"Eung.."
Mentari melenguh pelan, memijit kepalanya yang tiba-tiba pusing. Ia melirik ke sekitar merasa tidak asing dengan ruangan penuh dengan bau obat-obatan.
UKS?
"Kenapa gue ada di sini?" tanya Mentari entah ke siapa.
Gadis itu juga melihat ada bubur ayam dan teh hangat di meja samping ranjang. Kalau dilihat ada uap yang masih mengepul sih, ini pasti baru saja dianter.
Tapi masalahnya di UKS tidak ada siapa-siapa. Mbak Indah, si penjaga uks yang biasanya selalu stay pun juga tidak kelihatan.
Mentari asik melamun sambil sesekali memijit kepalanya yang masih pusing. Lalu ia mendengar ada langkah kaki yang datang. "Mungkin Mbak Indah." gumamnya pelan.
"Udah sadar? Ada yang pusing?"
L-loh?
Sejak kapan suara Mbak Indah jadi berat?
Tiba-tiba ada tangan sedikit kekar yang menyibak tirai uks dan memperlihatkan pemuda tampan yang kemarin baru saja menjadi bahan ghibahan Mentari dan Rena.
Junatan.
Mentari melotot kaget. Berusaha menetralkan jantungnya yang tiba-tiba berdegup kencang, "....k-kok lo, ehm, di sini?" tanya gadis itu dengan suara sedikit parau.
Bukannya menjawab, Junatan malah menyodorkan teh hangat yang tadi ia beli. "Minum." Ucapnya singkat.
Mentari meminum teh hangat itu yang entah kenapa hatinya pun ikut menghangat. Gadis itu berdeham untuk mengurangi rasa canggung. "Gue Mentari. Lo Junatan kan? Anak X-7?" kata Mentari memulai perkenalannya.
"Makan."
"Ha?"
"Makan." ulang Junatan tegas.
Ditanya apa jawabnya malah apa. Mentari jadi heran kok bisa-bisanya sepupunya, Budi yang sebelas duabelas sama orang gila bisa betah temenan sama es batu.
Mentari berdecak kesal dan merebut mangkuk bubur ayam yang dipegang Junatan. Ia makan dengan perlahan sambil sesekali memperhatikan Junatan yang sibuk merapikan obat.
"Lo anak PMR juga ya?" tanya Mentari berusaha membuka percakapan.
Bukan maksud Mentari ingin sok kenal sok dekat dengan Junatan. Hanya saja ia termasuk tipe orang yang tidak suka dengan keheningan. Tapi sepertinya Junatan adalah kebalikan dari gadis berambut ikal itu.
"Hm."
Mentari menggeram tertahan, "Bisu ya lo?!" ceplosnya tiba-tiba.
"Oh atau......."
Mentari sengaja menggantungkan katanya. Ingin melihat reaksi pemuda sok dingin itu. Dan benar saja Junatan kini berbalik menghadap gadis itu sepenuhnya.
Mengangkat satu alisnya yang sialnya malah terlihat lebih tampan.
"Lo malu ya ketemu gue? Malu ya karena keciduk join komunitas gue?" Goda Mentari sambil mengerling genit.
Gadis itu menegakkan badannya, "Eyy..... Nggak usah malu kali Jun. Banyak kok cowok yang join komunitas gue ehehe." Ucapnya dengan bangga.
"......... tapi emang baru lo sih, murid teladan yang join komunitas gue."
Lalu tawa gadis itu meledak. Tidak tahu apa yang lucu. Junatan sendiri juga bingung.
"Ajak anak osn yang lain juga dong Jun buat gabung komunitas stal-"
Wait.
Komunitas Mentari kan komunitas stalker.
Berarti Junatan si anak osn punya hobi nge-stalk juga?
"Lo sering stalking orang juga ya? Mantan? Gebetan?" tanya Mentari penasaran.
Siapa yang gak kepo? Ini Junatan. Yang kata Rena, super duper pendiam dan kaku. Ternyata bisa kayak anak remaja yang lain.
Junatan mengamati wajah Mentari yang menatapnya polos.
Imut.
Eh?
"Tidur." ucapnya sambil mengambil mangkuk dari tangan gadis cerewet itu.
Gadis itu jadi geregetan sendiri sama tingkah Junatan. Ia menggeram sambil kedua tangannya berlagak ingin mencakar wajah tampan Junatan. "Lo tuh ya, tanya apa jawabnya malah apa."
"Eh tapi .... beneran ya lo sering stalking juga? Kek abg pada umumnya? Widih... Cewek beruntung mana nih yang distalk sama es batu ini. "
Pemuda itu menghela napas lelah. Ternyata gadis di depannya ini, ketua komunitas yang baru saja ia masuki, sangat cerewet. Dalam keadaan sakit aja ia masih bisa mengoceh apalagi kalau sehat.
Junatan jadi sedikit menyesal mengikuti komunitas unfaedah itu.
"Bentar, biar gue tebak. Ehm..... Faya? Rindu? Pelangi? Cleo? Atau jangan-jangan gue ya?" tanya Mentari menuduh.
Cih. Selain cerewet ternyata gadis itu juga memiliki tingkat narsis yang tinggi.
Pemuda itu mendengus kecil, "Berisik." gumamnya pelan.
Junatan memutuskan keluar saja dari uks, sebelum kepalanya menjadi pusing akibat ocehan gadis itu.
"EH EH JUNATAN,"
Junatan mendadak berhenti tapi enggan menoleh. Menunggu gadis itu untuk melanjutkan ucapannya.
"SEE YOU."
"Gila."
Seharusnya Junatan tidak berhenti untuk mendengarkan ucapan tidak bermutu Mentari.
Mentari dengan segala ocehannya membuat Junatan pusing.
[]
ini bener-bener rombak total ya gaes. Jadi readers lama disarankan membaca ulang :)
luv u :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker Community #YOURKIDUCE
Teen Fiction[ROMBAK TOTAL] Dua orang yang tidak saling mengenal, dipertemukan dalam sebuah komunitas. Komunitas stalker. Komunitas yang terdengar tidak masuk akal, tidak berguna, dan terdengar sedikit menyeramkan. Junatan, cowok berwajah datar yang ternyata dia...