Plak
Mikoto menampar putranya cukup keras. Bahkan Fugaku sendiri tidak bisa berbuat apapun.
"Kau keterlaluan". Setelah mendengar pengakuan Sasuke keluarga Uchiha hanya mampu menghela nafas panjang.
"Kakakmu tidaklah meninggal karena Hinata, tapi memang Itachi sudah sakit saat tinggal di London". Mikota tidak habis fikir dengan kenekatan putranya.
"Sudah ayah katakan dari awal jauhi wanita bernama Konan, wanita bahkan kakakmu tidak sudi untuk sekedar berjabat tangan". Fugaku mengacak surai hitamnya. Tanpa berkata lagi pria paruh baya itu meninggalkan Sasuke.
"Setidaknya kau sudah tidak melibatkan teman- temanmu, mereka sudah bisa bebas hari ini". Mikota berlalu tanpa berkata,menuyusul suaminya yang telah pergi lebih dahulu.
Sasuke sendirian lagi, tidak ada lagi teman- temanya, keputusannya sudah benar tidak.melibatkan mereka.
Pandangan.Sasuke beralih pada selembar foto yang didapatinya di dalam buku harian kakaknya. Foto Hinata tersenyum lebar. Menyentuhnya dan membelainya. "Semoga kau selamat". Sasuke menitikan air matanya.
.
.
.Hikari menunggu putrinya dibalik.pintu rawatnya. Status pasien menjadi siaga. Tidak satupun keluarga diperbolehkan masuk selain petugas medis. Entahlah namun Hinata mengalami drop pasca kepergian Tenten dan Kiba.
Hiasi memegang pundak mantan istrinya, wajah cantik itu sedikit menyendu dan lelah.
"Tidurlah". Hiasi berujar lirih.
"Aku tidak bisa,kau tidak mengerti perasaan seorang ibu karena kau tidak.melahirkannya ". Hikari sedari Hinata mengalami.insiden di sekolahannya selalu menangis.
"Putriku adalah gadis kuat". Hikari memegangi dadanya dan Hiasi menepuk.punggungnya.
"Aku ibu yang payah". Hikari menyalahkan dirinya lagi.
"Sudahlah, ini takdir Hikari". Hiasi menenangkanya.
Awal jumpa
Hinata berjalan di awal musim.masuk.sekolah. Awal dirinya memulai aktifitasnya kembali. Lebih memutuskan kembali bersama ayahnya daripada tinggal dengan ibunya. Hinata tidak bisa jauh dari.sahabat- sahabatnya.
Menunngu di depan gerbang,dimana temu janji dengan Kiba dan Shino. Sesekali melihat jam tangannya, menghembuskan nafasnya, Dengan sabar gadis itu menunggu.
Dor
Dor
Hinata terkejut saat didapatinya Kiba dan Shino mengejutkannya. Keduanya nyengir melihat wajah sahabatnya tampak.lucu.
"Hey kenapa kalian tega". Hinata berpura- pura kesal.
Kiba dan Shino saling pandang setelahnya sukses menggelitik sahabat indigonya.
"Hey- hey kalian curang". Hinata tertawa. Tidak lama Tenten ,Matsuri dan Chouji datang. Mereka sama saja mengikuti.jejak Kiba dan Shino.
"Ouch sakit". Rintah Hinata memegangi dadanya. Rasa nyeri dibekas operasinya terasa menyiksa.
"Eh Kiba sudah hentikan". Matsuri yang menyadari pertama kali. Ke empat sahabatnya berhenti dan melihat nafas Hinata sedikit tersengal.
Tenten terburu menyerahkan botol air miliknya. "Minumlah Hinata".Sesal Tenten.
Hinata mengangguk dan meminum.air putih pemberian Tenten. Nafas Hinata kembali teratur setelah meminum air putih milik.Tenten.
"Maaf Hinata kami keterlaluan, kami lupa jika -". Ucapan Matsuri menggantung terburu disela oleh Hinata. "Sudahlah, aku sakit kalau kalian menjauhiku". Ujar Hinata cepat.
"Tapi kita tidak pernah meninggalkanmu, kamu saja yang tiba- tiba ke London dan kembali lagi karena tidak bisa menahan rindu pada kami". Chouji berucap dengan suara besarnya.
Hinata tertawa mendengar pernyataan Chouji bersama sahabatnya hidupnya terasa bahagia. Namun ada satu hal yang mengganjal hidupnya, insiden lain setelah operasi.
"Kalian pernah tidak mengalami.mimpi namun itu terasa nyata, seperti kalian pernah bersama seseorang di dunia nyata". Ujar Hinata setelah mereka duduk dibangku mereka masing- masing.
"Mimpi seperti itu ya". Shino nampak berfikir.
"Terkadan, memang kenapa?". Tenten menimpali."Apa kamu mengalaminya". Tambah Tenten kemudian.
"Setelah pulang dari London tepatnya sih setelah Operasi, ibu tidak mengatakan apapun tapi aku merasa melupakan sesuatu". Ujar Hinata.
"Oh, mungkinkan itu mengenai seseorang". Matsuri merasa ini menarik.
Hinata mengangguk mengiyakan. "Tapi aku tidak pernah melihat wajahnya sebelumnya". Hinata merasa berdenyut saat.mengingat tentang seseorang itu. Hinata memegangi dadanya ngilu.
"Ada apa Hin". Kiba khawatir.
"Setiap aku mengingat seseorang itu, jantungku bereaksi lebih cepat". Imbuh Hinata.
"Mungkin itu perasaan pemilik.lama Hinata, beberapa kasus memang demikian, bisa jadi itu kenangan pemilik sebelumnya". Matsuri menjawab kegelisahan Hinata.
"Mungkinkah begitu". Hinata mengangguk. Obrolan mereka harus terhenti saat Guru Iruka memasuki kelas.
.
.
.Istirahat kali ini lebih menarik dari sebelumnya. Hinata memang bukan siswi populer namun dirinya juga bukan menjadi.korban bully. Gadis itu hampir bersih dari catatan diasingkan disekolahnya.
Namun persahabatan merekalah yang patut menginspirasi semua.warga sekolah.
Kiba adalah pemain basket, sering latihan hinggal sore hari. Sahabat- sahabatnya tidaklah langsung pulang namun menemaninya hingga pemuda bertato segitiga itu pulang. Tim Kiba disekolah memang tidak cukup populer seperti tim 'Taka' . Namun tim 'Akamaru ' tidak kalah populer.
Jika Taka memiliki Sasuke, tim Akamaru memilik Akashi. Setiap tim.pasti memiliki pentolanya masing- masing. Berbeda dengan tim Akamaru, tim Taka di gandrungi oleh murid-murid populer seperti 'Gaara, Naruto, Shikamaru, Naruto, Sai, Sasuke, Sasori". Tim Akamaru meski memiliki.pemain hebat, mereka semua lebih redup urusan popularitas. Jika para siswa mengenal Taka sampai ke personilnya, maka Akamaru hanya dikenal dengan namanya saja.
"Kiba nampak menyukai dunia basket". Matsuri nampak antusias.
"Kiba sangat ingin menjadi pemain nasional". Tenten bersorak saat Kiba berhasil memasukkan bola di ring.
"Dia terlihat bercahaya". Kagum Matsuri.
"Owwww,cui- cuit". Goda teman- temanya. "Nampaknya ada yang naksir nih". Goda Shino. Wajah Matsuri sudah merah padam. Sahabat Matsuri sudah mengetahui perasaan gadis itu pada Kiba begitupun sebaliknya namum.keduanya masih betah mengklaim itu hanya perasaan sebatas sahabat.
"Coba lihatlah, Sasuke terlihat tampan kan". Bisik Tenten pada Hinata. Hinata melihat ke arah Sasuke seorang siswa baru ditahun kedua. Seorang siswa yang langsung populer karena memiliki.wajah tampan.
Hinata melihat kebarah Tenten."kau menyukainya". Selidik Hinata. Tenten hanya menggeleng cuek. Hinata paham secuek- cueknya perempuan pasti memiliki ketertarikan pada lawan jenisnya. "Hayoo". Hinata nampak semangat.
"Aku sudah jadian dengan managernya". Ucap spontan Tenten membuat sahabatnya.yang lain menoleh ke arahnya.
"Kau jadian dengan Lee". Chouji menyelidik. Tenten tidak bisa berbelit. Gadis bercepol itu mengangguk. Matsuri bersorak paling keras',diikuti.oleh Shino, Chouji, dan Kiba yang baru bergabung.
Semua mata berfokus pada kelompok Hinata. Tanpa mereka sadari persahabatan itu membuat banyak yang iri. Banyak yang mengingankan retak dan pecah seperti telur.
.
.
.TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINE
Fanfictionpair@Sasuhina kisah cinta dua insan mendatangkan sebuah tragedi baru. Sebuah dendam mengantarkan pada keegoisan. Mengesampingkan perasaan yang saling beradu.