9. The Lift

1.7K 178 6
                                    

Jangan bermain denganku, jangan mengganggu milikku karena kau tidak akan tahu apa yang akan aku lakukan padamu.





anomalee present

THE LIFT

Warn! Will make you scary, sorry







Mingyu bersamaku, menjalin hubungan serius dengan laki-laki semacam Mingyu memang tidak bisa disepelekan. Tingkahnya polos, namun juga bodoh di saat bersamaan.

Tidak bisa membedakan mana yang tulus berteman dan mana yang ada maunya.

Naif. Satu hal yang aku tidak suka dari Mingyu.

"Tadi bertemu Minghao lagi?"

"Yap, dia baik sekali, aku ditraktir olehnya sayang, bukankah itu bagus? Uang kita akan aman."

Uang kita? Lalu posisiku sebagai kekasihmu yang tidak aman, hitam!

"Oh begitu ya."

"Tadi ada pegawai baru, namanya Tzuyu. Dia orang luar, uhhh aku lupa."

Mengusap rambut hitam legamnya, aku sambil tersenyum merasa lembutnya tekstur itu. "Kau menyukainya?"

"Tidak, tentu tidak." Dia menggenggan tanganku kemudian. "Aku hanya menyukaimu sebagai pacarku, kekasihku, orang yang akan aku nikahi."

"Meski mereka menginginkanmu?"

"Apa maksudmu sayang? Mereka menyukaiku? Itu tidak mungkin."

Itu mungkin, jika kau memiliki kekasih yang bersikap ramah, bisa dingin dan hangat dalam waktu bersamaan, apalagi ditunjang dengan tubuh dan wajah yang tidak bisa dibilang rendah.

Andai saja kau tahu Mingyu, mereka menyukaimu dan berniat merebutmu dariku.





The Lift






"Oh Wonwoo, hai."

"Ya, Minghao."

Aku bertemu dengan Minghao di kantor Mingyu ketika lembur hingga larut. Aku kembali karena beberapa berkas tertinggal, mengingat aku menjabat sebagai sekretaris dan Mingyu sedang sakit, tidak membuat pilihan selain aku yang harus turun tangan mengambilnya sendiri.

"Kau akan pergi ke lantai berapa?"

"Tidak tahu, mungkin 3 dari atas. Aku tidak hapal gedung ini."

"Bukankah kau sekretarisnya Mingyu?"

"Aku tidak pernah sampai ke lantai atas. Aku tidak menyukai ketinggian."

Membual adalah keahlianku, aku memasukkan tangan ke dalam saku celanaku dan melihat dengan pasti angka demi angka bergulir semakin besar.

Hingga aku mendengar suara lift yang terbuka, menampilkan seorang wanita dengan kulit putih dan rambut coklatnya yang bergelombang, menginjakkan kaki di lift bersamaku dan Minghao.

Tzuyu.






"AAKHH!!"

"K-kau..."

Pria dengan wajah lebih tirus menyeringai. "Kenapa?"

"Kau membunuhnya."

Wonwoo tersenyum dengan manisnya, waktu menunjukkan tengah malam dan tidak ada orang yang mau menaiki lift di malam hari.

Beberapa lantai terhitung dari naiknya Tzuyu, ia menikamnya, tepat di jantungnya, membuat wanita berkebangsaan Taiwan itu menghembuskan napas terakhirnya, disaksikan oleh Minghao sendiri.

Lift sudah mencapai angka 15, sedang Minghao membuat tubuhnya berada di sudut lain lift setelah sudut satunya terisi oleh mayat wanita yang matanya membelalak ketika ajal menjemput.

"Kau gila Wonwoo!"

Wonwoo justru tertawa mendengarnya, ia tahu Minghao sangatlah ketakutan.

Ting!

Wonwoo melangkahkan kakinya keluar dari lift di lantai 16. Sekali lagi aura yang tidak bisa ditampik untuk menunjukkan betapa menakutkannya dia sekarang.

"Berikutnya adalah giliranmu Minghao-ssi."

Detik terakhir yang Minghao lihat adalah Wonwoo yang melambai dengan pisaunya. Meninggalkannya di dalam lift sendirian bersama mayat Tzuyu.

Ketika pintu tertutup dia menangis, ketakutan, menggedor pintu lift, berusaha menekan tombol apapun agar lift berhenti atau turun ke lantai sebelumnya.

Dia ketakutan.

Dia tahu Wonwoo benar akan menghabisinya kali ini, ketika lift akan berada di puncak.

Ia ingat akan ponselnya, segera mengeluarkannya dari dalam saku bajunya, dengan jari gemetar berusaha menghubungi siapapun yang dapat dijangkaunya.

Ting!

Keringat dingin memenuhi tubuhnya, menatap Wonwoo dengan sorot mata putus asa, memohon untuk dibebaskan. Terisak karena Wonwoo masuk dan menutup pintu lift untuk turun ke lantai dasar.

Naasnya, ponselnya terjatuh sebelum dia menekan tombol hijau dari saudaranya yang menelpon.

Ting!

Lift itu pun kembali turun hingga lantai dasar setelah Wonwoo menekan tombol. Wonwoo berdiri dengan tangan menjambak rambut Minghao yang terpejam.

"Ah~ akhirnya selesai. Aku harus pulang. Umm mungkin kau harus ikut."

Dengan tega ia menarik rambut tersebut sehingga tubuh Minghao tersungkur, terpisah dari kepalanya.

"Ups, apa aku memotongnya?"

Dia justru tertawa, melempar kepala itu sembarangan mengenai ban mobilnya. Lalu membuka pintu mobil hitamnya, meninggalkan jejak darah yang berceceran.

NAFAS INI[MEANIE!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang