11.down

2.5K 134 5
                                    

"Dengan mudah kau buatku nyaman, tapi dengan mudah pula kau buatku meragukanmu"
Gaby

Aku sudah menampakkan kakiku ditempat yang ia maksud. Sedari tadi aku menunggunya tapi ia belum juga datang, sudah lebih dari 20 menit aku mondar mandir melihat kesana kemari memastikan apakah ia sudah datang.
Kali ini aku tidak meragukannya, aku yakin ia pasti menepati apa yang ia ucapkan kemarin.
Pukul 16.30 ia masih tak kunjung datang, langit sudah nampak mendung. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan, tapi aku masih setia menunggunya datang. Apakah ia tidak datang? Lalu mengapa ia mengajakku? Ah kupikir ia sudah berubah, kupikir ia akan menepati janjinya.

"Hahaha gua terlalu bodoh nungguin dia yang cuma bisa ngomong doang, tapi gaada buktinya!!!"  Teriak gua dalam hati.

Aku melangkahkan kakiku meninggalkan taman. Dengan pandangan gusar aku berjalan. Lalu buat apa aku dandan rapi rapi buat dia? Jika pada akhirnya dia gak datang.
Di sepanjang perjalanan aku tiada henti hentinya berteriak mengumpatnya.

"Dasar sialan cowok sialan!!" Teriakku di sepanjang jalan. banyak pengendara yang lewat melihatku dengan tatapan aneh.

Langit mulai semakin hitam pekat, menampilkan awan awan biru yang tertutup awan hitam. Detik detik selanjutnya turunlah rintihan hujan, terdengar suara arus hujan yang sedikit menenangkan. Aku masih tetap saja berjalan sambil terus berfikir kenapa aku sebodoh ini percaya dengannya. Aku tidak bisa menahan air yang terdapat dikelopak mataku, mungkin dengan satu kedipan air itu akan terjatuh. Dan benar saja benih benih air dari mataku terjatuh begitu derasnya bercampur dengan air hujan.
Tiba tiba air hujan tidak lagi jatuh mengenai badanku? Apakah hujan sudah reda?

"Lu gapapa?" Suara berat terdengar didekatku. Aku mengangkat kepalaku dan begitu kagetnya aku melihat kak Alva memayungiku dibawah air hujan.

"Kak Alvaa.." ucapku lirih memandanginya.

"Lu gapapa gab? Ngapain lu hujan hujan gini?" Tanya kak Alva dengan nada khawatirnya.

"Gguaa nunggu Bryan kak. Katanya dia ngajakin aku kencan di taman, tapi dia gak datengg.. hmms.." ucapku seraya kedinginan dengan baju yang masih basah. Terlihat kak Bryan memandangku dengan tatapan iba. Lalu ia menuntunku membawa masuk ke mobilnya.

"Lu kasihan banget sih gab, pasti ini salah satu dari rencana Bryan, gua bakal terus jaga lu gab biar lu gak jatuh terlalu dalam sama Bryan." Batin Alva.

Mobil kak Alva sudah sampai didepan rumahku. Kak Alva keluar dan mengitari mobil, kemudian membuka pintu mobil disampingku, lalu membopongku masuk ke dalam rumahku. Kak Vanno yang membuka pintu pun terkaget melihatku pucat dengan tampilan bajuku yang masih basah.

"Lohhh. Adek gua kenapa ini" kekhawatiran kak Vanno jelas terlihat ketika melihatku begitu pucat dengan mata yang masih sembab akibat menangis di tengah hujan tadi.

"Gua nemuin adek lu di pinggir jalan sambil nangis nangis dibawah aie hujan. Kebetulan gua lewat yaudah gua anterin pulang sekalian.". Ucap kak Alva membenarkan.

"Yaudah kalo gitu bawa adek gua ke kamarnya aja." Timpal kak Vanno

Kak Alva menaiki tangga menuju kamarku yang ada dilantai dua, kemudian kak Alva merebahkanku di tempat tidur.

"Makasih ya kak, untung ada kakak tadi." Ucapku berterima kasih.

"Iya samasama, oh iya jangan lupa ganti baju ya, itu bajunya masih basah ntar lu sakit lagi." Kak Alva begitu perhatian kepadaku? Berbanding terbalik dengan Bryan.
Lalu kak Alva pamit untuk pulang kerumah karena langit sudah petang.

Tinggalin jejak bawah pojok kiri ya gaes👇
Gomawoo:))

 Cool Girl & Ketua Osis✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang