Senja dan lupa

95 1 0
                                    

Teruslah berjalan, akan ada cahaya didepan...

Ada yang menunggu dan menginginkan,

Ada yang menanti untuk membahagiakan,

Dan akan ada yang berjanji tak akan membuatmu jatuh, mati pelan-pelan...

-nindiel-

Perkiraan awal Tara sangat benar tanpa meleset sedikitpun. Devika benar-benar bisa menjadi teman yang baik. Iya, kemanapun mereka selalu bersama. Meskipun terlalu banyak beda diantara mereka tapi berbeda itu adalah hal yang istimewa dan sama adalah hal yang biasa.

Rendy :

Ra, selesai jam berapa? Ikut gue yuk. Gue mau ngomong.

Ada pesan masuk di handphone Tara. Dari Rendy rupanya. Dia sukses membuat Tara mengerutkan dahi karena bingung. Sejak pertemuan di bandara waktu itu dan sampai hari ini, tepat satu bulan Tara kuliah, mereka tidak pernah bertemu sama sekali. Rupanya pembicaraan masalah Regi waktu itu berhasil membuat jarak antara Tara dengan Rendy. Tapi selebar apapun jaraknya,baik Tara ataupun Rendy sama-sama tau, mereka akan kembali seperti semula seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Semua karena terlalu seringnya mereka berselisih paham. Sekali lagi, Tara keras kepala pada orang yang dianggapnya dekat dengan dia. Dan Rendy memaklumi itu. Menjauh dan tidak menghubungi Tara untuk beberapa waktu adalah cara dia mengalah.

Sebelum Tara membalas pesan dari sahabatnya itu, Rendy lebih dulu menelfon. Dan sekali lagi, Rendy tidak akan susah-susah menelfon jika itu tidak penting. Iya, Rendy adalah sahabatnya paling cuek tapi paling peduli sekaligus paling mengerti. Kecuali tentang Regi, tolong digaris bawahi, kecuali tentang Regi. Tarapun bingung kenapa Rendy tak pernah mau mengerti akan satu hal itu.

"baru mau gue bales. Elo udah nelfon duluan. Ada apaan? Kok kayaknya penting banget?". Tanya Tara mulai penasaran.

"ada yang mau gue omongin Ra. Udah kan ujiannya? Free kan?". Tanya Rendy tanpa jeda, sepertinya memang penting apa yang mau dia omongin.

"masalah?". Tara malah balik bertanya. Dia hanya tidak mau jika pertemuannya dengan Rendy kali ini kembali mengorek luka lamanya. Sungguh dia capek bertengkar hanya karena masalah yang sama dengan orang yang sama.

"gue gak bisa bilang. Gue jemput lo dikampus ya bentar lagi".

Lagi-lagi tanpa aba-aba Rendy menutup telfon tiba-tiba. Selalu begitu. Tapi begitulah Rendy, kadang Tara sempat berpikir jika Rendy punya kemampuan lebih dari orang biasaya. Dia selalu bisa tau Tara sibuk atau enggak. Contohnya seperti saat ini, tanpa bertanya Tara ada waktu atau tidak tiba-tiba saja dia langsung berangkat menjemput Tara.

*****

Surabaya, 16:15

Di sebuah tempat wisata yang lebih mirip dengan taman kota. Tara bisa melihat matahari merangkak kembali ke peraduan. Ada bias ungu diantara merah dan jingga yang berpadu satu. Saat-saat yang paling Tara suka, senja. Karena senja langit tetap indah walaupun berganti gelap gulita. Senja, entah kenapa Tara selalu jatuh cinta pada senja. Perlahan bias itu berubah warna, mulai meredup digantikan gelap yang lebih lama.

"Ra, gue mohon kali ini aja, lo dengerin gue ngomong sampek selesai, tanpa ada marah-marah kayak kemaren lagi. Oh ya, masalah kemaren gue minta maaf. Gue salah, gue ngomongin hal yang gak lo suka pada saat yang gak tepat". Ucap Rendy tambah membuat Tara penasaran, sebenarnya apa yang mau Rendy bicarakan sampai mengajaknya ketempat seperti ini.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang