DUA

4.8K 528 37
                                    




Dua.

Najwawawawa

La, kamu dimana?
La aku ke dalem distro tapi sepi, kamu gak ada.
La, aku udah naik komotra. Aku cari nadin juga gak ada.
Aku udah sampe rumah makan La. Ajak nadin cepet balik.

Tanganku gemetaran. Lalu aku berpindah pada chat Nadin.

Nadinding

La, najwa ada sama kamu? Aku udah di rumah makan.
Ni najwa juga udah sampe. Kamu dimana La?
Aduh jangan bilang kamu masih ketinggalan di sana.
Tadi bu Irna sms, komotra terakhir jam 5, jadi aku cuss duluan. Aku gak ada batre buat chat kamu
LA BURUAN CARI KOMOTRA.
TERAKHIR JAM LIMA!!

Aku kembali menilik jam di hp.

LAHH? Kenapa udah mau setengah 6 aja? Terus komotra itu apa sih?

Aku menarik napas dalam-dalam. Untuk mengurangi kepanikan yang melandaku. Ya Allah, masa ini aku ditinggal rombongan sih?

Tenang, La, tenang. Aku membuka dompetku. Menilik isinya. Apakah cukup untukku naik taksi atau ojek ke rumah makan.

Aku bahkan sampai merem-melek setelah tahu isinya tinggal lima puluh ribu.

Dan sialnya, dompet kartuku ketinggalan di hotel.

Aduh, terus aku gimana ini.
BUNDAAAAAA...

Lalu, di saat kepanikan mulai melanda karena mentari di ufuk barat mulai lenyap, tiba-tiba terbesit satu nama itu. Adhelard Akyo? Eh gitu gak sih namanya kemaren?

Ya!! KIYO. Aku buru-buru mencari pesan yang kemarin aku terima. Dari nomor hp Kiyo. Lalu aku menekan opsi telepon. Tersambung.

Halo..Siapa?” Suara di seberang terdengar seperti mengantuk.

“Kiyo? Aku Nala, kamu..lagi di mana?”

Hening. Cukup lama. Sebelum Kiyo menjawab, “Nala? Nala yang semalem?”

“Iya. Nala yang calon mantu mam--” La, ada apa sama mulutmu, La.

Kenapa, La?” Suara Kiyo berubah panik.

“Aku nyasar deh. Kamu, mau kesini gak? A--”

Kamu di mana?”

“Distro electro hell?”

Tunggu di sana, lima belas menit. Eh sepuluh menit.” Lalu panggilan terputus. Menyisakan aku yang merutuki diri sendiri karena opsi filter di mulutku tidak berfungsi.

Tapi ya sebodo amat lah ya, yang penting ada yang mau nyamperin aku. jadi, aman lah duit lima puluh ribu di dompet.

*
*
*

Sepuluh menit berlalu, tepat dengan berhentinya mobil hitam di depanku. Aku buru-buru menegakkan berdiriku yang tadi senderan tiang.

Lalu si empunya mobil itu keluar. Jengjeng, dialah Adhelard Akyo Ramadhan. Dengan wajah kantuknya yang semakin membuat kedua matanya terlihat sipit. Lalu kaus barong khas Bali, juga boxer hitam dengan logo centang. Ah, that dark brown messy hair-nya yang masih sama seperti semalam, cuma lebih messy.

“Lama?” tanyanya, membuka pintu penumpang mobilnya. Memberi isyarat agar aku masuk.

“Sepuluh menit.” Aku berkata seraya tersenyum tipis. “Kamu.. tadi mau tidur?”

“Iya, tadi abis nganter mami, mau tidur.” Kiyo menutup pintu itu setelah aku masuk dan duduk dengan gemetaran.

Gilak, ini pertama kali aku duduk di kursi penumpang depan, berdua sama cowok. Pernah sih dulu, tapi sama om Riko.

Be My Forever☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang