2nd Star

1.6K 323 39
                                    

Pelukan yang ditorehkan kepada guling [Name] eratkan. Kepala terbenamkan di balik guling, [Name] dengan usaha maksimalnya mencoba untuk membendung bulir-bulir air yang mengalir dari sepasang mata indahnya.

Dalam memori [Name] masih terekam detik-detik Armin--alasannya masih menghirup oksigen hingga saat ini--mengusir eksistensi [Name] dari kehidupan seorang Armin Arlert.

Jangan bertanya mengapa Armin bisa sekejam itu hingga mengusirnya. [Name] sendiri tak mampu mengelola pikirannya dengan baik untuk saat ini.

"Sudahlah, [Name]. Aku bisa menjaga diriku sendiri, tidak perlu lagi kauberikan kepedulianmu padaku."

[Name] menarik napas dalam-dalam. Jari-jemari gadis itu mengusir air matanya pergi dengan kasar.

Dengan keadaan yang masih sesenggukan, [Name] bangkit dari tempat tidurnya. Ia bergegas meraih jaketnya kemudian melangkah ke kamar mandi.

Menyalakan kran, [Name] mulai membasahi wajah dengan air yang mengalir. Membiarkan air itu bersatu dengan setitik air mata yang kembali meluncur dengan lancang.

"Menyedihkan sekali."

★☆★

Seragam Kepolisian Militer yang khas dengan paduan warna cokelat dan putih telah membalut tubuh [Name] dengan indah.

Atensi [Name] tersedot pada dua buah pita berwarna hitam dan putih yang tergeletak di atas nakas. [Name] mengambil kedua pita itu, kemudian kurva tipis tercetak di wajah ayunya.

Ia masih ingat betul bagaimana pita itu sampai di kedua tangannya.

"Orang-orang selalu mengira aku ini seorang gadis, oleh karena itu ada seorang lelaki yang memberikan pita ini padaku."

"Coba saja kaupakai. Pasti cocok!"

"Tidak akan. Aku akan memberikannya padamu. Lalu, pita putih ini baru saja kubeli khusus untukmu, [Name], agar kau bisa menjadi gadis yang sesungguhnya."

Ya, kedua pita itu diberikan oleh orang yang sama, Armin Arlert. Seorang anak lelaki polos yang kini telah mengisi tempat yang kosong di relung hati [Name].

Namun, kini orang itu telah pergi meninggalkan bekas luka yang tak bisa hilang begitu saja.

[Name] menghela napas gusar. Setelah sukses menyulap gaya rambutnya dengan pita yang berwarna putih, ia mengambil semua peralatannya--mayoritas adalah senapan--dan bergegas turun untuk menerima panduan hari pertamanya bekerja sebagai salah satu anggota Polisi Militer.

Bisa [Name] lihat, anggota baru lainnya tampak semangat hendak menjalankan tugas.

Tapi, [Name]?

Ia justru merasakan kehampaan mulai menyapa dirinya.

Haruskah [Name] sekarang kabur untuk menghampiri Pasukan Pengintai yang--menurut kabar burung--tengah bersiap-siap untuk melakukan ekspedisi ke luar dinding?

Ataukah ia harus bertahan di sini demi mencapai impiannya?

"Oi!"

"Ah!" [Name] tersentak dari pikirannya yang rumit. Ia menoleh dan mendapati seorang gadis berambut ikal sebahu. "Ada apa?"

"Kau [Fullname], 'kan?"

Kedua netra [Name] menyipit menatap gadis itu dalam waktu yang lama. Pernahkah mereka bertemu? Lantas, bagaimana gadis itu bisa mengetahui nama panjang [Name]?

"Ah, aku lupa mengenalkan namaku." Gadis itu mengulurkan tangan, mengulas senyum. "Hitch, bukan Bicth. Oke, [Name]?"

[Name] menerima uluran tangan Hitch dengan ragu. "[Fullname]."

Kedua iris [Name] meletakkan titik fokusnya pada senyum Hitch yang terukir lebar. "Maaf, ada apa?"

Hitch merogoh saku jaketnya, mengeluarkan sebuah amplop putih. Kemudian ia memberikannya pada [Name]. "Untukmu."

[Name] mengamati amplop itu lamat-lamat.

Untuk [Fullname] di Kantor Kepolisian Militer.

Binar kebahagiaan terlihat di mata [Name]. Ia tahu betul siapa pengirim surat itu.

Yang tidak ia ketahui hanyalah tujuan sang pengirim melayangkan secarik surat.

Dengan sigap, [Name] segera membuka amplop dengan kasar. [Name] perlahan membuka lipatan kertas yang bersembunyi di balik amplop tadi dan menangkap sesuatu yang membuatnya cukup terkejut.

•••

Ada yang bisa nebak siapa pengirim dan isi suratnya apa? XD

Btw, alur di sini beda dengan alur di anime/manganya yak.

Jadi ... siap-siap aja sering dapet kejutan :)

Dan yang terakhir---

---kuy main tebak-tebakan bareng di sini! XD

Oki, segitu aja dulu~ papaii~

Sweet Love,

Seia

Starry Night | Armin Arlert x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang