Nama suami dari Ibu Renalia, S.H. ini Dr.Muhammad khoiri , S.Ag, S.E., dia adalah mantan Rektor disalah satu universitas suasta diJakarta dan dia juga mempunyai salah satu bisnis daur ulang sampah pelastik di beberapa daerah di Indonesia, dia juga memliki bebrapa Pom bensin di Jakarta dan Banten dan dia juga mempunyai beberapa penghargaan terhadap lingkungan hidup. saya sangat bangga terhadap beliau karena beliau sangat berpendidikan dan sangat mengerti tentang Agama, hususnya agama Islam jangan tanyakan masalah ekonomi karena beliau adalah lulusan terbaik di salah satu universitas terbaik di negri ini, bagi saya orang ini sangat luar biasa, tapi sayang dia selalu sakit-sakitan dan anaknya pun seolah tidak peduli dengan dia, anaknya hanya satu bulan sekali menengoknya, bahkan ketika dia dirawat anaknya tidak menjenguknya, sungguh sedih melihat kehidupannya yang sangat berkecukupan tapi kurang rasa sayang yang selama ini orang-orang cari, lalu saya terdiam dan berfikir bagaimana seorang anak bisa hidup dengan harta yang melimpah tapi tidak mempunyai rasa sayang terhadap ayahnya sendiri yang sedang sakit, lagi-lagi saya mendapatkan pelajaran yang berharga karena manusia tidak hanya hidup degan harta tapi manusia juga hidup rasa sayang dan perduli terhadap anggota keluarganya terutama rasa sayang terhadap kedua orang tua, tidak lama kemudian bapak ini menanyakan mengapa saya tidak sekolah, lalu saya hanya terdiam dan tidak menjawab, tapi bebrapa saat kemudian si bapak itu pun meminta maaf kepada saya tentang pertanyaannya yang tadi sehingga membuat saya terdiam, dan saya berkata tidak apa-apa kok pak, saya akan menjawab perjawab pertanyaannya, saya tidak sekolah karena saya tidak mempunyai biaya untuk sekolah, padahal saya sangat ingin sekolah atau mungkin saya sangat berharap masuk pesantren apapun nama pesantren itu saya akan masuk, tapi apadaya sekolah biasa saja keluarga saya tidak mampu, karena bapak saya hanya seorang tambal ban yang penghasilannya tidak jelas. tapi saya bersukur bisa makan sehari sekali saja, dengan penghasilan bapak saya yang tidak jelas, itu juga sudah lebih cukup bagi kami, asalkan kami bahagia dan kami saling peduli, bahagia tanpa uang atau hidup banyak harta tapi tidak bahagia, saya akan memilih yang pertama, tanpa uang tapi bahagia, ukuran bahagia tidak ada, tapi ukuran harta slalu berpatokan, dan si bapak itu hanya terdiam, dan berkata, mau kah kau menjadi anak angakat saya, dan saya akan sekolahkan kamu kepesantren mana pun yang kamu inginkan asalkan kamu mendoakan saya dan istri menjadi bahagia dunia dan akhirat, dan saya menjawab saya mempunyai orang tua yang baik tapi miskin dan saya akan mempunyai orang tua angkat yang kaya dan baik, tapi dengan mengaharpkan imbalan doa, dan saya bertanya kembali kepada bapak itu, apakah jika seorang sudah dibantu dengan ikhlas dan tulus ia tidak akan memberikan imbalan sepadan meskipun hanya sebuah kata- kata doa ?? dan si bapak itu memanggil istri tercintanya, dan menanyakan kembali kata-kata saya tadi, dan istrinya menjawab saya akan mengurus kamu meski kamu berkhianat kepada kami, saya terdiam karna bagi saya itu jawaban yang sangat penuh dengan makna, dan melebihi dari pertanyaan saya tadi, dan saya berkata kepada mereka apakah saya boleh menanyakan tentang menerima kalian sebagai orang tua angkat saya kepada ayah dan ibu saya? dan mereka menjawab silahkan kami akan menerima jawaban kamu apapun itu jawabannya dengan senang hati, meskipun kamu tidak boleh kamu akan tetap sekolahkan kamu. lalu saya meminta agar saya kembali diantarkan pulang karena hari sudah mulai sore, dan saya dilarang pulang sebelum saya makan makanan yang sudah disediakan, kemudian saya terima ajakan mereka untuk makan, ketika saya lihat beta mubazirnya makanan yang mereka sediakan, meja ini sangat terlihat penuh dengan makanan, padahal yang makan hanya kami bertiga, saya berkata kembali kepada mereka, apakah kalian mememakan makanan ini semua, dan mereka berkata tentu tidak nak, dan saya bertanya kembali lalu dibawa kemana makanan ini jika tidak habis, dan mereka berkata mungkin dibuang atau dimakan oleh pembantu2 kami, saya kembali bertanya apakah boleh saya mengajak semua pembantu, tukang kebun, supir dan penjaga keamanan untuk makan bersama, karena bagi saya, ini makanan untu 2 keluarga, dan mungkin itupun tidak akan habis. dan mereka berkata ya, lalu mereka memanggil salah satu pembantu untuk mengajak semua pembantu makan bersama kami, setibanya mereka tiba terlihat betapa canggungnya mereka, karena mereka haya berdiri dan takut untuk duduk bersama kami, lalu saya bicara kepada mereka, silahkan duduk tapi mereka hanya berdiri, lalu Bpk, muhammad berkata silahkan duduk, dan merekapun tetap berdiri, tidak lama kemudia istrinya pun berkata silahkan duduk atau kami pecat kalian semua, sambil tersenyum untuk menakuti mereka, dengan serentak mereka langsung duduk dibangku yang sudah disediakan, betapa terkejutnya saya mendegar kata-kata istrinya itu, dengan nada diancam meskipun sambil tersenyum mereka baru mualai berani duduk tapi tapi mereka tidak berani makan, sungguh fenomena yang aneh bagi saya. tapi tak lama kemudian pak Muhammad memerintahkan makan, dan mereka pun baru memulai untuk makan, dan mereka terlihat tersenyum saat makan dan berbicang-bincang dengan santai bagaikan karyawan dan bosnya yang sedang rapat kecil, setelah makan lalu saya meminta izin untuk pulang, lalu pak,siddiq memerintahkan supir untuk megantar saya dengan mobil pribadinya yang mewah, tidak terbayang saya menaiki mobil yang sangat mewah ini, berkhayal untuk naik mobil ini saja saya tidak berani apa lagi sampai memliki mobil ini, ketika saya tiba lalu sopir itu memberikan saya Bingkisan yang saya tidak tahu isinya ap, dan diizinkan dibuka dirumah didepan bapak ibu dan kakak saya, lalu saya berkata apakah ini tidak berlebihan pak,sopir, dan ia berkata kalau adik tidak menerima ini maka saya yang akan dipecat, mungkin ini adalah doa yang selama ini adik panajatkan kepda yang kuasa, dan saya mengucapkan titip salam terimaksih kepada mereka, dan supir itu berkata saya sangat berharap adik mampu mengubah suasana rumah yang selama ini bagaikan taman tanpa ada keceriaan. dan saya pun tersenyum dan melangkahkan kaki kerumah yang jaraknya hanya 102 meter dari gang depan,Bersambung..
YOU ARE READING
Teriak Santri
Short StoryIni bercerita seorang lelaki muda yang ingin bersekolah dalam pendidikan agama, tapi terbentur dengan keadaan keluarga yang sangat miskin, dia memiliki sorang ayah yang hanya belerja sebagai tukang tambal ban, semua sangat sulit ketika merka hidup...