0.2

57 36 36
                                    

Sebelum baca, tekan bintang dulu yaa

.

.

.

Malas, hanya itu yang bisa mendeskripsikan perasaan ku sekarang

Aku malas, malas melihat wajahnya yang seolah tidak berdosa setelah menikamku dengan beribu ribu pisau berduri

Aku malas, melihat sikapnya yang santai seolah kemarin dia hanya menjalani kehidupan seperti orang brengsek biasa, bukannya menghancurkan hati seorang gadis.

Aku sungguh malas dihukum membersihkan Rooftop dengannya sekarang!

"Apa kau lelah? Kau daritadi mengelap kaca yang sudah berkerak itu, pasti sulit bukan?" Yang bisa kulakukan hanya mendelik malas kearahnya dan kembali mengelap kaca kaca sialan ini

"Oke aku diam" Dia lalu kembali memasang tampang datarnya dan kembai menyapu lantai

Sungguh, aku benci hawa canggung diantara kita, mungkin,aku harus mulai bicara,bagaimanapun, tidak ada alasan mengapa aku marah hariini bukan? Bukan salahnya jika dia tidak tertarik denganku..

"Emm Niel,sudah PR?" 

"Sudah, kau?"

"Belum, boleh minta?"

"Tidak"

Sungguh, aku sangat ingin mengumpat sekarang

"Sialan"Gumamku

"Berapa kali aku harus bilang, Perempuan tidak baik untuk mengumpat, tidak sopan, apalagi dengan lelaki, tidak enak dilihat" aku mengetahui, dalam intonasinya bicara, ada nada tidak senang. Tapi tunggu,apa dia bilang 'Perempuan' tadi? Apa aku dianggap 'Perempuan' yang sebenarnya olehnya? Persetan, aku ingin bertanya

"Ahh aku lupa, maaf. Tadi kau bilang 'Perempuan' apa kau menganggapku 'perempuan' seperti yang kau bilang?" 

"Lalu jika kau bukan perempuan kau apa? Transgender?" SHIT.

Aku diam, dan merenung, mungkin salahku juga menanyakan hal seperti ini ke orang se-'Kritis' dia.

"Kalau maksudmu,' Perempuan' yang ada dipikiranmu itu, jawabanku tidak,tidak ada yang bisa membuatku menganggapmu 'Perempuan' No Reason Young Lady" Setelah mengatakannya,Dia tersenyum, iya, dia TERSENYUM. Aku sungguh benci senyumnya sekarang, senyum sinisnya.

"Aku tidak memikirkan apa apa, jangan besar kepala dulu" I just wanna Cry

"Baguslah kalau begitu"

"Emm, Niel, aku ke toilet sebentar, tidak apa kutinggal?" Aku tidak bisa menahannya, aku ingin menangis, Secepatnya.

"Heem"

"Mengenai semalam, aku mengatakan itu tanpa berfikir dulu, namun,jika aku berfikir pun, mungkin jawabannya sama. Maaf Karin, untuk saat ini, aku tidak tertarik padamu, lalu untuk semua perhatianku yang lalu, anggap saja karena aku menghargai 'teman' yang sebenarnya, setelah sekian lama menyendiri, Maaf" 

Dia menatapku, namun, aku benci tatapannya, tatapan datar dan tidak bersalah itu lagi.

"Aku tidak marah karena pengakuanmu, aku marah karena kamu pergi dan tidak mengantarku pulang, lelaki macam apa itu" Untuk membuat akting yang sempurna, aku bicara dengan bibir yang dimaju majukan:)

"Ahhh, maaf kalau begitu.Bagaimana, nanti pulang sekolah aku antar pulang mau?"

"Baiklah, aku ke toilet dulu ya" Aku pun keluar dengan senyuman yang dipaksakan. Hatiku sangat sakit, aku tidak bisa lebih lama bersandiwara didepan dia, karena,cepat atau lambat akan ketahuan. Aku hanya ingin menangis dan berteriak sekencang-kencangnya.

.

.

.

Ting...Ting

Niel:

Aku tidak bisa mengantarmu pulang, maaf, tiba-tiba Shofia memintaku menjemputnya pulang sekolah. Pulang sendiri ya

Karin

Ok.

Wanita itu lagi, CK.

.

.

.

Votment Mau yaa


SelfishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang