Me A

44 2 0
                                    



"Terangnya sinar mentari tak seterang wajahnya. Indahnya bulan tak seindah matanya. Putihnya salju tak seputih cintanya."


Sejuknya hembusan angin terasa begitu nyaman ku rasakan. Suasana yang hening, menenangkan, adalah suasana yang sangat aku sukai. Cenderung menyukai ketenangan, menyendiri, adalah kata-kata yang bisa mewakilkanku. Terkadang aku bingung kenapa aku harus hidup. Aku bahkan tidak memiliki alasan untuk tetap bertahan hidup. Tapi semua itu berubah ketika perasaan kepadanya mulai tumbuh. Aku jadi bersyukur diberi kesempatan untuk hidup. Kenapa? Itu semua karena Dia. Iya Dia... mungkin akan membosankan bagi kallian, tapi coba bacalah cerita ini... ini ceritaku tentang Dia...


Badannya yang kecil, pendek, namun memiliki wajah yang cantik. Wajahnya yang terlihat seperti anak-anak walapun dia sebenarnya sudah remaja membuatku tidak pernah bosan untuk melihat wajahnya walaupun hanya lewat foto. Sifatya yang riang, ceria, mampu membuatku melupakan permasalahan yang sedang kuhadapi.


Awal aku bertemu dengannya adalah saat memasuki sekolah kejuruan. Kita berada di kelas yang sama, kelas yang dimana akan menjadi keluargaku yang sangat berarti. Masa orientasi sekolah adalah waktu pertama aku melihatnya. Aku tidak terlalu memperhatikannya. Aku pikir dia sama saja dengan teman-teman yang lain. Tidak ada perasaan yang tumbuh untuknya. Sekolah mulai berjalan dan hari-hariku bersama teman-teman di kelas mulai berjalan pula.


Aku cukup dekat dengan semua orang di kelas karena kelasku bukan hanya sekedar kelas biasa, tapi sebuah keluarga. Walaupun banyak perbedaan diantara kami, bahkan jika menggunakan majas hyperbola bisa disebut kelasku ini memiliki sejuta perbedaan. Tapi, kami tidak mempermasalahkannya dan mencoba untuk saling melengkapi.


Oh iya, aku belum memberitahu siapa namanya. Namanya adalah Mila. Seperti yang aku jelaskan sebelumnya, Mila merupakan perempuan yang sangat riang, menyenangkan, lucu, dan juga sangat cantik. Mila mempunyai dua sahabat yang dekat dengannya, mereka adalah Lisa dan Eca. Mereka bertiga hampir selalu bersama-sama kemanapun dan kapanpun. Ketiganya memiliki tubuh yang kecil dan juga wajah yang cantik, namun di mataku Mila-lah yang paling cantik. Yaa masalah cantik tidaknyakan relatif dan berbeda-beda bagi setiap orang. Aku cukup dekat dengan mereka bertiga, bahkan sering sekali aku dimintai untuk mentraktir mereka. Ya itu memang membuat dompetku menangis, tapi aku senang mentraktir mereka bertiga.


Keceriaan yang mereka bawa mampu membuat masalah yang kuhadapi seakan hilang begitu saja. Tidak ada rasa yang spesial untuk mereka bertiga, hanya perasaan untuk seorang sahabat dan keluarga. Diantara mereka bertiga aku lebih sering melihat Lisa daripada Mila dan Eca, itu karena kebiasaanku yang sering nongkrong di kantin sepulang sekolah sampai sore dan Lisa yang aktif dalam organisasi di sekolah membuat kami lebih sering bertemu. Ya walaupun bisa dipastikan saat kita bertemu, Dia pasti minta untuk ditraktir.


Jujur saja perasaan yang pertama muncul adalah perasaan untuk Lisa. Perasaan ini muncul begitu saja. Aku tidak tahu kapan perasaan ini muncul dan mulai tumbuh. Tapi perasaan ini juga entah kenapa cepat hilang. Aku kira perasaan ini akan bertahan lama. Mungkin ini hanya perasaan yang muncul karena kita sering bertemu dan bersama di sore hari seperti yang sudah kujelaskan tadi.


Ada dua orang yang tahu kalau aku memiliki perasaan untuk Lisa, mereka adalah Ahmad dan Aman. Mereka berdua adalah teman terdekatku di kelas. Ini bukan berarti aku tidak berteman baik dengan yang lainnya. Aku juga berteman baik dengan yang lainnya, namun pada mereka berdualah aku bisa bercerita dengan bebas. Untungnya perasaan yang pernah timbul itu tidak membuat hubunganku dengan Lisa menjadi canggung.


Hari-hariku bersama teman-teman kelas yang lain terus berlanjut hingga tak terasa sudah tiga tahun kita bersama-sama. Sampai saat itu tetap tidak ada perasaan yang muncul untuk Mila, bahkan tidak pernah terbesit di pikranku kalau aku akan mencintainya. Aku bahkan sudah menganggap Mila sebagai adikku sendiri. Hal itu karena aku adalah anak bungsu, jadi aku sangat ingin memiliki adik yang bisa aku jaga dan juga sebagai teman untuk saling berbagi. Mungkin kalian yang anak bungsu seperti aku juga merasakan hal yang aku rasakan ini hehe.


Tak terasa hari kelulusan akhirnya tiba, kita semua hadir ke sekolah dengan menggunakan pakaian yang rapih. Anak laki-laki tampil dengan kemeja dan jas yang rapih dan anak perempuan tampil dengan kebaya yang anggun. Jujur di sinilah aku melihat sesosok perempuan yang sangat cantik dan anggun. Kebaya yang Dia kenakan sangat cocok untuknya. Hiasan wajah yang tidak berlebihan membuat wajah cantiknya berada di tingkatan yang sangat tinggi. Aku bertanya-tanya kepada diriku kenapa aku tidak pernah menyadari bahwa ada perempuan secantik dan seindah dirinya di dekatku. Ya perempuan itu adalah Mila. Saat itu aku sungguh terpana melihatnya, aku tidak percaya bahwa perempuan secantik Mila ada di dunia ini. Walaupun begitu aku mencoba untuk tidak memperlihatkan kepada orang lain dan merahasiakannya.


Hari kelulusan sudah berlalu cukup lama, namun hubungan antara aku dan teman-teman yang lain tetap terjalin dengan baik. Kami semua memutuskan untuk berkemah bersama di kaki gunung yang dekat dengan kota kami sebagai acara perpisahan karena kami akan berpisah untuk meneruskan pendidikan dan bekerja.


Kami berangkat bersama dan berkemah dengan riang dan penuh kegembiraan. Walaupun tidak semua orang dapat ikut tapi aku bersyukur kita masih bisa melaksanakan acara ini dengan baik. Aku senang Mila dapat ikut di acara ini. Aku tahu Dia sedang dekat dengan orang lain, tapi bagiku sudah cukup hanya dengan dapat melihatnya. Saat tengah malam saat yang lain sedang asik berfoto di bawah indahnya bintang-bintang, aku, Mila, dan Abay tinggal di tenda untuk mejaga api unggun agar tetap hidup. Maklum saja, butuh usaha yang sangat besar agar api unggun ini dapat menyala. Dan kalau api unggun ini samapi mati, kami bisa sangat kedinginan sepanjang malam.


Obrolan-obrolan yang terjadi cukup membuatku senang walaupun hampir semuanya obrolan ngaco hehe. Aku terpikirkan apakah aku masih bisa melihatnya lagi nanti? Setelah ini aku akan kuliah di luar kota, jadi aku tidak akan bisa melihatnya lagi. Memang rumahku dan Mila berada di daerah yang tidak begitu jauh, tapi itu semua tidak mejamin aku bisa bertemu dengannya.


Waktu kuliah sudah tiba dan aku harus segara pindah keluar kota. Mulai saat itu aku sudah jarang melihat Mila lagi. Aku hanya bisa melihatnya saat libur kuliah, itupun saat teman-teman kelas membuat acara untuk berkumpul. Ingin rasanya bisa jalan berdua dengannya, walaupun hanya untuk waktu yang singkat. Ingin pula rasanya aku ungkapkan perasaan ini kepadanya. Perasaan... perasaan cinta yang ku kira tidak akan pernah tumbuh kepadanya. Kepadanya... kepadanya perempuan yang sempurna bagiku.


Aku bersyukur diberi kesempatan untuk hidup. Aku sangat bersyukur karena aku bisa melihat Mila, perempuan yang ku cintai, yang kusayangi. Namun aku harus kuat. Aku harus iklas. Aku harus bisa menerima ini semua. Kenapa?? Itu karena Mila... perempuan yang ku cintai, yang ku sayangi, tidak akan pernah bisa ku miliki sampai kapanpun.


"Kamu mungkin mencintai dan menyayangi orang lain, tapi tidak ada yang lebih mencintai, lebih menyayangi, lebih memperdulikan kamu lebih dari aku walaupun kamu tidak tahu itu."


"Memang sakit rasanya menyayangi namun bertahan untuk tidak memiliki."


"Walaupun aku tidak bisa memilikimu tapi cintaku untukmu tidak akan pernah hilang, karena cinta tak selamanya harus memiliki."


Yaa itulah tadi sedikit kisahku... kisah yang menurutku sangat berharga dan masih kuingat dengan jelas sampai detik ini...


Bagaimana lanjutan dari kisah ini?? Semua itu tergantung pada Mila...

Me AWhere stories live. Discover now