil!

Entah sudah berapa lama mereka berlari ketika Bhumi menghentikan langkahnya diikuti Rain dengan nafas terengah-engah. Percayalah saat Rain menatap wajah Bhumi ia meringis melihat wajah Bhumi yang memerah ditambah lukanya yang belum kering itu.

Bhumi menarik tubuhnya bersandar pada pohon yang sebelumnya melepaskan genggaman tangannya dari pergelangan tangan cewek itu.

"Kenapa lo nekat?"

"Apa?" Rain menggaruk dahinya.

"Kenapa lo nekat teriak tadi, kenapa nggak lari nyelamatin diri lo. Itu bahaya."

"Awalnya sih gitu tapi mulut gue yang nggak bisa diajak kompromi disaat didepan mata gue sendiri ada yang tawuran."

Bhumi menahan nyeri diwajahnya akibat terkekeh, "itu bukan tawuran dan lo nggak takut?"

Rain terdiam beberapa saat. Benar Rain takut saat itu. Melihat segerombolan orang sedang memukuli. Rain rasanya ingin lari tapi ia hanya tahu satu jalan saja dan entah bagaimana ia bisa berteriak seperti itu.

Rain ikut menyenderkan tubuhnya dipohon samping Bhumi sambil menatap lurus kedepan, "enggak tau."

Bhumi yang disebelahnya menatap Rain dari samping dengan tatapan tak terbaca.

Rain tiba-tiba menegakan tubuhnya, menatap sekeliling sambil menggaruk kepalanya, "ini bukannya daerah rumah gue?" gumamnya.

Cowok disampingnya yang menatap Rain dan beralih menatap kesekelilingnya.

"Rumah lo?"

Rain mengangguk.

"Bagus deh,"

Rain menoleh, menatap Bhumi dengan dahi mengkerut. "Kenapa?"

"Karena lo udah aman."

Bhumi berjongkok didepan Rain. Refleks Rain mundur selangkah dan Bhumi mendongkakan kepalanya.

"Mau apa?" tanya Rain terkejut.

Dirogoh jaketnya, Bhumi mengeluarkan sebuah gelang kaki perak.

"Boleh nitip ini dikaki lo?"

"Kenapa harus gue?"

"Karena cuma lo yang gue percaya."

"Mana ada ketemu aja baru-baru." Bhumi tersenyum walau kaku akibat lukanya yang masih nyeri.

"Kemaren-kemaren gimana?"

Saat akan membuka mulutnya untuk menjawab lagi, Bhumi terlebih dahulu memasangkan gelang itu kekakinya kemudian cowok itu berdiri.

"Masuk gih. Bahaya kalo lama-lama diluat apalagi sama gue,"

"terus lo gimana?"

"Nggak gimana-mana." Rain mendesis membuat cowok itu terkekeh kembali.

"Gue pulang."

"Kerumah?"

Bhumi mengangguk.

"Masuk gih gue liatin," Rain mengangguk dan tersenyum, hal itu yang membuat Bhumi menatap Rain lekat, "makasih." ujar Bhumi.

"Harusnya gue yang bilang makasih sama lo," ujar Bhumi geli.

Rain mengangguk sambil tersenyum manis.

"Gue masuk." kemudian Rain mengayunkan kakinya kerumahnya sambil menenteng kantong kreseknya dengan dibelakang ada Bhumi yang masih memperhatikannya.

***

Hufttt (ngelap keringet)


Hao hai haii...

Balik lagi nih setelah menghiang entah kemana ini heheee...
S

o, I'am sorry guyssss...

Salam dari KekasihRindu yang semakin merindukannya ini. Apassihh...

(Kenia Andriana)


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The dark PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang