Pieces - 7

71.4K 11K 827
                                    


Judge me
when you are perfect

-Unknown-


Sirly tidak bisa tidur semalam, sebenarnya malam-malam sebelumnya juga dia tidak bisa tidur nyenyak, namun mendengar nama pria itu disebut oleh Catra membuat suasana hati Sirly lebih buruk dari sebelumnya. Luar biasa sekali efek nama itu pada dirinya, bahkan setelah delapan tahun berlalu. Sirly berjalan ke kamar mandi dan membasuh wajahnya dengan air dingin, kantung mata terlihat lebih parah dari hari-hari sebelumnya. Dia menghela napas dan memutuskan untuk mandi. Pagi ini dia harus melakukan test food di salah satu hotel.

Setelah selesai mandi, Sirly bersiap-siap, dia mengenakan kemeja hitam yang dipadukan dengan rok pensil warna putih selutut. Dia mengoleskan make up tipis di wajahnya, lalu menyandang handbag-nya setelah memastikan semua barang yang dibutuhkanya ada di dalam tas itu. Hari ini Sirly memutuskan untuk naik taksi saja, dia malas menyetir dengan suasana hati yang sedang kacau seperti sekarang.

Tugas Sirly di Viola Wedding Planner selain mengurusi katering saat acara berlangsung, juga melakukan test food, mencicipi rasa dan kualitas makanan katering untuk pesta pernikahan klien mereka, memastikan bahwa rasa dan kualitas dari menu yang dihidangkan bisa diterima semua orang. Tugas yang kelihatan enak, mengingat hanya mencicipi makanan tetapi terkadang enek juga kalau harus mencicipi satu menu ke menu yang lain. Selain mencicipi makanan, hal yang harus dilakukan Sirly adalah melihat presentasi penyajian, dan juga memastikan semua request klien terkait menu makanan semua terpenuhi.

"Kekenyangan lagi?" tanya Kara saat Sirly kembali ke kantor dengan wajah suntuk.

"Iya nih, sampe begah. Bagi kopi dong, Ra," pinta Sirly yang melihat Kara memegang gelas kopi yang isinya sudah setengah.

"Heh, mata udah kayak panda gitu masih mau minum kopi. Nggak ada ya. Minum air putih sana. Atau jasmine tea, biar tenang."

Sirly berdecak kesal dan menyalakan laptop-nya. Kara mendekati Sirly, dia duduk di ujung meja sambil memperhatikan wajah Sirly. "Kenapa sih?" tanya Sirly yang risih dipandangi seperti itu.

"Nggak ada, sih. Kamu beneran nggak papa?"

Sirly mengangkat bahu. "I'm not okay, but it's okay."

"Mau jalan-jalan nggak? Ke mana gitu?"

Sirly menggeleng. Malam ini dia hanya ingin menghabiskan waktu di kamarnya. Ah, dia seperti orang yang sedang patah hati saja. Padahal dia yang mematahkan hati Reon. Kara menghela napas melihat Sirly yang menolak menceritakan masalahnya, padahal selama ini Kara terbuka pada Sirly. Namun, dia tidak ingin memaksa temannya itu. "Kalau kamu butuh temen cerita, ngomong aja. Aku mungkin nggak kayak kamu yang bisa kasih solusi, tapi seenggaknya aku bisa belajar jadi pendengar yang baik," ucap Kara sambil menepuk bahu Sirly.

******

"Reon? Kok...?"Sirly kaget melihat Reon yang sudah berada di depan pintu apartemennya. Padahal pria itu mengatakan kalau dia akan datang ke sini saat weekend, dan ini baru hari Rabu.

"Aku nggak boleh masuk?" tanya Reon.

Sirly langsung menyingkir dari pintu dan mempersilakan Reon untuk masuk. Reon duduk di sofa ruang tamu Sirly sedangkan Sirly berjalan ke dapur untuk mengambil minum dan camilan untuk Reon, seperti yang selama ini dilakukannya. "Kue lapis?" kata Reon sambil mengambil sepotong kue yang suguhi Sirly.

"Hm, baru bikin kemarin."

"Buat temen kantor?"

Sirly mengangguk. "Kenapa tiba-tiba ke sini? Kamu nggak kerja?"

The Pieces of Memories (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang