Semua berawal dari rasa.Jika apa yang kita lakukan menggunakan rasa maka ada perbedaan di akhir,sama seperti yang dialami Trifena Andayana Cell,ia memberi sebuah rasa kesel jika mengingat satu nama,nama yang sudah ia cantumkan menjadi orang yang pal...
Note:Lihat gambar di atas jelas jelaskarnaada hubunganyadengan adegan di chapter ini,
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hubungan kita kayak jaringanya ada banyak gangguanya,
~Melisa Cinera~
***
Luka,sudah sering Dei alami setelah ia memilih untuk tinggal bersama dengan papa kandungnya,air mata sudah mulai mengering,sekujur tubuhnya seperti tertindi beton,bukan sebuah hiperbola namun fakta selalu berkata apa adanya,seperti sekarang ia sedang memijat pelan kepalanya yang kian berputar putar,wajahnya seketika memucat.
Dengan sekuat tenaga ia mengambil ponselnya yang sedari tadi tidak berhenti joget layaknya dengar lagu sayang dari viavallen,
"Hallo?" sapanya
"Lohdimana? " tanya lawan bicaranya tanpa membalas sapaan Dei,
"Di bumi menuju surga," jawab Dei masa bodo dengan lawan bicaranya,rasanya kepalanya makin pusing saja,
"Loh kebanyakan dosa Dei,manabisamasuk surga,minta maaf dulu sama babangwilyam ganteng," balas Wilyam dengan pedenya,
"Yang ada loh yang banyak dosa,satpam sekolah aja loh kerjain,dosa siapa yang banyak." celah Dei dengan posisi mata tertutup,rasanya denyut kepalanya semakin menusuk nusuk,
"Itu mah dosa kecil orang cuma masukinkecoak dan sedikitair paret ke kopi Bapak Vester" ujar Wilyam tidak terima
"Iya baru itu bapak itu kejang kejang gara gara eloh," balas Dei,
"Wkwkwkww,iya gue ngaku salah,tapigue udah mintamaaf ko sama bapak Vester,"
"Udahnya gue mau kerjain tugas yang tertunda," sambung Dei
"Tugasapaan? Yang ada nontontelenovela," sarkas Wilyam
"Udah tahu nanya," putus Dei dari sambungan,toh enggak ada guna berdebat dengan Wilyam,
Dei baru saja ingin menutup matanya,namun belum sempat tertutup suara ketukan pintu, bukan ketukan melainkan gedoran disertai teriakkan yang membuat Dei menarik nafas secara kasar,
"Haiiii.....Dei," sapa Fena dengan senyuman begonya,
"Fena? Bukannya loh tadi sakit,"ujar Dei kaget melihat penampakan di hadapanya yang sudah terlihat bugar jauh dari kata sakit,
" hehehe...tadi emang sakit tapi sekarang udah enggak, Fenakan cewek strong,"Fena mengangkat tanganya menunjukkan bahwa dia cewek kuat,
"Yaudah ayo masuk!anggap aja rumah sendiri," tambah Fena seraya menarik Dei masuk ke dalam dan mengunci pintu,seperti dia pemilik rumah itu,