Nalani membuka matanya dengan perlahan. Pengelihatannya sudah membaik, tidak seperti kemarin yang berkunang-kunang dan tubuhnya juga tidak selemas sebelumnya. Ia menemukan Radina sedang tertidur dengan kepala di atas ranjangnya. Nalani lebih terkejut ketika tangan kirinya terasa lebih hangat karena digenggam oleh Radina. Buru-buru ia melepaskan tangannya dengan sepenuh tenaga sehingga Radina terbangun.
“Udah bangun? Syukurlah,” kata Radina sambil meregangkan tubuhnya.
Setelah merasa lebih baik, Radina mengubah posisi ranjang Nalani agar tidak terlentang. Ia juga memberikan air minum pada Nalani. Nalani menatapnya penuh curiga namun minum juga.
Radina sendiri segera bersiap-siap ke sekolah. Baru saja ia mau mandi, Dokter Samuel datang untuk memeriksa Nalani sehingga Radina pun mengurungkan niatnya.
“Nalani, lebih baik bayi di kandungan kamu diangkat saja,” kata Dokter Samuel.
Nalani dan Radina langsung berjengit mendengar perkataan Dokter Samuel.
“Keadaan kamu buruk, kandungan kamu juga buruk. Kalau pun kamu berusaha bertahan, kamu yang akan susah nantinya,” kata Dokter Samuel.
“Saya mau bertahan, Dok,” kata Nalani.
“Kamu yakin?” tanya Dokter Samuel.
Nalani mengangguk.
“Kalau begitu habiskan makannya, obat, juga vitamin. Kalau ada keluhan segera bilang. Jangan lupa berdoa,” kata Dokter Samuel.
Nalani mengangguk.
Dokter Samuel pun pamit pergi namun ia mengajak Radina untuk ikut bersamanya.
“Ambil bayi di dalam kandungannya,” kata Dokter Samuel.
“Apa, Dok?” tanya Radina, tidak percaya akan perkataan Dokter Samuel.
“Bayinya mau diangkat sekarang atau nanti Nalani melahirkan, hasilnya tidak akan terlalu berbeda. Kalau sekarang, kemungkinan Nalani selamat lebih tinggi dan anaknya juga bisa diselamatkan meski harapannya kecil. Kalau tidak segera dilakukan, Nalani yang kemungkinan tidak selamat dan anaknya pun belum tentu selamat,” kata Dokter Samuel.
Radina menatap Nalani dari kaca yang terdapat di pintu. Nalani sedang mengelusi perutnya sambil menonton tv dengan wajah yang muram.
“Bisa saya jawab nanti kan, Dok?” tanya Radina.
“Diskusikan dengan baik kalau begitu. Radina, tolong beri jawaban bijak karena anak kamu ikut stres di dalam kandungan. Beri dorongan semangat, oke?!” jawab Dokter Samuel lalu menepuk bahu Radina.
Radina mengangguk dan kembali menemui Nalani yang sedang menonton tv.
“Kamu mau ke kamar mandi?” tanya Radina.
Nalani mengangguk.
Radina memapah Nalani sampai ke kamar mandi.
“Don’t close the door. I swear I won’t see anything,” kata Radina dengan cepat.
Nalani menatap Radina bingung. Ia tidak mengerti apa yang Radina katakan.
“Jangan tutup pintunya, aku gak bakalan liat apa pun. Pokoknya jangan tutup pintu,” kata Radina.
“Aku bakal tutup pintunya,” kata Nalani.
“Jangan! Kalau kamu kenapa-napa lagi gimana?!”
“Aku gak bakal kunci pintunya.”
“Nggak! Buka pintunya.”
Nalani tidak mendengarkan Radina dan menutup pintu kamar mandi.
“Nalani...” panggil Radina.
KAMU SEDANG MEMBACA
faster than a wedding
RomantikNalani Lituhayu, gadis yang baru saja memasuki masa SMA-nya harus kehilangan mimpinya karena hamil di luar nikah. Radina, ayah dari kandungannya, meminta Nalani menggugurkan kandungannya namun ayah Radina menolak tindakan itu mentah-mentah dan mengi...