H a p p y r e a d i n g
Tak sabar rasanya aku untuk segera bertemu Joe. Tidak seperti biasanya, pukul 3.30 sore aku sudah bergegas keluar kantor. Setengah berlari aku mengejar bis untuk membawaku ke stasiun kereta api. Joe dan aku memang tidak tinggal di satu kota. Ia tinggal sejam jauhnya dariku dengan berkendara kereta api.
"huh, semoga dia paham atas perjuanganku untuk bertemu dengannya.“ Sungutku dalam hati.
Bergegas aku menaiki kereta yang mengantarkanku padanya. Sepanjang perjalanan Joe berulang kali bertanya apa aku akan benar datang setelah semalam ia mendengar suara kesalku di telepon akibat makanan. Hanya sekali aku membalas emailnya menanyakan jam berapa ia keluar kantor, tanpa menjawab apa aku akan ke sana.
Tak terasa sejam berlalu dan kereta yang kutumpangi tiba di kotanya. Berhimpitan dengan ratusan manusia aku bergegas menuju halte tram. Aku berhenti sejenak untuk membeli beberapa potong canape di salah satu warung makanan yang ada di stasiun. Paling tidak aku tau bahwa aku tidak akan kelaparan, pikirku. Berbekal beberapa potong canape aku mendatangi laki-laki itu.
Saat aku turun tram, kulihat laki-laki tua itu berdiri tegak di antara lalu lalang. Tidak sedikitpun ia bergerak sampai ia melihatku datang. Senyum mengembang di wajahnya dan memelukku bersahabat. Kami bertukar sapa dan berjalan ke apartmentnya.
"Hello.“ Lagi-lagi kami serentak menyapa patung besar yang ada di halamannya. Lagi-lagi kami terkikik geli karena insiden remeh tersebut.
Joe mempersilakanku masuk. Ia memberiku sebuah hanger untuk menggantung jaket kulitku. Lalu aku letakkan kotak makanan yang aku bawa di atas meja dapur.
"Apa itu?“ tanyanya.
"Canape.“ jawabku.
"Kamu khawatir bakal kelaparan?“ goda Joe padaku.
"Kamu tidak akan suka melihat kelakuanku saat lapar.“ jawabku datar.
Joe membuka lemari pendinginnya dan menunjukkan 2 buah botol wine untuk kupilih. Sebotol pinot noir dan sebotol rioja.
"Rioja. Pilihan mudah.” ucapku.
“Aku atau kamu yang buka?” Joe tidak menjawabku, hanya memberiku pembuka botol wine lalu mengambil 2 buah gelas.
“Aku juga mau air putih.” pintaku.
"Still atau sparkling ?" tanyanya.
“Sparkling.” Jawabku.
Lalu terdengarlah suara “pop”. Aku membaui cork yang baru kubuka sebelum menuangkan ke gelas yang ia pegang.
"Kamu paham wine?“ tanyanya penasaran.
"Ngga juga. Aku cuma tau mana yang aku suka dan mana yang tidak. Pinot noir murni tidak masuk dalam list kesukaanku.“ jawabku sambil menuangkan wine. Joe mengajakku duduk di teras.
"Kita perlu bicara, Joe.“ kataku perlahan.
"Uh…oh..“ jawabnya sambil menggigit bibir.
Aku menahan geli di dalam hati. Kenapa laki-laki sering kali cemas apabila perempuannya mengucapkan sepotong kalimat pendek ini.
"Aku tau aku orang yang sulit. Aku bukan orang yang akan manut begitu saja. Dan aku ingin kamu tau, bahwa untuk aku datang ke sini, berarti aku benar ingin bersamamu. Aku ingin menjadi submu. Bukan sekedar untuk makan.“ ujarku panjang lebar.
Joe menganggukkan kepalanya. Ia memejamkan matanya dan menarik napas. Bibirnya terkatup rapat. Aku mulai dapat membaca gerak-geriknya. Tampaknya tiap kali ia berusaha untuk menata pikiran dan memformulasikannya dalam ucapan, ia selalu melakukan hal ini. Aku putuskan untuk membiarkannya dalam diam.
