Saya terima nikah dan kawinnya Arumi Nasha Razita binti burhanudin dengan maskawin tersebut di bayar tunai.
Ucapan sakral itu dengan lancar keluar dari mulut pria ber-jas hitam dengan satu tarikan nafas seakan Tak ada beban yang memberatkannya.
Bagaimana para saksi, Sah? Suara pak penghulu menginterupsi kepalaku untuk menatap sekitar
SAH!! Arfa Berusaha menulikan telinga, menundukan kepala dan tersenyum miris mendengarnya, sudah hancurkah pernikahan yang sudah dia bina lima tahun ini hanya karena sosok perempuan baru?
Semua orang tertawa bahagia seperti sedang menertawakannya yang berada di pojok ruangan, menyaksikan pernikahan suaminya sendiri dengan orang yang sudah di anggap sebagai kakak perempuannya itu..
Arfa menatap suaminya yang juga sedang menatapnya dengan mulutnya bergerak seperti mengucapkan kata maaf. Dia hanya bisa mengalihkan pandangan dari suaminya dan pergi meninggalkan tempat yang meninggalkan rasa sesak berlebih itu, berusaha mencari pasokan udara yang terasa menghilang dari sekitar rumah orang tua pria itu
Arfa Berjalan gontai kelantai atas dan masuk kedalam kamar, mengambil koper yang sudah di siapkan tadi, dia sadar diri, mana mungkin dia tidur di kamar ini malam ini? Pria pasti akan tidur bersama istri barunya di sini, jadi Arfa memutuskan untuk pergi ke kamar Aini, adik perempuan suaminya yang tak dia lihat dibawah tadi,
"Aini.." panggilnya saat sudah berada di depan kamar adik iparnya itu"Iya kak.." dia mendengar suara adiknya yang berteriak dari dalam
"Boleh kakak masuk?" Balasnya dengan suara pelan, dia seakan kehilangan tenaga bahkan untuk berbicara sekalipun
"Masuk aja kak nggak di kunci"
Arfa membuka pintu kamar adik iparnya perlahan, terasa sepi dan menenangkan sekaligus. Suasana yang terdengar riuh di bawahpun seakan tertahan daun pintu yang tertutup sejak pagi "kakak boleh tidur disini?"
"Iya kak masuk aja, jangan cuma berdiri didepan pintu.." Ucap Aini yang segera bangun dari posisi berbaringnya
"Oh..iya, makasih yah Ai.."
"Iya kak sama sama," Aini memperhatikan Arfa seksama, melihat raut kesedihan yang kentara di wajah cantik kakak iparnya itu "hmm kak.."
"Iya?" Arfa mengalihkan pandangannya menatap Aini yang terlihat ragu menatapnya
"Kakak nggak marah liat mas Agam nikah lagi? Kakak emangnya nggak sakit hati lihat suami kakak sendiri menikah dengan orang lain?" Aini menatap Arfa lamat-lamat, mencoba mencari ekspresi yang mungkin saja sedang kakaknya sembunyikan
"Tentu saja kakak marah, dan sakit hati tentunya. istri mana yang nggak marah dan sakit hati saat suaminya menikah lagi, kakak pernah berpikir buat minta cerai dari mas agam, tapi kakak tau Allah nggak suka perceraian, memang sih di bolehkan.. tapi Allah benci sebuah perceraian, kalau kakak rasa kakak udah nggak kuat lagi, mungkin, itu jalan terbaik.." jawab Arfa seraya berjalan mendekat kearah adik iparnya itu
"Tapi kak, kakak tau kalau kak Arumi itu suka sama mas Agam dari dulu?" Inilah yang membuat Aini penasaran, apakah mungkin Arfa tau jika arumi menyukai kakaknya sejak dulu
"Nggak, tapi setelah kakak tau kalau mbak Arumi suka sama mas Agam, kakak rasa pernikahan ini yang terbaik, setidaknya setelah mbak Arumi menikah sama mas Agam Allah menjaga mbak Arumi untuk tidak terjerumus ke hal yang lebih buruk lagi" Arfa memposisikan badannya di samping adiknya itu. "Kakak tidur dulu ya, mungkin dengan istirahat bisa mengalihkan fikiran kakak untuk sementara"
"Iya kak, nanti kalau sudah azan Aini bangunin"
"Iya, Makasih Ai"
"Sama-sama kak"
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Husband
RomanceHigest rank #1 in spiritual (270319) #10 in romance (301118) "Ya udah mas kalau itu mau kamu, silahkan..." "Kamu beneran? Kamu gk keberatan kalau aku nikah lagi?" "Lagian, kalau aku nolak emang kamu bakal dengerin?" "Bukan begitu sayang... Mas gk ma...