"Jadi Ditta, maukah kamu jadi istriku?" Tanya Ryan dengan pasrah. Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan. Hanya ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan harga dirinya.
"Istri?" Tanya Ditta tak percaya. Raka menatap Ditta dan berusaha menampilkan sebuah senyuman lembut dan sopan.
"Iya." Jawab Raka. Orangtuanya sudah tahu kalau Raka sangat tidak sabar untuk segera melamar wanita pilihannya. Kalau saja Raka mendadak berubah, seperti tidak berminat lagi untuk melamar, maka orangtuanya akan curiga. Kalau mereka berdua tahu yang sebenarnya, maka Raka akan habis dimarahi karena keteledoran dan kebodohannya sendiri.
"Ditta, bisa kita bicara berdua? Sebentar saja." Ucap Raka. Ditta kebingungan hingga dia tak menjawab. Raka pun meminta izin terlebih dahulu pada Yeni. Saat kepala Yeni bergerak mengangguk, Raka pun langsung bangkit berdiri dan menarik tangan Ditta agar menjauh dari ruang tamu. Raka pun terus membawa Ditta menuju dapur hingga akhirnya mereka sampai diteras belakang rumah.
"Pak Raka, lepaskan tanganku." Pinta Ditta. Raka pun langsung melepaskan tangan Ditta. Dia berkacak pinggang dan mengatakan rambutnya frustasi. Sedangkan Ditta sedang mengusap-usap pergelangan tangannya yang memerah akibat ulah Raka.
"Pak, sebenarnya apa tujuan Bapak datang kesini?" Tanya Ditta. Dia curiga kalau ada sesuatu yang disembunyikan Raka. Itu memang bukan urusan Ditta sih. Tapi, karena itu juga sekarang dia malah terseret pada masalah dadakan yang ditimbulkan oleh Raka.
"Ditta, dengarkan aku. Kau jangan besar kepala dan senang dulu. Aku tidak tertarik padamu dan aku juga tidak mau menikah denganmu. Aku terpaksa melakukan semua ini." Ucap Raka. Ditta menatap Raka dengan tajam. Matanya memicing tidak suka pada Raka. Jika Raka memang tidak mau menikah dengannya, kenapa Raka malah dengan lantangnya melamar dia didepan ibunya juga didepan orangtua Raka sendiri?
"Lalu apa tujuan Bapak yang sebenarnya? Kalau apa yang Bapak katakan tadi adalah kebohongan, tolong Bapak jelaskan secara rinci pada mereka. Aku tidak mau terbawa-bawa ke dalam masalah yang Bapak buat sendiri." Ucap Ditta.
"Oke. Kemarin aku bertemu dengan kakakmu Alisha di mall. Aku sempat mengobrol sebentar dengannya dan aku merasa tertarik pada kakakmu itu. Aku tidak tahu kalau dia sudah menikah dan punya anak. Tujuan awalku kesini adalah untuk melamar Alisha. Tapi, setelah aku tahu yang sebenarnya, tidak mungkin juga aku tetap memaksa diriku untuk melamar istri orang lain." Jelas Raka. Ditta terdiam mendengarnya.
"Lalu, kenapa Bapak malah bilang tertarik padaku dan mengajakku untuk menikah jika itu yang sebenarnya? Bapak katakan saja yang sebenarnya kalau semua ini salah paham." Ucap Ditta. Memangnya ada perempuan yang mau dijadikan sebagai pelarian? Tidak kan? Lebih baik jika misalnya Ditta cinta sama Raka. Inimah jangankan cinta, kenal aja enggak.
"Aku terpaksa melakukannya Ditta. Aku tidak mau membatalkan acara lamaran. Karena kalau begitu orangtuaku akan marah besar." Balas Raka. Ditta mengerucutkan bibirnya tidak suka mendengar ucapan Raka.
"Maaf ya Pak. Aku tidak mau dibawa-bawa kedalam masalah Bapak. Bapak sendiri yang salah karena tidak mencari informasi dan bertanya terlebih dahulu. Sekarang, Bapak selesaikan masalah Bapak sendiri." Ucap Ditta dengan tegas. Tentu saja, dia tidak mau jadi korban kebodohan Raka.
"Aku tidak mau tahu. Kau harus mau menikah denganku." Ucap Raka memaksa. Ditta mendelik tajam mendengarnya. Dia melangkah mundur menjauhi Raka lalu berkacak pinggang.
"Aku tidak mau. Bapak harusnya sadar kalau usia Bapak itu sudah tua. Tidak cocok jika harus menikah denganku. Lagi pula aku masih sekolah dan aku mau kuliah lalu bekerja." Balas Ditta tak mau kalah.
"Kau bilang aku sudah tua?" Tanya Raka tak terima. Dengan entengnya Ditta menganggukkan kepalanya. Hal itu membuat kekesalan dalam hati Raka muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Misdirected
RomanceJudul awal : Possessive Husband Raka Mahendra terlalu percaya diri dengan pilihannya tanpa bertanya lebih dulu. Hingga dia membawa orangtuanya untuk melamar seorang wanita yang menurutnya cocok menjadi pendamping hidupnya. Sayangnya, dia tidak tahu...