Yang kutahu, waktu tak pernah mengenal berapa banyak detik yang telah berdetak. Mereka menjalankan tugasnya masing-masing. Saling melengkapi. Sang detik hanya berdetak, dan detaknya sang detik itulah yang dinamai sebagai waktu. Namun, detik yang berdetak tak berarti dia bernyawa.
Yang kutakutkan, cinta yang kauucap tidak benar-benar sedang terungkap. Ada sesuatu yang sebenarnya perlu kau ketahui, tentang sepotong hati yang pernah berlari pergi menjauhi relung dada di sebelah kiri. Sungguh, aku tak ingin menelan rasa itu untuk kedua kali.
Mungkin, kita perlu saling membenahi diri terlebih dahulu. Sebelum dua hati yang nantinya melebur menjadi satu. Yang kutakutkan hanyalah ungkapan rasa palsu tanpa pernah ada pembuktian nyata yang benar-benar tulus berasal dari hatimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari di Lelap Gulitanya Malam
PuisiKepergianmu layaknya sebuah sampan yang berlalu hengkang kala sang senja terlelap kembali ke dalam pelukan peraduan. Dan, kehilanganmu adalah suatu ilusi yang kuharap dan kurapal dalam doa untuk hadir di dalam sebuah ambisi, namun kau menolak untuk...