Jangan Berharap lebih~
.
.
.Chapter empatnya up nihh hihiw,,,
Selamat membaca yaa gaiss 🙃🙃
.
.
.Happy Reading~
Cue!!
Kenapa Hatiku...
Selalu tertuju pada lelaki itu..
Kenapa aku berani menerobos semua rintangan hanya untuk mendekatinya..
Aku betul-betul bodoh..
"Dia baik-baik aja, tidak perlu cemas." Jeno menoleh dan mendapati Irene sedang mencoba menenangkan Jisung yang wajahnya sudah penuh air mata tapi tidak ada isakkan dari bibirnya.
"Eh? Cemas?"
"Iya cemas, soalnya Kamu dari tadi menggenggam tangan renjun, jen.. pasti kamu khawatir bangetkan? Tapi tenang aja dia baik-baik aja hanya gegar otak ringan. Appa bilang tidak ada hal buruk yang akan terjadi," Jelas Irene mencoba membuat Jeno lebih tenang.
Sesaat Jeno mendengar perkataan Irene, matanya langsung fokus kearah tanganya yang sedari tadi menggenggam tangan Renjun. Dan di depannya Renjun terbaring gak sadarkan diri karena tadi dia jatuh dari tangga, ya renjun terjatuh dari tangga karena menyelamatkan Jisung yang tadinya sempat terpeleset. Tapi renjun menariknya keatas sehingga tubuhnya yang tertarik hingga jatuh.
"Nde Noona, terimakasih." Irene tersenyum lembut.
"Tidak perlu berterimakasih jen, itu sudah tugas ku.. biar aku bawa jisung kekamar umma mu ne.. " Jeno hanya mengangguk tidak bisa berkata lagi karena jujur.. dia amat khawatir dengan Renjun.
"Dia hanya perlu istirahat, beberapa jam lagi pasti sadar.. aku tinggal dulu ya." Pamit Irene sebelum menghampiri Jisung.
"Jisungiee, ayo kita ketempat umma-mu.. biar kakak Jeno yang menjaga Kak Renjun hm? Ayo sayang." Jisung hanya bisa mengikuti kemana Irene membawanya. Tapi sebelum pergi jeno sempat bilang pada adik kecilnya itu agar tidak perlu khawatir dan menangis. Padahal Jeno sendiri yang merasakan hal itu -,- .
Setelah kepergian Irene dan jisung, diruang rawat hanya ada jeno dan renjun yang masih betah terlelap.
Haaa~
Pria tampan itu menghembuskan nafas berat, lalu mengenggam tangan renjun lebih erat.
"Dasar anak bodoh!" Ucapnya lirih, tatapannya nanar kearah Renjun.
"Kenapa selalu saja menyakiti diri sendiri hah?" Terus berbicara seakan Renjun mendengarnya.
"Aku tau kamu bodoh Huang, tapi aku gak tau kamu sebodoh ini! Cihh kau pikir aku tidak khawatir ?! Aishhh jinja!" Mengusap wajah tampannya lelah. Rasa bersalah tidak bisa dia hilangkan dari hatinya, meski Irene sendiri yang bilang bahwa Renjun akan baik-baik saja. Tapi, tetap saja :((
Ungghh~
Ughh~
"Aku tadi jatuh dari tangga ya?" Renjun berkata dalam hati, lalu dia menengok.
"Jenh..?" Jeno hampir saja berteriak lega mendengar suara lirih renjun.
Dia amat bersyukur saat Renjun sadar, Terimakasih Ya Tuhan..
"....njun??" tangan jeno terus mengusap kepala renjun lembut.
Renjun membuka kelopak matanya perlahan, dia langsung tersenyum saat melihat jeno didepannya. Oh Ya ampun dia lega karena Jeno orang yang pertama kali di lihat setelah dia sadar.