Kau tahu, aku sudah memikirkan ini jauh-jauh hari. Aku ingin memberimu sebuah filosofi sebuah pohon.Bagiku, akar yang mengerat dalam adalah sebuah cinta. Yang terikat kuat di dalam suatu keterikatan yang begitu erat. Tanpa ada satu hal pun yang mampu membuatnya lemah dan berkarat.
Sedangkan, batang kokoh adalah dirimu. Kuharap, kau berusaha untuk selalu tegap dan teguh dalam menghadapi kejamnya waktu. Tanpa nantinya akan ada suatu hal yang membuatmu menjadi tumbang.
Dan, dahan adalah aku. Kelak, pada waktunya, kumohon jadikan aku sebagai dahanmu. Yang saling menggenapi yang ganjil --tanpa nihil. Aku ingin menjadi dahanmu, yang menemanimu di hari-hari terpapar panasnya mentari dan dinginnya hujan yang membasahi.
Pun daun adalah usaha yang kita upayakan bersama. Tanpa adanya suatu kata sia-sia di dalam genggaman yang bersua di segala masa.
Terakhir, buah adalah hasil dari segala usaha yang selama ini terupaya. Manisnya akan selalu terasa bahkan hingga kita menua. Dan memberi kesan paling berharga dalam naungan semesta.
Kuharap waktu takkan menjadi alasan untuk kita saling menjauh dan melupa berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari di Lelap Gulitanya Malam
PoetryKepergianmu layaknya sebuah sampan yang berlalu hengkang kala sang senja terlelap kembali ke dalam pelukan peraduan. Dan, kehilanganmu adalah suatu ilusi yang kuharap dan kurapal dalam doa untuk hadir di dalam sebuah ambisi, namun kau menolak untuk...