Pieces - 5

65.8K 10.4K 455
                                    

It's okay if you don't like me.
Not everyone has good taste.

-Unknown-


Sirly sudah terbiasa mendengar omongan buruk tentang dirinya, sejak bertahun-tahun yang lalu. Sirly kebal dengan itu semua, Sirly terlahir bukan sebagai perempuan yang lemah, mungkin itu yang membuatnya selalu diberikan ujian yang mungkin kalau orang lain yang menghadapinya, pasti sudah menyerah. Sirly juga bukan seperti perempuan protagonis di sinetron yang hanya bisa menangis dan menghindar ketika dirinya diperlakukan semena-mena. Dia boleh saja memiliki jalan hidup yang buruk, namun Sirly tidak akan membiarkan orang lain menginjak-injak dirinya. Seperti apa yang dilakukan oleh para Tante Reon padanya kemarin.

Sirly menyesap kopinya pelan lalu memandangi gedung pencakar langit dari jendela hotelnya menginap. "Oh sweetie, monsters are real and they look like people," gumamnya pada diri sendiri. Sirly melirik ponselnya yang berdering di atas ranjang, tulisan 'Mama' menari-nari di layarnya. Sirly menghela napas lalu mengangkat panggilan itu. "Halo, Ma?"

"Kamu kenapa nggak pulang?" tanya mamanya.

"Bentar lagi pulang," jawab Sirly.

"Kenapa nggak tidur di rumah semalem? Kamu nginep di mana?"

"Hotel."

Mamanya menghela napas, namun tidak membalas lebih lanjut masalah ini. "Hari ini kamu pulang ke Bandung jam berapa?"

"Agak siang, Sirly mau jenguk Papa, dulu," ucapnya datar.

Mamanya mengiyakan lalu memberitahu kalau beliau sudah menyiapkan beberapa makanan yang dibelinya untuk Sirly. Sirly mengucapkan terima kasih lalu mengakhiri panggilan itu, kemudian memeriksa pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Ada pesan dari Reon.

Reon : Aku ada meeting pagi ini. Tapi siang nanti aku anter kamu ke Gambir. Tunggu aku ya.

Sirly : Nggak papa, Yon. Kamu fokus meeting aja.

Setelah mengirimkan pesan itu, Sirly memandangi cincin yang melingkari jari manisnya, cincin itu terasa berat sekali di sana, dan rasanya, tidak seharusnya berada di sana.

*****

"Bang, lo beneran mau nikah sama Sirly?" tanya Catra yang duduk di depan meja kerja Reon. Mereka berdua sama-sama bekerja sebagai pengacara di kantor yang sama. Catra adalah anak dari adik ibu Reon, sekaligus teman SMA Sirly, kalau mereka bisa disebut teman, mengingat hubungan mereka tidak sebaik itu.

Reon memandang sepupunya itu dengan kening berkerut. "Masalah lo apa, sih?" tanya Reon.

"Gue udah cerita kan, gimana dia dulu, dia itu cewek nakal, Bang. Gue mau lo dapet yang lebih baik dari dia. Gue bisa nyariin lo cewek yang lebih baik dari dia."

Reon menggertakkan giginya, namun dia masih menahan emosi yang mulai memuncak, ini bukan sekali Catra menjelek-jelekkan Sirly di depannya, dan selama ini Reon masih bersabar. Reon tahu kalau Sirly punya masa lalu yang kelam, walaupun Sirly belum sepenuhnya membuka diri. Reon pun tidak memaksa, dia melihat Sirly yang sekarang dan akan membimbingnya di masa depan. "Masalah gue, bukan urusan lo. Rasanya gue udah sering ngomong begini ke lo."

"Gue cuma mau yang terbaik buat lo, Bang. Buat keluarga kita."

"Mending lo balik ke ruangan lo, sebelum salah satu box file ini gue lempar ke kepala lo!" ancam Reon.

"Lo nggak kenal dia, Bang. Gue tahu dia dari dulu. Sirly itu nggak punya attitude, bukan dari keluarga baik-baik. Lo tahu kan kalau bokapnya masuk penjara, karena bunuh orang?"

The Pieces of Memories (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang