"Huft capek banget gila!"
Ali menghempaskan tubuhnya disofa ruang tengah. Pukul 07.15 PM ini pemuda tampan itu baru tiba dirumahnya. Hari ini adalah hari pertamanya ia syuting stripping kembali setelah menyelesaikan project Ftv-nya beberapa hari yang lalu. Banyak scene yang harus ia ambil dihari pertamanya ia syuting tersebut. Selepas makan siang bersama Jodie tadi, ia langsung melanjutkan take-nya yang masih tersisa beberapa. Lelah sudah pasti ia rasakan. Namun selelah apapun dirinya tetap saja ia tidak bisa lari dari tanggung jawabnya sebagai public figure yang harus selalu siap kapanpun.
"Besok gue callingan jam berapa Chel?" Tanya Ali pada Rachel, Asistennya yang selama ini telah menemaninya berkarier.
"Jam 10 Bang," Jawab Rachel.
"Bisa bangun siang gue," Guman Ali menyandarkan tubuhnya pada badan sofa.
"Gimana Bang, lancar syutingnya?" Resi datang dari arah dapur dengan nampan ditangannya. Kemudian ia meletakan 3 cangkir coklat hangat yang telah ia buat ke meja ruang tengah rumahnya.
"Alhamdulillah lancar Ma," Sahut Ali dengan menyesap coklat hangat buatan Mamanya itu.
"Oh iya, hubungan kamu sama Jodie gimana?" Resi mengambil posisi duduk disamping Ali.
Ali menghela nafas kasar mendengar pertanyaan Mamanya tersebut, " Kita cuma temenan Ma!"
"Nggak ada status lebih nih?"
"Nggak ada Ma, kita cuma temenan." Jawab Ali apa adanya.
"Kamu kapan sih Bang nembak Jodie? Mama kan pengen kalian jadian!" Ungkap Resi. Rachel dan Baja yang berada diruangan itu hanya menyimak. Mereka tidak bersangkutan pada perbincangan itu, Jadi mereka hanya menjadi pendengar yang baik saja untuk menanggapinya.
"Mama denger yah, Ali sama Jodie itu cuma sebatas teman dan rekan kerja aja. Kita nggak ada rasa satu sama lain. Jadi nggak mungkin kita pacaran sedangkan diantara kita nggak ada apa-apa!" Ali mencoba memberi pengertian pada Mamanya. Ini bukan pertama kalinya beliau memaksanya untuk menjalin hubungan dengan Jodie. Sebelumnya pun selalu seperti itu. Semenjak beredar kabar kedekatannya dengan Jodie Mamanya itu selalu saja menerornya dengan pembahasan seperti ini. Padahal antara ia dengan Jodie pun tak ada yang special. Gosip-gosip saja yang menurutnya sangat berlebihan.
"Tapi Mama liat sepertinya Jodie itu suka sama kamu!" Kekeuh Resi.
"Suka bukan berarti cinta kan ma?!" Tegas Ali pada pendiriannya.
"Yaudah, mulai sekarang kamu belajar dong buat mencintai Jodie, biar dianya juga cinta sama kamu! Karna Mama itu pengen banget kalian pacaran! Dia itu anaknya baik dan sopan Mama suka!" Tekan Resi terus mendesak Ali.
"Jatuh cinta itu bukan perkara yang mudah, lho Ma! Apalagi Mama juga tau sendirikan, kalo Ali itu susah buat cinta sama cewek? Jadi Mama jangan terus-terusan memaksa Ali kaya gini dong!" Ujar Ali yang tak kalah dengan penekanannya.
"Nggak ya Bang! Sebelum kalian jadian, Mama akan terus maksa kamu buat macarin Jodie! Bila perlu nanti Mama nyuruh Jodie buat nembak kamu duluan!" Tekannya sekali lagi. Kemudian ia beranjak pergi dari ruang tengah meninggalkan Ali yang berpikir keras atas sikapnya itu.
Ali mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia sudah tidak tahu harus seperti apa lagi menghadapi sikap Mamanya itu. Ali tahu betul Mamanya itu adalah type orang yang keras kepala. Apa pun yang ia mau harus tercapai. Tak peduli meskipun ia harus bersikap egois sekalipun. Yang terpenting keinginannya itu harus terlaksana sesuai dengan apa yang Ia mau.
"Udah masalah ini kita pikirin nanti. Mending sekarang lo istirahat," Ucap Baja menepuk pelan bahu Ali.
Ali menghela nafas sekali lagi mendengar ucapan Baja sepupunya. Kemudian kakinya melangkahi anak tangga satu persatu hingga tiba dikamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fans And Idol
FanfictionBerjodoh dengan idola sendiri? Hal itu dialami oleh gadis berpipi chubby ini dan bahkan ia merasa hidupnya itu bagai mimpi yang mustahil terjadi.