Untuk saat ini saja, [Name] melambungkan asa pada semesta. Dalam ratap, berharap agar apa yang dilihat oleh matanya hanyalah sebuah biasan fana yang timbul akibat halusinasi.
Satu demi satu pertanyaan telah menyumpal otak [Name].
Batin [Name] sendiri sudah sepenuhnya yakin bahwa deretan aksara yang tertoreh di secarik kertas itu murni hasil tulisan tangan Armin.
Yang membuat otak [Name] berpikir jauh lebih keras ialah maksud dari isi surat itu. Terlebih, ia sendiri sangat tahu jika Armin takkan menggunakan diksi yang sulit dimengerti jika berkomunikasi dengan [Name].
Namun, apa yang kini [Name] dapati?
[Fullname],
Letakkan sang pion dengan mengikuti arah yang ditunjukkan oleh rasi bintang orion. Letakkan sebelum antares melahap gemerlap sinar yang kita lukis bersama.
Rangkaian kalimat itu lebih cocok disebut sebagai teka-teki dibandingkan disebut sebuah surat.
Jika bagi orang lain kata-kata itu mudah dipecahkan, tapi bagi [Name] tidak. [Name] akui, ia tidak menonjol di bidang kesusastraan.
"Ah, merepotkan!"
[Name] asal membuang surat Armin setelah ia bentuk menjadi gumpalan bola.
"Ittai!"
[Name] langsung bangkit dari tempat tidurnya setelah mendengar seseorang berceloteh tak jelas. "Hitch?"
Hitch melempar tatapan tajam seraya memungut kertas yang dilempar [Name]. "Kenapa kau membuangnya ke arahku, hm?" tanyanya seraya melangkah mendekati [Name].
"Syukurlah jika mengenaimu," ujar [Name], "untung saja lemparanku tidak mengenai Annie."
Kedua alis Hitch seketika berkedut. Ia melemparkan kertas ke arah [Name], membalasnya.
[Name] balas menatap Hitch tajam. "Jangan lempar kertas ini, ini surat yang berharga!"
"Hm? Jika berharga, kenapa kau buang?" Hitch melukis senyum.
"Karena isinya terlalu berat untukku," jawab [Name] jujur.
"Apa benar terlalu berat? Atau kau saja yang bodoh?"
"Baca saja jika tidak percaya!" [Name] kembali melemparkan kertas ke arah Hitch.
Kali ini, Hitch menyambut kertas itu dengan baik. Setelah membuka gumpalan bola kertas, ia segera membaca isi surat dengan cermat.
"Kau tahu sesuatu?" tanya [Name] yang penasaran akan perubahan air muka Hitch menjadi serius.
Hitch mengangguk, ia menatap [Name] serius. "Kita harus bergegas."
"Bergegas untuk apa?"
[Name] menggigit bibir bawahnya. Entah kenapa, kata-kata yang dilontarkan oleh Hitch saat ini bisa membuat firasat buruk datang menghampiri.
"Rapat untuk mengirim pasukan khusus untuk membantu Pasukan Pengintai."
•••
Maapkeun kalau lagi-lagi pendecc, menggantung, tijel, dll:'u
Sweet Love,
Seia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Night | Armin Arlert x Reader
Fanfic[Fullname], seorang gadis yang secara ajaib mendapat undangan untuk bergabung dengan Polisi Militer setelah lulus dari pelatihan keprajuritan. Meninggalkan rekannya yang berbeda haluan, sebersit penyesalan hinggap di dadanya begitu mendapat kabar bu...