Bab 1

145 11 9
                                    

Don't care - Mere

BAB 1

     Jam 7. 30 pagi, dengan santainya Mere masih betah duduk ditempat kesukaannya. Bunda yang melihatnya segera meneriaki Mere yang duduk manis menyantap makanan diatas meja makan, Mere memasang wajah cemberut "Bun, Bunda rela melihat anak Bunda kelaparan ?"  Dengan wajah memelas kepada Bunda meminta agar ia bisa menyantap makanan itu lagi.

Segera Mere berdiri dari tempat duduk kesukaannya, karena takut melihat mata Bunda yang melototinya dengan tajam.

Mere mendekati Bunda  sambil mengelap tangan kotornya ke celemek milik  Bunda.

  "Bunda, aku pernah dikasih tahu para tetua katanya kalau mengelap di celemek milik bunda aku akan beruntung"  Ucap Mere dengan wajah yakin, Bunda memukul kepala Mere karena kesal melihat tingkah  Mere, Mere merintih kesakitan sambil mengusap-ngusap kepalanya.

"Dasar, kamu gak tahu celemek Bunda ini harganya mahal. Para tetua apa lagi itu ? Kamu seharusnya jadi jaksa aja atau gak pengacara saja. Soal nya kamu pintar sekali berbicara apa lagi terhadap Bunda"

Mere tergelak, rutinitas Mere adalah  menggangu Bunda setiap hari kalau bisa. Sayangnya hampir 50 persen waktunya tersita di sekolah.

Setidaknya dia bisa menggunakan waktu terakhir nya dengan Bunda satu-satunya keluarga yang ia miliki.

"Bun, Mere pergi sekolah dulu" pamit Mere kepada Bunda tak lupa tradisi dari para tetua Mere mencium punggung tangan milik Bunda, lalu memperagakan gerakan yang hanya dimiliki oleh Bunda dan Mere.

  Mere celinga-celingu mengintip dijendela kaca, dia sudah terlambat 10 menit akibat sarapan tadi.

"Ini pasti karena Bunda, Karena makanan yang Bunda  buat terlalu enak" celetuk Mere sambil mengendap-ngendap memsuki kelas.


Dengan hati-hati Mere melihat dalam ruang kelas, beberapa orang duduk rapi menunggu guru datang.

Keberuntungan bagi Mere karena guru belum masuk.

Mere langsung duduk dikursi miliknya, sambil bernafas lega karena kali ini dia selamat dari guru killer.

"Ehh...pig  tumben lo terlambat ?"  Reka memukul pundak Mere memastikan kenapa Mere kali ini terlambat. "Apa karena....."  

"Yaps...kamu benar Key"  Mere menatap mata Key dengan erat, Key menelan ludahnya kembali balik menatap Mere erat-erat, key mencekram kuat pundak Mere menggunakan telapak tangannya.

Mere sedikit merintih kesakitan walau tak kedengaran.

Key dan Mere menghela nafas dalam- dalam  secara bersamaan.

"Apakah pemikiran gue dan lo sama ?" Key mencoba memastikan

"Aku rasa. Iya"  ucap Mere

"KARENA BUNDAA" Ucap mereka serentak, mereka tak sadar bahwa volume suara mereka terdengar diseluruh ruangan.

Key dan Mere telat menyadarinya.

Mata Mere dan Key menyelidiki seluruh ruangan, tatapan mata tak suka dari seluruh kelas benar-benar kelihatan dengan jelas.

Tak luput dari depan kelas, pak Syahrul sudah berdiri didepan kelas dengan tatapan tajam dan kumis tebalnya.

"Keluar sekarang dari pelajaran saya"

Kata mutiara milik pak Syahrul akhirnya keluar dari mulutnya yang hampir tertutupi oleh kumisnya.

Key dan Mere terdiam.

"SE KA RANG!!"

Mere The FatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang