20

11K 189 2
                                    

Author's POV

DUG!!

"Kalau saja kau mengizinkanku untuk memukulnya, saat itu juga aku pasti akan menghajarnya." Kata Yogi dengan menggebrakkan meja.

"Sudahlah, jangan berlebihan." Sanggah Puspita.

"Setelah aku pergi, dia berbuat apa?" Tanya Baby dengan mengarsir gambarannya dari semalam. Dia tersenyum menatap gambarannya. Dia berusaha bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Puspita dan Yogi menatap ke arahnya. "Kenapa kau jadi seperti ini?" Tanya Yogi.

"Tidak seperti biasanya kau ingin tahu tentangnya. Ada apa?" Baby menatap Puspita. Ia juga tidak mengerti mengapa dirinya menjadi seperti ini. Baby hanya mengangkat bahunya.

"Sudahlah, lupakan saja. Lagi pula, itu tidak penting." Kata Baby membuat kedua sahabatnya bertanya-tanya.

"Ada apa denganmu?" Tanya Puspita.

"Memangnya kenapa?" Yogi bertanya kembali. Kali ini ia tidak sepaham dengan Puspita. Gadis berambut sebahu itu mengalihkan pandangannya dari Yogi. Ia menatap Baby yang sibuk dengan dunianya sendiri.

"Aku melihatnya seperti ada yang berbeda."

Baby menghela nafasnya. Meletakkan pensilnya dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia menatap kedua temannya dengan tatapan aneh.

"Aku sendiri juga tidak tahu. Puspita benar, aku merasakan ada yang aneh dari diriku."

"Ada apa?" Tanya Yogi. Baby mengangkat bahunya tak tahu.

"Aku sholat duhur dulu ya. Kelasmu masih jamkos kan, Dog? Kau temani Puspita di sini ya." Pamit Baby.

"Baiklah."

Baby pergi meninggalkan kedua sahabatnya untuk sholat. Puspita sedang berhalangan, sedangkan Yogi berbeda iman dengan mereka.

***

"Sudahlah, lebih enak di sini. Ngapain juga nurutin guru berkaca mata itu." Kata lelaki berkaca mata. Dia memukul bahu temannya saat ia melihat gadis yang tak asing di matanya.

"Lihatlah." Katanya. Mata Farid tertuju pada gadis berambut ikal yang memasuki masjid sekolahnya.

"Istri idaman." Sahut Adit yang mendapatkan pitingan dari Farid.

"Dia milikku. Jaga pandanganmu!" Katanya dengan melepas pitingannya.

"Lihat temanmu, belum jadi pacarnya saja sudah posesif sekali." Dimas melipatkan tangannya di depan dada dengan bersandar di tembok.

"Yang benar istri." Balas Adit dengan memijit lehernya yang sakit. Farid hanya menatap gadis yang membasahi wajah dan anggota tubuh lainnya dari jauh. Seulas senyum tercipta di sana.

"Ayo."

Farid menepuk bahu kedua temannya kemudian berjalan mendahului mereka menuju masjid sekolah. Ia terduduk dan mencoba melepas sepatu sekolahnya. Setelah itu, ia hendak mengambil wudhu, mensucikan diri dari hadas kecil maupun besar.

Dimas dan Adit saling berpandangan. Masih dengan posisi yang sama. Mereka takjub melihatnya. Untuk pertama kali, mereka melihat Farid menunaikan sholat. Apakah cinta membuatnya berubah menjadi demikian? Merubahnya dalam hal kebaikan? Merubahnya semakin maju mendekat sang pencipta? Dimas dan Adit tersenyum dan mendekat ke temannya itu. Melakukan hal yang sama dengan Farid.

Kawin Kontrak? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang