Cemburu

110 18 7
                                    

Sudah sebulan berlalu sejak Minhyun terakhir kali membaca surat Jaehwan. Ia disibukkan dengan urusan kantornya yang seperti tiba-tiba menumpuk. Meeting sana-sini. Dari klien A-Z. Belum lagi dokumen yang harus ditandatanganinya banyak sekali. Minhyun lelah, sangat.

Biasanya ia tidak pernah merasa selelah ini. Yang ia lakukan seminggu ini hanya bekerja, pulang, makan, tidur. Bangun lagi untuk bekerja, pulang, makan, tidur. Begitu terus. Rasanya baru sebulan, tapi baginya seperti sudah setahun. Badannya remuk.

Biasanya ada Jaehwan-nya yang akan selalu menyambutnya pulang kalau ia bekerja lembur. Ah, kehadirannya saja sudah seperti obat mujarab bagi semua kelelahan Minhyun. Tapi kini ia tidak ada. Ah, Minhyun hanya menghela nafasnya lelah. Ia ingin segera sampai rumah dan tidur.

Namun ia mengurungkan niatnya saat ia lihat sebuah amplop menyembul keluar dari dalam tas kerjanya. Amplop itu berwarna kuning. Akhirnya minhyun menggapai tas kerja yang ada di sampingnya, kemudian mengeluarkan amplop itu. Ia sudah sangat lelah, tapi ia merindukan Jaehwan-nya. Rasanya hanya dengan membaca surat darinya membuat Minhyun sedikit lebih baik. Karena itu lah ia memutuskan untuk membaca surat kelima dari Jaehwan itu.

*
*
*

"Cemburu"

Minhyun hyung, kalau ku lanjutkan cerita kita, hyung bosan tidak?

Ku harap tidak ya, hehe

Hyung ingat waktu musim semi setelah aku mengungkapkan perasaanku tidak? Waktu itu kita jadi semakin dekat, tapi aku justru merasa seperti digantung oleh hyung.

Waktu itu hyung kan bilang bahwa kita bisa memulai semuanya dengan berteman. Kupikir saat itu tidak akan lama untuk kita bisa bersama, tapi ternyata lagi-lagi aku salah.

Sudah lebih dari setahun berlalu sejak hari itu, tapi aku merasa bahwa kita memang hanya benar-benar berteman. Bukannya aku sedih hyung, tapi kan aku inginnya lebih dari seorang teman! -_-

Aku sabar saja saat itu, kupikir mungkin Minhyun hyung masih sulit untuk melupakan mantan hyung itu. Uh, kalau ingat dia rasanya ingin ku jambak-jambak saja rambutnya. Berani sekali dia membuat hyung ku menangis. Tapi aku juga tidak berani hyuunngggg, hyung saja belum jadi apa-apanya aku. Nanti aku dikira cowok gila lagi jambak-jambak rambut orang seenaknya hehe...

Jjaeni's Letters (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang