June tidak tau.kenapa hanya si gadis Rose yang bisa membuatnya jengkel dan berdebar dalam waktu yang bersamaan. karena itulah dia sangat suka berdebat dengan Rose.
bukan, ini bukanya "hate love relationship". hanya saja ia benar-benar menyayangi gadis ini, tapi walau di dipukul-pun ia mana mau mengaku.
sebenarnya bukan perkara ia yang memilih gadis ini jadi partnernya. tapi 2 tahun bersama Rose membuat June yakin bahwa Rose-lah yang ditakdirkan hanya untuk June.
June rasa, hanya dengan Rose, ia berani mengorbankan segala hal penting untuknya. berani berubah demi wanita itu. contohnya ya itu. dua tiket baseball VIP mahal ia relakan untuk teman laknatnya, Bobby. semua demi Roseanne yang ternyata begitu June datang, wanita itu sudah terduduk lemas di ruang TV sambil memegangi tissue bernoda merah di hidungnya.
June lari begitu melihat Rose.
"Rose??"
Rose hanya melirik. merasa kepalanya sakit walau hanya digerakan sedikit.
"Udah dateng?" tanya Rose
"kenapa? kamu kenapa? kok bisa gini??" June
seketika panggilan 'lo' berubah jadi 'kamu'
"gatau. aku pusing, terus tiba-tiba rasanya ingusan, waktu aku pegang ternyata darah"
terlihat raut kesal di wajah June. bukan kesal pada Rose.
June merasa kesal pada dirinya sendiri karena membiarkan Rose bekerja sampai larut dan berakhir ia seperti ini.
"ck, udahlah kamu besok gausah lagi ambil job lembur. jadinya gini kan?! yang repot sapa coba? lain kali kalo ada orang ngomong itu dengerin! bisanya cuma nyusahin sih! harusnya tu-"
cerocosan panjang June terpotong oleh kalimat Rose.
"gitu ya. yaudah minggir gue bisa sendiri" ucap Rose.
June melebarkan mata mendengar intonasi dingin Rose. sepertinya kali ini memang ia kelewatan. memang tiap June panik, otaknya selalu bekerja lamban.
Rose beranjak tak memperdulikan June. Ia berjalan ke arah toilet dengan sisa tenaganya dan kepalanya yang seperti mau pecah.
jedarrrr
Rose membanting pintu kamar mandi.
June mati kutu terduduk diam di karpet ruang tv.
ya kan? otaknya lamban kalau panik.
tapi beberapa saat kemudian, ia berlari kecil kedepan pintu kamar mandi. menunggu Rose.
ceklek
Rose membuka pintu kamar mandi. Raut wajahnya masih menunjukan kekesalan pada June.
"kenapa? ngapain nyamperin? gue cuma nyusahin aja kan?" tanya Rose. masih berasa dingin.
"e -enggakk Rose, nggak gitu" kata June
Rose menatap June datar. ia hanya menunggu June mengatakan sesuatu. sejujurnya, kepalanya masih terasa pusing bahkan hanya untuk berbicara.
namun, alih-alih mengatakan sesuatu, si lelaki Koo ini malah menarik Rose kedalam pelukanya. Rose melebarkan matanya.
"maaf. maafin gue. bukan gitu maksutnya. lo tau sendiri kan kalo gue suka ga mikir kalo lagi panik? gue panik banget babe. gue gamau liat lo gini, gue minta maaf ya Rose?" jelas June.
Rose tersenyum kecil sambil mengangguk. hatinya menghangat.
"Iya, sayang" ucap Rose.
June melebarkan mata terkejut. jarang-jarang Rose selembut ini. namun ia bisa menguasainya. lalu, June melepaskan pelukanya dan menarik tengkuk Rose lembut. menciumnya.
awalnya hanya ciuman lembut saja, namun sekarang berubah jadi ciuman yang agak menuntut dan 'sedikit' panas.
"eeuunghh- Jun"
mendengar desahan Rose, seketika membuat June berhenti.
Rose bingung. tidak seperti biasanya.
"kalo kaya gini gue bisa gatahan Rose. lo lagi sakit. pan kapan aja lah ya?" kata June.
Rose lagi-lagi tersenyum.
"yakin nih?" tanya Rose menggoda.
June mengangguk.
"udah keras belom si?" goda Rose lagi.
June mengerutkan alis. merasa digoda oleh Rose.
"hadehh, apaan sih. belum Rose, belum keras. mau pegang?" tanya June.
Rose tertawa mendengarnya.
"yaudahh, ngantuk nih gue. gendong Jun kekamar" pinta Rose
June lalu menggendong Rose didepan. bukan bridal style, bukan piggy back. baginya, gendong depan itu lebih gentle dan romantis.
Rose melingkarkan tanganya di leher June. erat, sambil berbisik
"makasih ya"
dan June tersenyum.
ya kan? June bersyukur ia tidak salah pilih. June sangat sayang Rose. dari hati dan otaknya dan seluruh bagian dirinya, dan tanpa ada alasan.
•○●
KAMU SEDANG MEMBACA
AND JULY
FanfictionAwalnya manis, ngga tau kalau selanjutnya. June - Rose semi mature inspirated by : 'And July' - Heize ft. Dean