3rd Star

1.5K 311 38
                                    

Untuk saat ini saja, [Name] melambungkan asa pada semesta. Dalam ratap, berharap agar apa yang dilihat oleh matanya hanyalah sebuah biasan fana yang timbul akibat halusinasi.

Satu demi satu pertanyaan telah menyumpal otak [Name].

Batin [Name] sendiri sudah sepenuhnya yakin bahwa deretan aksara yang tertoreh di secarik kertas itu murni hasil tulisan tangan Armin.

Yang membuat otak [Name] berpikir jauh lebih keras ialah maksud dari isi surat itu. Terlebih, ia sendiri sangat tahu jika Armin takkan menggunakan diksi yang sulit dimengerti jika berkomunikasi dengan [Name].

Namun, apa yang kini [Name] dapati?

[Fullname],

Letakkan sang pion dengan mengikuti arah yang ditunjukkan oleh rasi bintang orion. Letakkan sebelum antares melahap gemerlap sinar yang kita lukis bersama.

Rangkaian kalimat itu lebih cocok disebut sebagai teka-teki dibandingkan disebut sebuah surat.

Jika bagi orang lain kata-kata itu mudah dipecahkan, tapi bagi [Name] tidak. [Name] akui, ia tidak menonjol di bidang kesusastraan.

"Ah, merepotkan!"

[Name] asal membuang surat Armin setelah ia bentuk menjadi gumpalan bola.

"Ittai!"

[Name] langsung bangkit dari tempat tidurnya setelah mendengar seseorang berceloteh tak jelas. "Hitch?"

Hitch melempar tatapan tajam seraya memungut kertas yang dilempar [Name]. "Kenapa kau membuangnya ke arahku, hm?" tanyanya seraya melangkah mendekati [Name].

"Syukurlah jika mengenaimu," ujar [Name], "untung saja lemparanku tidak mengenai Annie."

Kedua alis Hitch seketika berkedut. Ia melemparkan kertas ke arah [Name], membalasnya.

[Name] balas menatap Hitch tajam. "Jangan lempar kertas ini, ini surat yang berharga!"

"Hm? Jika berharga, kenapa kau buang?" Hitch melukis senyum.

"Karena isinya terlalu berat untukku," jawab [Name] jujur.

"Apa benar terlalu berat? Atau kau saja yang bodoh?"

"Baca saja jika tidak percaya!" [Name] kembali melemparkan kertas ke arah Hitch.

Kali ini, Hitch menyambut kertas itu dengan baik. Setelah membuka gumpalan bola kertas, ia segera membaca isi surat dengan cermat.

"Kau tahu sesuatu?" tanya [Name] yang penasaran akan perubahan air muka Hitch menjadi serius.

Hitch mengangguk, ia menatap [Name] serius. "Kita harus bergegas."

"Bergegas untuk apa?"

[Name] menggigit bibir bawahnya. Entah kenapa, kata-kata yang dilontarkan oleh Hitch saat ini bisa membuat firasat buruk datang menghampiri.

"Rapat untuk mengirim pasukan khusus untuk membantu Pasukan Pengintai."

•••

Maapkeun kalau lagi-lagi pendecc, menggantung, tijel, dll:'u

Sweet Love,

Seia.

Starry Night | Armin Arlert x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang