Chapter 2

78 15 15
                                    

Liburan sekolah memang hal terindah bagi semua orang baik tua maupun muda. Apalagi untuk Vika yang termasuk golongan siswa yang malas belajar. Datang ke sekolah hanya untuk mengisi absensi dan dapat uang saku. Belajar hanya menjelang ulangan atau penilaian semester dengan sistem kebut semalam.

Pinginnya sih SMA nanti mau jadi anak yang rajin mulai dari kelas sepuluh, nyatanya sampai kenaikan kelas sebelas masih tetap sama. Katanya mau berubah tapi liburan bukannya belajar malah malas-malasan.

Seperti saat ini, Vika sedang duduk santai di sofa ruang keluarganya dengan mata fokus pada drama korea yang sedang diputar di televisi. Satu toples camilan ada di pangkuannya, sesekali tangannya mengambil camilan dari toples untuk dimasukkan ke dalam mulutnya.

Di sebelah kanannya terdapat boneka panda berukuran sedang yang diberi nama "PO" sama dengan nama pendekar naga di serial kartun favoritnya. Sarah menggelengkan kepala melihat kelakuan anak semata wayangnya yang mendadak malas ketika liburan sekolah datang. Bukan mendadak sih lebih tepatnya menjadi super malas.

Dia menghampiri putrinya. "Vika tolong bantu mama nganter kue ya?"

"Vika mager ma, males keluar rumah," katanya masih fokus pada drama yang ditontonnya.

Sarah tidak menyerah, dia mencoba membujuk dengan bahasa lebih halus "Tempatnya nggak jauh kok."

"Dimana?"

Sarah tersenyum. "Itu di rumah seberang."

"Itu jauh ma, lebih dari lima meter," kata Vika mulai mengeluh berlebihan.

"Itu deket Vika, ayolah mau sampai kapan kamu hibernasi? Kelakuan kamu itu udah mirip sama beruang madu, nanti kalau badanmu mirip beruang juga gimana mau?"

"Ma, Vika nggak gendut," protes Vika kesal.

Jelas saja, berat badannya termasuk ideal untuk ukuran remaja seumurannya bagaimana bisa mamanya mengatainya seperti beruang.

"Mama tanya nih, emangnya kamu nggak ada teman apa kok nggak ada yang ngajak keluar?" Sarah mengalihkan topik guna menghindari perdebatan yang hanya membuang tenaga.

Vika cemberut dan mulai protes. "Makanya papa suruh pulang biar kita bisa liburan keluarga kayak teman-teman Vika."

Papa Vika adalah seorang TNI angkatan darat yang bertugas menjaga perbatasan. Vika sering kesal ketika mendapat telepon dari papanya yang meminta maaf tidak bisa pulang ke rumah.

Dan liburan kali ini papanya tidak bisa pulang karena tugas negara. Papa Vika janji akan pulang di liburan selanjutnya. Padahal Vika sudah sangat rindu pada papanya.

"Sudah jangan banyak alasan, ini berikan kue ini ke tante Devi yang tinggal di seberang rumah!" Sarah memberikan kotak Tupperware yang berisi kue buatannya pada Vika.

Vika menerimanya dan mulai beranjak keluar rumah walaupun dengan setengah hati. Aroma dari kue yang dibuat mamanya sangat harum membuat Vika tergoda untuk mencicipinya dulu sebelum diberikan kepada tante Devi. Tentu saja itu tidak dilakukannya jika dia tidak mau mendapat omelan yang lebih panjang dari jembatan Suramadu.

Kue buatan mamanya memang terkenal enak di mata para tetangganya. Saat berkunjung ke rumahnya, banyak tetangga yang bertanya mengapa mamanya tidak membuat bisnis kue saja untuk menambah pendapatan.

Tentu saja mamanya menjawab kalau dia buka bisnis kue terus siapa yang akan mengurus rumah? Baginya menjadi seorang guru sudah terlalu sibuk apalagi kalau ditambah dengan bisnis kue. Lagipula Sarah membuat kue hanya sekedar untuk camilan di rumah dan untuk menghemat pengeluaran.

Vika mengetuk pintu rumah Devi. "Assalamualaikum, tante Devi."

Tidak ada jawaban dari dalam.

"Permisi, apa ada orang?"

Masih tidak ada jawaban.

Dengan ragu Vika memutar gagang pintu. "Nggak dikunci, berarti ada orang di dalam kan," batinnya dalam hati.

"Vika masuk ya."

Vika berjalan menuju dapur yang terletak di bagian belakang rumah tante Devi. Cewek dengan potongan rambut pendek itu mengambil buku catatan kecil berwarna kuning yang ada di atas kulkas dan mulai menulis sesuatu yang kemudian diletakkannya diatas Tupperware mamanya.

"Oke, beres," ucapnya setelah memastikan kertasnya tertempel dengan sempurna.

Vika berbalik berniat pulang ketika tiba-tiba terdengar suara teriakan yang sangat mengejutkan.

"ARRRGGGGHHHHH..."

Vika berjenggit kaget dan refleks berlari keluar meninggalkan rumah Devi.

Sesampainya di halaman rumah ia berhenti. "Itu tadi suara apa ya? Masa ada hantu di siang bolong," pikirnya ngawur.

"Jangan-jangan suara orang yang butuh pertolongan."

Vika mulai bimbang. Dia mencoba mengambil napas berkali kali guna mengurangi ketakutannya.

"Oke Vika lo nggak perlu takut, ini masih siang nggak ada sejarahnya hantu nongol di siang hari."

Vika mencoba tenang walaupun ada secuil rasa takut pada dirinya.

"Kalaupun beneran ada hantu, lo Cuma perlu pura-pura pingsan. Nanti juga hantunya bakal pergi karena kasian."

Setelah selesai menyingkirkan rasa takutnya dengan pemikiran positif yang sedikit ngawur, akhirnya Vika kembali memasuki rumah yang beberapa menit lalu ia tinggalkan.

Cewek dengan hobi manjat pohon tetangga ketika masih kecil itu menaiki tangga secara perlahan menuju tempat sumber teriakan tadi terdengar.

Vika sampai di depan pintu kayu berwarna cokelat yang tertutup rapat. Perlahan Vika memutar knop pintu, berusaha tidak menimbulkan suara. Langkah kakinya berayun dengan pasti menuju seorang cowok seumurannya yang sedang menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya dengan tangan yang memeluk kedua kaki erat.

Napasnya memburu seperti dikejar hantu. Melihat keadaannya sekilas seperti itu di atas tempat tidur, Vika tahu kalau cowok itu pasti mendapat mimpi yang benar-benar buruk sehingga membuatnya sangat kacau seperti ini.

"Lo baik baik aja?" Vika bertanya memastikan.

Cowok didepannya mendongak dengan pucat pasi yang sangat jelas di wajah putihnya. Kentara tidak normal untuk ukuran orang yang baru terbangun dari tidur siang.

Vika berniat mendekat untuk memastikan tapi langkahnya terhenti ketika cowok itu turun dari tempat tidur dan berjalan menghampirinya.

Satu langkah

Dua langkah

Tiga langkah

Empat lang—

BRUK

Vika membeku saat itu juga ketika cowok dengan kulit putih itu kini jatuh tak sadarkan diri tepat dipelukannya.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Hola~
Ini cerita pertama saya yang sudah tertumpuk di otak saya jadi mohon bantuannya ya para pembaca. Jangan lupa vote dan comment <3

Sekian terima novel gratisan

Nggak deng terima kasih

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

BFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang