BAB 1

3.6K 121 19
                                    

Lima menit setelah bel tanda istirahat berakhir berbunyi, di sudut tersembunyi di sebuah sekolah SMA di Jakarta.

"Hentikan! Aku bilang hentikan!" Mia mengubur kepalanya ke dalam kedua lengannya. Serpihan biskuit basi dan potongan kertas bekas yang bercampur dedaunan busuk menghujani tubuhnya. Cairan lengket berbau amis menetes-netes dari lengan sampai ke sikunya. Tiga cowok berdiri di hadapannya. Ketiganya saling menyeringai.

"Rasain lo! Emang enak mandi sampah," celutuk Azis diiriingi dengan derai tawa kedua sahabatnya, sementara tangannya sibuk menghujani Mia dengan sampah.

"Cukup Zis!" perintah Grey, cowok beralis tebal menyebalkan yang menjadi pemimpin trio tukang bully tersebut.

"Abisin saja tuh cewek, Grey!" Balas Azis sambil menyingkir menjauh.

Grey tersenyum. Sinis.

"Gue udah bilang, lo bakalan gue lepasin kalau lo udah sujud sambil minta maaf ke gue," ujar Grey kepada Mia dengan pandangan mengancam, sedangkan tangannya sibuk memukul-mukulkan sebatang ranting pohon ke telapak tangannya sendiri. "Atau lo mau gue pukul lagi kayak yang dulu-dulu?"

Sebutir telur menghantam siku Mia sekali lagi dan itu adalah perbuatan Azis. "Grey, ambil aja duitnya, terus buruan cabut dari sini," katanya.

Grey menatap sahabatnya itu, kemudian menyahut. "Gue udah bilang berkali-kali kalau gue gak butuh duitnya, dan lo..." ia kembali kepada Mia. Ditusuk-tusuknya lengan cewek itu dengan ujung ranting pohon. Mia bergidik. "Cepetan sujud sama gue!"

"Grey jangan keterusan, lo mau dia beneran ngaduin kita ke BP?" Sahut Dito. Cowok itu melongok dari balik tembok. Mengawasi situasi luar.

"Coba saja kalau dia berani." Jawab Grey ketus tanpa mengalihkan pandangan dari Mia. "Gue peringatin sekali lagi, kalau hidup lo nggak pengen sengsara, lipat lutut jelek lo terus sujud sama gue. Se-ka-rang!"

"Kenapa aku harus sujud ke kamu?" Kalimat itu muluncur selancar air dari bibir Mia. "Sorry, tapi rasanya aku nggak salah apa pun ke kamu,"

"Dih, masih bisa nyolot lagi. Lo nggak kapok ya? Dito, siniin piaraan lo!"

Dito merogoh sakunya, menarik kotak seukuran telapak tangannya lalu mengangsurkannya pada Grey.

"Lo takut sama kodok ya kan?" Grey menaikkan satu alisnya sembari membuka kotak pemberian Dito. Digenggamnya kodok berwarna kecoklatan yang tersimpan di dalam kotak itu.

Mia membelalak, bulu kuduknya meremang. Sejak dulu ia benci dengan hewan mengorek yang sedang meronta-ronta di tangan Grey itu. Kodok selalu membuatnya bergidik ketakutan.

"Berhenti!" Serunya. Kakinya mundur perlahan sampai punggungnya menabrak tembok. Ia berusaha membuat rentang jarak, namun Grey semakin mendekatinya.

"Haah...!" Grey berseru mengagetkan. Berpura-pura melempar kodok itu pada Mia yang secara spontan membuatnya menjerit. Grey tergelak-gelak. "Lo masih ndableg nggak mau sujud sama gue, atau lo emang pengen kodok ini nyemplung ke seragam lo?"

"Ih geliii," Azis menyahut dengan nada genit sambil menggeliat memegangi dadanya. Tiga cowok itu terbahak bersamaan.

Mia terpojok di tembok, tubuhnya nyaris merosot ke tanah. Badannya gemetar dan dadanya naik turun cepat. Grey meringis melihat musuh bebuyutannya jatuh tak berdaya seperti itu.

"Gara-gara mulut kurang ajar lo, nyaris saja kami semua dapat masalah. Coba waktu itu lo tutup mulut, mungkin sekarang lo bakalan selamat dan hidup makmur. Lo nggak pernah ngambil pelajaran berharga pas kita sama-sama SD ya?" Cecar Grey.

Mia mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Cewek itu tidak menangis, juga sedang tidak menahan tangis. Matanya yang lebar menatap tajam Grey. Tatapan ribuan umpatan yang tak terucapkan. Grey menyadarinya. Namun apa pun itu, ia tetap puas ketika pandangan Mia tertuju padanya seperti saat ini.

WHITE & GREY (DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang