7

1.9K 203 30
                                    

Disc@MK
Warning@typo, occ, dll




"Hinata".

Shikamaru tidak yakin akan penglihatannya. Bukankah gadis itu telah memilih jalannya, memilih menerima Itachi dan meninggalkannya. Apakah ini ilusi atau khayalan semata.

"Kau arwah". Ucap Shikamaru.

Hinata terkekeh dan mendekat ke arah Shikamaru. "Kau lucu, kemana pria jenius yang sering diberitakan". Hinata kemudian memeluk kembali Shikamaru. "Maaf". Ujar Hinata pelan.

Shikamaru melepaskan pelukan Hinata. "Bagaimana bisa Hinata". Shikamaru masih penasaran akan semua hal berkaitan tentang gadis di depannya.

Flashback on

A- aku ta- kut ". Ujar Hinata terbata.

Itachi mengerti ketakutan Hinata, tak dapat dipungkiri jika gadisnya adalah sosok wanita lembut, dan perhatian. Sedari dulu selalu menyayangi ayahnya.

"Aku mengerti, tapi kuatlah aku yakin kita dapat menghadapi masalah ini bersama". Itachi mengecup puncuk kepala Hinata.

Hinata hanya terdiam mendengar penuturan Itachi. Bahkan saat Itachi menuntunnya kembali ke villa dekat pantai milik pria itu, Hinata masih dilanda kebisuan.

"Aku tahu kau mulai.membuka hati untuk Shikamaru". Itachi memulai percakapannya. "Aku akan pergi jika pagi ini aku masih melihatmu di sini berarti kau ingin bersamaku namun jika sebalikanya aku akan menerimanya". Itachi bangkit dan meninggalkan Hinata.

Perasaan bersalah menghantuinya semalaman. Bahkan Hinata melihat wajah kecewa ayahnya, betapa malunya ayahnya karena ulahnya, dan betapa guratan tua terlihat menambah kesan kecewa. Hinata memegangi dadanya berdenyut sakit.

"Ini salah". Hinata membaringkan tubuhnya dan menyesali. "Maaf Itachi- kun". Hinata bangkit dan pergi meninggalkan Itachi. Pilihan ayahnya benar dan dirinya memilih pria yang menerimanya dulu maupun sekarang.

Flashback off

.

.

.

"Jadi begitu". Shikamaru memeluk erat. "Terimakasih Hinata". Shikamaru masih belum bisa melepaskan tubuh mungil istrinya.

"Aku akan membuka hatiku, walau dimulai dari kesalahan, aku yakin ini kesalahan terindah ". Hinata membalas pelukan Shikamaru.

"Kau akan terikat padaku Hinata, bahkan sampai dititik kau tidak akan bisa hidup tanpaku". Shikamaru melepas pelukannya dan menyamber bibir terbuka istrinya.

Keduanya larut dalam sebuah ciuman lembut namun menuntut. Penuh gairah dan hasrat terpendam.

Entah sejak kapan tubuh keduanya telah berbaring di ranjang kamar mereka. Tubuh mereka pun telah polos tanpa sehelau benangpun. Larut dalam kebutuhan keduanya, kulit bertemu kulit, bibir saling bertemu, jari saling bertautan dan suara desahan terdengar indah ditelinga keduanya. Sampai titik puncak dari penyalurannya, keduanya memulai kembali hubungan yang diawali kesalahan, meluruskannya atas nama cinta.

.
.
.

Hiasi tersenyum puas melihat putrinya resmi menikah. Bahkan dirinya cukup yakin ketika Shikamaru datang padanya, meminta putrinya secara baik- baik. Tidak itu saja bahkan pemuda itu bersujud akan membahagiakan Hinata. Berucap lantang dan menyakinkannya. Sungguh mengesankan bukan, Hiasi tersenyum memandang foto putrinya. Sekarang dirinya bernafas lega jika Hinata memilih pria tepat. Mungkin Shikamaru bukanlah pria yang dicintai Hinata namun pria tua itu yakin seiiring waktu hati putrinya akan luluh juga.

.

.
.

Itachi tersenyum kecut di atas balkon Apartemenya. Pemuda bersurai panjang itu sudah mengira jalan yang dipilih oleh Hinata. Bahkan dirinya bisa melihat binar cinta tumbuh di hati Hinata melalui tatapan matanya.

Itachi tersenyum dan meminum gelas wine nya lagi. "Kalian akan bahagia ". Gumam Itachi.

Tidak berapa lama suara ponsel miliknya bergetar. Dibukanya benda pipih itu, dan dilihatnya pesan dari Sasuke.

Jangan bersedih

Belum sempat Itachi membalas pesan dari Sasuke. Pesan lain datang.

Potret beberapa.wanita cantik terlihat.

Pilihlah satu mereka sangat memujamu

Semoga berhasil kakak

Itachi tersenyum kembali dan menutup ponselnya.

"Seharusnya aku mengalahkan egoku dulu". Ucap Itachi menyesal namun semua sudah terjadi.

Mendial nomer Sasuke.

"Aku akan mulai dari Konan". Ucap Itachi dan segera mematikan ponselnya.

Dilihatnya wajah Konan di ponsel. seorang gadis dengan korsase biru di rambutnya.

"Cantik, seperti Hinata". Gumamnya sendiri. Itachi tersenyum namun airmatanya merembes keluar. Melewati pipinya begitu saja.

"Aku tidak pernah tahu kapan bisa melupakanmu". Itachi berbica pada dirinya sendiri.

Hati memang tidak pernah tahu kapan berubah. Waktu berjalan dan tidak bisa kembali lagi. Biarkan tidak ada kecewa nantinya, karena mengecewakan banyak hati akan sangat menyakitkan.




.
.
.









.

.

.



TBC

Maaf mungkin ini terlalu pendek. Tapi aku janji chap depan tidak akan mengecewakan.

Salam manis Lavender_moon

AccidentallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang