Part 2 | MOS

15 3 0
                                    

Hari ini adalah MOS pertama Miu di sekolah milik Kakek dari Ayahnya sendiri. Dan sekolah itu diberi nama Sevelt, nama itu diambil dari marga keluarga Rosevelt sendiri. Keluarga Rosevelt memiliki banyak sekali perusahaan besar, restoran, rumah sakit, villa, sekolah, café, dan puluhan pulau-pulau pribadi.

Keluarga Rosevelt sendiri adalah keluarga yang terpandang diseluruh Asia. Secara turun temurun, keluarga besar Rosevelt memiliki bola mata yang berwarna merah, semerah darah. Dan keberanian serta kekuatan dalam keluarga Rosevelt adalah wajib, karena setiap anggota keluarga Rosevelt harus memiliki keberanian, dan kekuatan. Sebab itu sudah menjadi aturan yang turun temurun.

Bagi siapa yang ingin masuk menjadi keluarga besar Rosevelt, maka ia harus di lalukan sebuah ujian untuk membuktikan ia berani atau tidak. Jika berani maka ia sudah menjadi keluarga Rosevelt, jika gagal maka ucapkan selamat tinggal pada mimpi dan kenyataan.

Keberanian adalah yang paling utama, tetapi Miu bukanlah seorang yang pemberani. Dia adalah seorang yang penakut dan pemalu. Bahkan sekarang disekolah ini, di SMA Sevelt, Miu sedang melihat-lihat kondisi sekolahnya. Ia sedang mencari-cari ruang kelasnya berdasarkan dalam denah yang ia dapatkan dari seorang Kakak OSIS.

Ditengah perjalanan menuju kelasnya, ia ditatap oleh seorang murid yang seangkatan dengannya. Tatapan itu membuat Miu terasa terancam dan ia pun ketakutan.

"A.... ada apa ya?" gugup Miu, karena ia mendapat sebuah pelototan dari murid tersebut.

"Matamu kok berwarna merah? Bukankah orang Indonesia memiliki bola mata yang berwarna coklat?" tanya murid tersebut dengan penuh keheranan dan tanda tanya.

"I.... ini asli. Dan... karena keturunan," jawab Miu masih dengan gugupnya.

"Benarkah? Apa nama marga keluargamu? Sampai bisa memiliki warna bola mata yang indah ini!" tanya dan puji murid itu dengan wajah yang berbinar-binar.

"Rosevelt," jawab Miu.

"Wah. Enaknya memiliki bola mata berwarna merah. Ah iya perkenalkan, namaku Lena Matari," kata murid itu memperkenalkan diri.

"A.... aku..... Miu. Miu Rosevelt," jawab Miu dengan gugupnya.

"Wah! Nama yang indah, aku akan memanggilmu Rose, sesuai dengan bola matamu. Semerah darah ketika sedang fokus dan semerah bunga mawar ketika gugup. Dan kau bisa memanggilku Lena," jelas murid itu, Lena.

Miu mengangguk dengan gugupnya, sedangkan Lena ia tertawa dan menarik Miu kedalam kelas.

"Jadi yang membedakan antara Kakak kelas dengan kita adalah garis-garis yang berada di dasi, dan jas yang kita dapat?" ajak Lena, yang diberi jawaban oleh Miu dengan anggukan.

Mereka pun berjalan mengelilingi sekolah, baru saja mereka memulai langsung ada pemberitahuan untuk segera berkumpul di lapangan. Saat ini mereka sudah berdiri di lapangan, untuk mengikuti MOS. Waktu MOS untuk SMA ternyata lebih lama dari pada MOS masa SMP, geturu Miu dalam hatinya. Dan akhirnya setelah sambutan, akan ada pembagian kelompok MOS untuk kali ini.

"Kelompok 3, Fauna Rembulan, Ryan Angkasa, Lena Matari, Miu Rosevelt, dan Rifai Rosevelt,"

Deg...

'Rifai Rosevelt? Bagaimana jika ia mengetahui bahwa aku adalah seorang PENAKUT. Yang tidak benar-benar mencerminkan keluarga Rosevelt!' batin Miu.

"Rose, coba deh. Manis banget," seru Lena, yang sedang memakan sari madu dari sebuket bunga kecil yang dibawa oleh Fau.

"Kamu mau? Aku bawa banyak kok," tawar Fau.

"Tenang, bunganya nggak beracun kok," seru Ryan dengan datar.

Sekarang posisi mereka berada dibawah pohon. 'Mereka baik banget,' jerit Miu dalam hati.

"Kelompok tiga?" tanya seseorang.

"Iya, kami," jawab mereka kompak.

"Aku adalah mentor kelompok kalian. Dengar, MOS yang sesungguhnya akan dimulai 2 hari lagi. Kalian akan menginap semalam di sekolah," jelas Kakak kelas yang menjadi mentor mereka dengan nada yang horor di akhir kalimat.

"Yes," seru Ryan.

"Wah," ujar Fau dan Lena berbarengan.

Deg!!

'Menginap? Bukankah, sekolah merupakan tempat yang paling horor setelah rumah sakit dan pemakaman?' batin Miu.

"Seluruh, informasi tentang MOS ada di surat ini. barang-barang yang harus dibawa juga ada di surat ini. dijaga yang adik-adikku sayang," lanjut Kakak kelas tadi.

"Loh? Kok lebih satu?" guman Kakak kelas tadi, dan itu dapat didengar oleh Miu.

"Anu. Rifai tidak masuk Kak. Dia sekarang sedang berada dirumah Kakeknya," jelas Miu, dan diberi anggukan oleh Kakak kelas itu.

"Kalau begitu, aku akan titipkan ini kepada kepala yayasan."

Miu mengangguk, dan hari MOS yang sebenarnya pun tiba. Sekarang, Miu sedang berada di dalam kelas bersama Ryan, setelah ia mengambil bintang merah disetiap kelas.

"Pfftt, kamu benar-benar penakut ya," goda Ryan seraya tertawa.

"Aku tidak takut," bantah Miu.

"Aku ke aula terlebih dahulu,"

"Tunggu," suara Miu sontak membuat Ryan menghentikan langkahnya.

"Iya, aku adalah seorang penakut. Oleh karena itu, ku mohon jangan tinggalkan aku sendiri," seru Miu dengan suara yang bergetar, dan wajah yang tiba-tiba menjadi imut di mata Ryan. Dan itu, membuat kinerja jantung Ryan berdetak dengan kencang.

Dengan segera Ryan pun pergi meninggalkan Miu di dalam kelas itu sendiri. Miu mulai terisak, dan tiba-tiba datanglah Lena menenangkan Miu. "Sudah-sudah biarkan Ryan memang tak mengerti seorang wanita," ujar Lena menenangkan Miu, yang kemudian Miu pun dituntun menuju aula.

"Maaf ya, aku bahkan tak tahu harus apa," gugup Ryan.

Miu mengangguk, dan segera mengambil tempat duduk disebelah Ryan. Mereka sekelompok membicarakan hal-hal yang harus diselesaikan. Kemudian, setelah itu mereka ber-empat pun mandi. Tentu saja, Ryan sendiri. Sedangkan Lena, Fau, dan Miu mereka bertiga menuju pemandian untuk wanita. Setelah mandi, mereka makan malam, mengobrol, dan tertidur.

Tepat pukul, 3 pagi Miu terbangun karena ia mendengar suara pintu terbuka. 'Ya tuhan, tolong aku' batinnya.

Tiba-tiba dia melihat sepasang mata merah yang menyala didalam kegelapan,

Deg.... Dia

Okey.... Hy Guys. I'm come back with the new story. Sorry, kalau masih ada salah kata ya 

                                                                      Regina Almaira

PLUCKY [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang