2

42.5K 4.6K 284
                                    

Hari menjelang malam dan Raka kini sudah berada di dalam rumahnya. Langkah kakinya terdengar bergema di rumah yang luas dan sepi itu.

"Aku pulang," ucap Raka. Dia berjalan menuju ruang keluarga di mana orangtuanya berada. Setelah dekat, Raka pun mencium punggung tangan kedua orangtuanya sebagai tanda hormat.

"Tumben malam," ucap Gina, ibu Raka.

"Aku mampir dulu ke apartemen Reza dan Laila, Ma," jawab Raka. Dia mendudukkan dirinya di samping Gina lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa.

"Oh. Lalu, bagaimana janji kamu hm?" tanya Gina menagih janji Raka yang bilang akan segera memberinya seorang menantu.

"Mama tenang saja. Aku sudah menemukan wanita yang pantas untuk menjadi istriku," jawab Raka dengan cepat. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman misterius.

"Bukan istri orang kan?" tanya Hadi, ayah Raka.

"Bukanlah Pa," jawab Raka dengan sebal. Kepala Hadi bergerak mengangguk pelan.

"Jadi, mana dia?" tanya Gina tak sabar.

"Besok saja kita ke rumahnya, Ma. Aku mau langsung melamarnya," jawab Raka. Dia jadi tidak sabar menunggu hari esok. Wanita yang menarik perhatiannya pada pandangan pertama akan dia beri kejutan dengan lamaran dadakan.

"Kamu yakin sekali. Bahkan sampai melamarnya besok. Tapi, tak apa. Lebih cepat lebih bagus. Mama sudah tidak sabar mau gendong cucu," balas Gina dengan senyuman lebarnya.

"Oh ya, bagaimana rupa calon istrimu?" tanya Gina seraya mencondongkan wajahnya pada Raka.

"Cantik, Ma," jawab Raka. Matanya menatap langit-langit ruangan dengan pikiran yang kembali mengingat wajah cantik dan lembut Alisha.

"Namanya?" tanya Gina lagi. Raka tersenyum pada Gina dan menggelengkan kepalanya.

"Besok saja. Untuk malam ini, semuanya jadi rahasiaku saja," jawab Raka penuh misteri. Gina memukul bahu Raka dengan kuat. Bibirnya mendecih pelan mendengar ucapan anak semata wayangnya itu.

"Terserah kau saja. Sekarang, cepat mandi sana. Tubuhmu bau keringat," titah Gina. Dengan semangat Raka pun berdiri dan berjalan meninggalkan ruang keluarga.

***

Seperti perkataan Raka kemarin, Raka sudah siap untuk segera melamar wanita yang dia maksud. Yaitu, Alisha. Namun, Raka malah sengaja menyembunyikan nama dan usia Alisha dari orangtuanya. Raka hanya ingin Alisha dan semua yang ada dalam diri Alisha menjadi rahasia.

Hari yang sudah siang membuat Raka tidak sabar untuk segera mengunjungi rumah Alisha. Dengan semangat dan tidak sabarnya dia mandi dan berpakaian rapi. Raka bahkan memakai parfum favoritnya. Dengan itu dia yakin Alisha tidak akan menolak lamarannya.

"Raka, ayo dong cepat. Mama sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan calon menantu Mama," suara Gina terdengar dari depan pintu. Raka tersenyum mendengarnya. Bukan hanya dia saja yang sudah tidak sabar. Tapi, ibunya juga.

Raka kembali menatap cermin di depannya. Dengan pelan dan teliti dia merapikan rambutnya. Setelah selesai, Raka pun berjalan mendekati pintu kamarnya dan keluar dari sana.

"Ayo Ma, Pa. Aku sudah siap."

***

Seorang wanita baya terlihat sedang sibuk dengan sebuah spatula di tangannya. Di sampingnya ada seorang wanita berusia sekitar 30-an sedang memotong sayuran.

"Aina, kamu dan Alisha beli buah-buahan dulu ke minimarket. Panggilkan Ditta biar dia bantu Ibu disini," ucap wanita baya itu. Wajahnya yang sudah mulai keriput masih terlihat cantik diusianya yang sudah tidak muda lagi.

Love MisdirectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang