Ke Empat

45 2 0
                                        

"Eh, kekrumah lo aja deh. Kan rumah lo deket dari sekolah, Ren." Usul Salsha.

Karen terlihat menimba-nimba ide yang dilontarkan Salsha. ya, aku tau rumah Karen tidak pernah ada penghuninya, Mamanya sibuk bekerja karena Papa Karen sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Walau begitu, Karen masih termasuk golongan Berada. Mamanya seorang CEO diperusahaan milik kakek Karen yang sudah diambil alih olehnya. Memang mama Karen adalah anak satu-satunya. Itupun terjadi kepada karen, dia juga anak satu satunya. Karen itu, Karen sering menghabiskan wakty diluar rumah. Dia tidak menyukai kesendirian dirumahnya.

"Oke, tapi sebelum kerumah gue, kita ke minimarket dulu ya. Kaga ada makanan di rumah." Ujar karen yang langsung dapat anggukkan oleh kami.

Setelah keminimarket kami sudah sampai dirumah Karen. Sudah kuduga, rumahnya benar-benar besar. Hanya saja terlihat sangat sepi.

"Assalamualaikum." Salamku saat memasukki rumah.

"Waalaikumsalam." What the.. Mendapatkan jawaban dari dalam rumah. Aku langsung berlari dkebarisan paling belakang dan bersembunyi di belakang Tasya.

"Tenang, Ca. Abang gue itu." Balas Karen melihat reaksiku yang berlebihan. Tunggu, Abang? Aku kira Karen adalah anak satu-satunya.

"Lah, lo punya abang, Ren?" Tanya Wulan menyampaikan apa yang ada dipikiranku.

"Hmm, dia abang angkat sih. Soalnya lo tau kan 4 tahun pernikahan orang tua gue, mereka belun dapet anak. Jadi yaa gitu." Jelas Karen. Semoga ganteng tu anak:v

"Abaaang! Karen bawa temen nihh. Nggak mau kenalan!"Teriak Karen dan dari lantai atas terdengar jawaban.

"Kaga minat, paling juga jelek-jelek." What the..

"Kamar abang lo dimana, Ren?" Tanyaku yang tak terima dibilang jelek.

"Hahaha, seloo, Ca. Abang gue memang kaya gitu. Tapi palingan bentar lagi turun. Gue kedapur dulu ya, lo pada anggep rumah sendiri aja." Setelah mengatakan itu Karen dan Tasya pergi kearah dapur. Sendangkan Wulan, Salsha dan Aisyah keliling di ruang tamu Karen, melihat apa saja yang ada disana.

Lalu aku? Aku lelah. Hal seperti ini mengingatkanku pada kejadian yang dulu. Dimana aku dan sahabat-sahabatku dulu sering datang dan bermain kerumah salah satu dari kami. Banyak hal yang kami lakukan. Tertawa, mengejek satu sama lain, bahkan menghina orang yang tak kami kenal sekalipun. Hahaha tragisnya itu semua hanya kenangan.

Kulirik tangga yang menghubungkan lantai atas dan ruang tamu ini. Dan ya, diujung tangga sudah ada seorang pria yang ku yakini Kakaknya Karen.

Lihat gaya mengintrogasi yang dia keluarkan. Benar-benar menjijikkan. Dia fikir dengan bergaya sok Cool dia terlihat keren?

Oh ayolah, hanya dengan menggunakan sweater abu-abu dan celana pendek di bawah lutut, Salsha, Wulan dan bahkan Aisyah, harus terpukau seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh ayolah, hanya dengan menggunakan sweater abu-abu dan celana pendek di bawah lutut, Salsha, Wulan dan bahkan Aisyah, harus terpukau seperti itu.

"A.. A.. Assalamualaikum... Kakak.. Aku Aisyah temen Karen." Sapa Aisyah dan hanya dilirik sekilas oleh si Abangnya Karen.

"Haloo. Aku Wulan dan ini Shalsa."

"Haii." Sapa Salsha.

Bukannya menjawab sapaan itu, dia malah masuk ke dapur dan men dapat teriakan manis dari mulutku.

"Oi! Bangsat. Lo punya sopan santun nggak sih. Orang nyapa bales tai!" Teriakku yang mendapat omelan dari Aisyah.

"Ica, nggak boleh teriak kaya gitu. Ingat dia lebih tua dari kamu."

"Lo? Yang teriak kan?" Tanya Abangnya Karen keluar dari dapur dan di ikuti Karen dan Tasya yang membawa makanan.

"kalo iya kenapa?" Balasku nyolot.

"Siapa nama lo?"

"Kepo!"

"siapa?"

"Ica bang, udah ah. Salah lo juga nyari masalah." Balas Karen.

"oh, Ica. Perasaan nama lo, Cayla Ananda Warisman? Kok Ica?"Tanyanya. Darimana dia tau?

"Kok bang Karel tau?" Tanya Karen. Oh, jadi dia namanya Karel.

'What the? Gue inget ni orang kan Ketua OSIS? Orang yang pernah ngebentak gue pas hari ketiga MOS gue telat.'

"Kenal aja sih. Ya udah abang mau main, kamu jaga rumah ya." ucap Karel sambil mengacak acak rambut Karen. Manisnya sikap Karel ke Karen membuat empat orang di belakangku tambah menyukainya.

Sepeninggalan Karel, Karen mengajak kami berlima kekamarnya dilantai atas. Kamarnya bersebelahan dengan kamar Karel.

Awalnya, kukira kamar Karel adalah kamar Karen. Karena ada tulisan LOVE di depan pintu kamar Karel.

"Ren, abang lo kok narsis banget. Pake dipasang lope lopean di depan pintu kamarnya." Tanya Wulan sambil memasukkan roti kemulutnya.

"ohh, itu dari mantan abang gue."

"Ha? Mantan?" kali ini Salsha.

"Ih, mantan aja masih diinget inget." Balas Tasya sambil begidik.

"Yee buk-

"Ah, sorry. Gue pulang dulua ya. Mama gue nge-chat. Katanya dia udah pulang. Sorry ya." Dengan tergesa-gesa Shalsa beranjak pergi meninggalkan kami berlima.

"Eh, btw kok abang gue kenal elo ya, Ca?" Tanya Karen mendapat anggukan dari yang lain.

"Iyalah kenal, si Ica kan anaknya suka telat. Enak kalo telatnya 2 menit ato berapa gitu. Ini 1 jaman lebih. Sedangkan kakak lo Ketua OSIS." jelas Tasya. Bagaimana dia tau kalo Karel adalah kakaknya Karen.

"Kok lo tau kalo Karen sama Karel kakak adik?" Tanyaku yang penasaran.

"Sumpah ininih kalo orang yang nggak tertarik sama Cogan. Seluruh SMA tau kali Icaaa." Balas Wulan nyolot. Hmmm.

"Lah, lo juga tadi nggak tau?" Balasku.

"Gue lupa, kan lo tau gue pelupa."

"Iya, Ca. Aku aja tau. Hahaha." ini lagi malah ngetawain. Dasar Aisyah.

"Ish kesel gue."

'Hahahha'apa coba yang lucu.

Ig @anisanrsn

×Fake Friend×Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang