EMPAT

4.8K 470 11
                                    

Empat

Aku melambaikan tangan pada bundaku di dalam mobil ayah. Juga pada Ace yang kepalanya keluar dari jendela mobil. Yang mana langsung ditarik masuk oleh bundaku.

Mobil ayahku melaju, meninggalkanku yang masih berdiri di depan sebuh rumah kecil bernama kos-kosan.

Ya, hari ini adalah hari di mana akhirnya aku boleh ngekost. Hari di mana akhirnya, ayah dan bunda memberiku kepercayaan untuk hidup mandiri.

Hari yang sangat aku tunggu.

Dulu saat SMA, aku sempat ingin kost, karena jarak SMA ke rumahku jauh. Dan aku belum boleh naik motor. Juga aku gak bisa. Sampai sekarang aku sudah 18 tahun lebih. Ayahku gak ngasih ijin aku naik motor. Dan aku cukup penurut.

Jadi, dulu, ayahku memilih membeli rumah kecil di dekat SMA-ku. Membiarkan rumah peninggalan Yangti, untuk ditempati dua bulek kembarku. Sementara Yangti dan Yangkung-ku pindah ke Batam, menemani Budheku.

Rumah kecil itu akhirnya kami tinggali sampai saat ini.

Aku menghela napas. Berbalik, membuka pintu kamar kosku, lalu menggiring sepeda yang baru dibelikan ayah untukku, berangkat ngampus.

Padahal jalan kaki ke kampus, juga gak sampai sepuluh menit.

FYI, ini sepeda pertamaku. Aku memandang penuh kagum pada sepeda-sejenis- sepeda gunung dengan warna hijau tua itu. Sepeda itu aku masukkan ke dalam kost-anku.

Ini sebenernya seperti rumah kontrakan gitu, jejer-jejer. Rumah yang gak terlalu besar, isinya cuma satu kamar tidur dengan kamar mandi di dalam, lalu dapur dan ruang tamu yang gak pake sekat.

Tapi ini yang paling aman dan nyaman. Dengan bu kostnya yang adalah adik dari bundaku. Bulek Dinda, dia dan suaminya yang mengelola kost-kost-an islami ini.

Aku merebahkan tubuhku ke kursi empuk yang disediakan bulek Dinda khusus untuk kost-anku. Kembali menatap sepeda itu.
Lalu tanganku bergerak membidik sepeda itu dengan hp. Menjadikannya story di WA ku.

Ah, aku melupakan Kiyo.

Baru aku akan mencari chatku dengannya, tapi si ganteng itu sudah lebih dulu mengirim chat.

Akyo
Duileh, yang mau kurus. Pake beli sepeda segala.

Aku melotot. Mengumpat sambil duduk tegak. Mulai mengetik balasan.

Aku.GAK.Gendut, Kiyo.

Akyo
Lah yang bilang kamu gendut siapa?

Aku mencebik. Mengabaikan chat Kiyo, lalu bergerak menutup pintu rumah. Menuju kamar mandi untuk wudhu dan sholat, karena adzan Ashar berkumandang.

Akyo
Jangan lupa empat rakaat :)

Aku tersenyum saat melihat chat Kiyo.
*
*
*

Benar kata Bulek Dinda yang dulu sempat merasakan kuliah. (ps. Bunda, dan dua bulek kembarku gak sempet kuliah, karena lebih memilih langsung kerja)

Kuliah itu, cuma bajunya aja yang bebas.

Tapi aturannya, ya Allah. Bejibun.
Apalagi untuk mahasiswa semester satu yang baru aja masuk sebulan yang lalu kayak aku gini. Apadah, isinya tugas mulu.

Dulu saat SMA, awal SMA gak ada tugas, isinya cuma pengenalan materi. Eh aku dulu SMK by the way. Ambil multimedia sesuai saran bunda. Lebih ke..perintah sih. Maaf ya, kalau nyebutnya SMA mulu.

Aku mengambil duduk di kursi depan Nadin. Kami sedang berada di McD, sepulang ngampus. Aku dan Nadin satu kampus, hanya beda jurusan aja. Nadin mengambil manajemen, aku mengambil Teknik Informatika.

Be My Forever☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang