• Cvb-Satu •

82 12 9
                                    

Suara jangkrik terdengar menusuk telinga seorang cewek yang tengah duduk disebuah bangku. Membuat ia merasa risih karena baru kali ini ia bermalam di sebuah desa. Sangat jauh berbeda dengan kota, di desa hanya diselimuti bunyi jangkrik dan kodok kawin. Di teras asrama, cewek itu meratapi kesialan nasibnya hari ini. Dimulai saat bertemu seorang cowok gila, dan pertemuannya tadi membuatnya berada di sebuah pesantren kecil di desa yang tidak diketahuinya.

Dia adalah Camelia Nirmalaa Kayrani, cewek kota yang tersesat dan ditinggal oleh rombongan sekolah saat piknik. Sebelumnya ia meminta tanggung jawab cowok gila itu untuk memberinya tempat tinggal. Namun, cowok gila itu malah mengantarnya ke asrama pesantren yang ada di desa. Sangat memalukan saat dirinya dibawa cowok gila ke pondok pesantren karena waktu memasuki pondok, semua orang yang melihat Camelia menutup mata sambil mengucap “Astaghfirullah” dan beberapa dari santri bahkan sempat teriak. “Woi! Lo bawa artis dangdutan ke sini?” Camelia merasa malu dan berniat untuk meninggalkan desa secepatnya.

“Mbak nggak shalat Isya'?”seorang santriwati yang sekamar dengannya menyapa menyuruhnya shalat Isya'.

“Eh iya, Dek. Mukenah saya nggak ada." sebelumnya Camelia sangat jarang shalat. Yang ada di ranselnya juga cuma peralatan make up.

“Mbak bisa memakai mukenah saya yang satunya lagi, Mbak.” dengan senyum ramah santri wati yang masih kecil itu menyerukan Camelia untuk menunaikan shalat berjamaah di masjid.

“Shalatnya di masjid sana, Mbak.” Santri kecil itu menunjuk ke arah masjid yang tampak banyak orang menuju ke masjid.

Camelia tidak tertarik dengan shalat, tapi saat melihat seorang pria berpeci yang tampak bersinar di matanya. Bukan karena pecinya, tapi karena ketampanan pria yang dilihatnya itu, bukan hanya satu orang, namun ia melihat banyak cowok tampan yang menuju masjid, yang tampaknya adalah ustadz di pesantren.

“Dek, mukenah kamu di mana?” tiba-tiba Camelia bersemangat untuk melakukan shalat ke masjid.

Santri kecil itu mengambil mukenahnya yang satu lagi dari dalam lemari dan diberikan untuknya. Camelia sangat bersemangat berjalan menuju masjid karena tidak sabar melihat ustadz yang ganteng-ganteng.

***

Camelia yang memang jarang sholat atau bisa dibilang tidak pernah tengah berdiri di depan tempat wudhu dengan raut wajah bingung. Pasalnya ia belum tahu tata cara wudhu dan shalat. Ketika beberapa santri melihatnya dengan bingung, ia langsung menyalakan kran air dan membasuh wajah serta kakinya saja asal terkena air dan basah. Beberapa santri juga sempet berbisik saat melihat Camelia wudhu dengan sembarangan.

"Itu anak siapa sih? Siapa juga yang membawanya ke sini?"

"Mana aku tau, sepertinya anak Pak Ustadz yang terkenal berandalan itu. Aku juga taunya tadi sore."

Kedua santri itu mengedikkan bahu dan berjalan memasuki masjid. Camelia yang mendengar menggertakkan gigi, ia ingin menampar mulut cewek sok alim itu. Jika lama-lama di tempat ini, ia bisa migren tiap hari.
Acara shalat Isya' sudah dilaksanakan meski Camelia hanya jungkir balik tidak karuan, bahkan mukenah yang ia kenakan semrawut tidak terbentuk jika dilihat tadi seperti pocong. Dan beberapa kali ia jatuh akibat mukenah bagian bawah ia injak.

Dirinya sekarang terduduk di pinggir jalan, mencari cara agar terbebas dari desa ini. Kalau ponselnya tidak hilang, ia pasti bisa telpon keluarga bahkan temannya. Bahkan ia sudah gerah dengan bajunya yang belum ganti karena tas serta alat make upnya tertinggal di bis.

Semilir angin malam membuatnya kedinginan, roknya yang sobek sudah ia ganti dengan rok panjang yang ia dapat dari anak pesantren atau teman sekamarnya. Namun baju kurang bahannya masih ia kenakan.
Gerah. Itu yang dirasakan ketika Camelia saat memakai rok panjang. Dirinya sesekali mengumpat dan mengacak rambutnya.

Cacing Vs Belalang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang