Namanya Hwang Minhyun

185 21 5
                                    

Kali ini amplop yang Minhyun ambil adalah amplop berwarna biru terang. Di tiap sudut kanan atas akan selalu ada nomor yang menandakan urutan harus dibukanya amplop itu. Sehingga Minhyun tak perlu kebingungan untuk mencari mana amplop yang harus dibukanya dahulu.

"Namanya Hwang Minhyun" begitu judul surat kedua yang ditujukan untuknya. Dengan perlahan, Minhyun membuka amplop itu, tak mau sampai ada rusak sedikit pun pada amplop maupun isinya karena ia merasa sayang.

*
*

Hyung ingat tidak kali kedua kita bertemu? Aku yang memang bekerja paruh waktu sebagai penyanyi di Café One seperti biasa sedang menyanyikan lagu-lagu untuk menemani pengunjung di sana. Berbeda dengan saat kita pertama kali bertemu, waktu itu langit malam sangat cerah. Aku menyadarinya saat aku baru saja turun dari bus dan berjalan ke arah Café. Karena hari itu cerah aku berjalan sambil sesekali menatap langit. Waw, aku terkejut begitu sadar aku bisa melihat banyak sekali bintang di langit Seoul! Langit Seoul hyung, coba bayangkan! Betapa langkanya hal itu bukan? Aku sampai harus menepi untuk melihatnya lagi, ah, keren sekali! Haha. Apa waktu itu hyung memperhatikannya? Ah aku rasa tidak, mana mungkin seorang Hwang Minhyun perhatian dengan hal-hal kecil seperti itu? Hihi.

Minhyun sejenak berhenti membaca surat itu. Mengingat apa yang kira-kira ia lakukan hari itu...

Flashback

"Iya Hyung, ini aku sedang menuju kesana." Sahut Minhyun sambil terus melirik jam di tangannya.

"Iya hyungggg, yampun ini lagi kena lampu merah di perempatan depan, sabar sedikit kenapa sih." Kali ini tanpa sadar Minhyun meninggikan suaranya. Ia memang kesal karena satu jam yang lalu ditelepon oleh Jonghyun yang memintanya untuk datang ke Café-nya. Minhyun penasaran kenapa hyungnya itu menyuruhnya buru-buru untuk kesana. Asal tahu saja, ini malam minggu, dan jalanan kota Seoul pasti macet sekali.

"Arghhhhh" Tanpa sadar Minhyun mengeluh kesal saat lampu di hadapannya berubah merah kembali saat ia belum sempat melaju ke depan perempatan.

"Kenapa kau berteriak begitu? Kau marah padaku?" Tanya orang di seberang sana dengan nada tidak .

"Ah, bukan hyung, tadi sudah lampu hijau tapi belum sempat aku lewat sudah lampu merah lagi. Ah, aku benci Seoul di malam minggu!" Minhyun menarik nafas panjang untuk menenangkan hatinya.

"Wkwkwk sabar ya. Maaf Hyung memintamu kesini mendadak, tapi ini penting sekali. Pelan-pelan saja kalau begitu, tidak usah buru-buru, biar nanti Hyung yang urus urusan di sini."

Jjaeni's Letters (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang