Hari ini Minhyun pulang lebih cepat dari biasanya. Ia beruntung karena di kantor sedang tidak banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan.
"Aku pulang." Ucap Minhyun seperti biasa. Tak ada yang membalas sapaannya. Ia sudah mulai terbiasa dengan situasi ini. Ia meletakkan sepatu di rak sepatu di samping pintu utama. Berjalan ke arah ruang tamu, tempat di mana biasanya sudah ada seseorang di sana yang menunggunya pulang.
Minhyun melemparkan tas kerjanya di meja, dan menghempaskan dirinya di sofa putih panjang di sana. Sambil mengendurkan dasi yang sedari pagi sudah melekat di kerah kemejanya, ia memejamkan mata sejenak. Ia mencoba menikmati kesunyian yang sudah beberapa hari ini ia rasakan. Walau sesungguhnya ia tahu, ia tidak akan pernah bisa menikmatinya.
Akhirnya sebelum ia merasa kesedihan menyelimutinya, ia bangkit dan berjalan kearah dapur. Dengan wajah lelahnya ia mengambil air minum dan meneguknya perlahan. Setelahnya ia menuju ke kamar dan duduk di ranjangnya. Ia membuka laci di samping tempat tidurnya dan mengambil amplop abu-abu dan merah muda dari sana. Kemudian ia kembali ke ruang utama dan mulai membaca surat itu dengan masih mengenakan setelan kerjanya.
*
*
*
"Pria Misterius"
Aku masih ingat betul hari pertama aku bekerja di sana. Saat aku harus berdiskusi dengan hyung mengenai berapa jam aku bekerja, hari apa saja, berapa bayaran yang aku peroleh dan sebagainya, dan sebagainya. Dari sana saja aku tahu bahwa hyung benar-benar orang yang teliti. Tapi aku tidak bisa mengeluh banyak karena memang aku yang lebih membutuhkan pekerjaan itu kurasa.
Hari saat aku tanda tangan kontrak itulah aku langsung mulai bekerja. Aku sudah memberitahu hyung kan bahwa aku suka sekali dengan dekorasi Café hyung itu? Berbeda dengan Jonghyun hyung yang mendekorasi cafenya dengan serba putih, hyung memilih untuk memadukan dekorasi café hyung dengan warna hitam, putih, dan cokelat. Saat Café Jonghyun hyung lebih modern, maka Café Minhyun hyung mengandung unsur modern dan klasik. Ah, aku suka sekali pokoknya dengan dekorasi Café hyung, hyung the best!!
Minhyun tersenyum membayangkan Jaehwan yang langsung berbicara seperti itu padanya. Pasti akan sangat lucu sekali. Minhyun kembali membaca baris demi baris dari surat di tangannya tersebut.
Kebetulan saat itu sudah sore, jadi setelah menandatangani kontrak yang cukup membuat kepalaku penat itu, aku mulai mengeluarkan gitarku. Pengunjung di sana juga sudah cukup ramai. Aku berjalan ke atas panggung kecil itu sambil mengalungkan gitarku dengan gugup. Padahal aku sudah sering tampil bernyanyi, tapi sepertinya aku masih saja gugup jika harus naik panggung. Sesampainya di atas panggung, aku mengatur segala sesuatunya, dan menghela nafas sebelum memberi salam pertamaku pada pengunjung di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jjaeni's Letters (COMPLETE)
أدب الهواةA letters about someone who gave his heart for someone else... Definitely minhwan stories~