"Kamu tau, Tara. Bersamamu itu fun. Tapi kita perlu memiliki batasan yang jelas. Aku ingin kamu datang untuk menjadi pelacurku. Bukan untuk makan atau sekedar ngobrol.“ ucapnya hati-hati.
Aku mengerutkan keningku mendengarnya menyebut kata pelacur. Suatu kata yang menurutku sangat tidak sopan. Anehnya aku tidak menamparnya. Hal yang mungkin akan kulakukan apabila itu kudengar dari mulut orang lain. Aku bergumul dengan pikiranku.
"Kamu tersinggung dengan istilah pelacur?“ tanyanya perlahan.
"Aku heran aku tidak menamparmu. Aku justru ingin tau makna pelacur yang ada di kepalamu.“ tanyaku balik.
Lagi-lagi ia memejamkan matanya, menarik napas panjang dan mengatupkan bibirnya. Seksi. Sungguh aku ingin segera loncat ke pangkuannya.
"Buatku, pelacur dalam konteks ini adalah perempuan yang bebas. Bebas menikmati tubuh, seksualitas dan sensualitasnya, tanpa ada kekhawatiran. Bebas jadi dirinya sendiri tanpa khawatir dihakimi ataupun dinilai buruk olehku. Dan buatku ini seksi.“ terangnya.
"Kalau begitu aku pelacurmu.“ jawabku dengan mengerlingkan mata menggodanya.
Melihat responku, Joe menarik rambutku dan menciumi telingaku. Ia melumat bibirku dengan penuh gairah. Tangannya kokoh mencengkeram rambut dan leherku. Ia menarikku masuk ke living room dan duduk di kursi kesayangannya dengan kaki terbuka. Aku duduk bersimpuh di hadapannya. Jemarinya kembali mencengkeram erat rambutku. Ia pun bercinta dengan mulutku. Aku terengah kesulitan. Ukurannya yang hampir tiga kepalanku sulit untuk kuakomodasi.
"Buka mulutmu! Julurkan lidahmu!“ perintahnya pelan sambil menunjukkannya. Ia membuka lebar mulut dan menjulurkan lidahnya.
Aku menirukan perintahnya. Ada sedikit kemajuan. Tapi tetap saja bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Apa yang ada di bokep tidak semudah dan seindah kenyataan.
"Tengadahkan lehermu! Keluarkan lidahmu!“ perintahnya lagi.
Joe mencoba berbagai posisi untuk menemukan posisi yang paling mudah untukku mengakomodasi ukurannya. Aku tersedak dan muntah. Aku menangis ketakutan dan kesakitan. Ia pun segera berhenti dan berlari ke kamar mandi untuk mengambil sehelai handuk. Ia bersihkan tubuhku yang kotor terkena cairan muntah dan memelukku.
"It’s fine, Tara. It’s just body.“ ucapnya lembut sambil memeluk dan membelai lembut rambutku.
Joe kembali duduk dan aku beringsut ke pangkuannya. Laki-laki itu menghapus bulir air mataku dengan lembut dan memelukku.
“Aku ngga bisa.” ucapku kecewa.
“Tadi waktu pertama kamu cuma bisa sampai sini.” ucapnya sambil menunjukkan kemampuan awalku.
“Dan terakhir kamu bisa sampai sini. Berarti ada kemajuan kan.” Ujarnya menenangkanku. Aku hanya terpaku dan ragu.
"Kamu masih mau coba lagi?“ tanyanya. Aku anggukkan kepalaku dan kembali bersimpuh di hadapannya. Bersiap untuk melanjutkan pelajaranku.
"Cita-cita baruku. Aku mau masukkan itu semua ke mulutku." ucapku sambil tertawa.
Joe tersenyum melihatku. Ia kembali mencengkeram rambutku dan bercinta dengan mulutku.
***
THE END

KAMU SEDANG MEMBACA
MY MASTER ✔
Romance(COMPLETED) WARNING! Mature content✔ Harap betul-betul sudah 17+✔ Typo bertebaran✔ Update tergantung mood✔ Readers bebas membayangkan siapa aja tokohnya✔ PLEASE READ AND VOTE #21092018 Written by PUANSYAHARANI