12

5.3K 129 0
                                    

Author's POV

Wanita paruh baya itu menggerakkan mesin jahitnya. Kakinya bergerak di bawah mesin jahit itu. Tangan kirinya memposisikan kain dengan jarum di mesin jahit dengan benar agar tidak melakukan kesalahan dalam menjahit. Tangan kanannya senantiasa memutar roda bagian atas mesin jahit. Kacamatanya sering melorot di batang hidungnya. Namun, hal itu tidak membuatnya menyerah dengan pekerjaannya.

"Assalamualaikum."

Putrinya datang dengan mengucapkan salam. Wanita itu tetap fokus dengan pekerjaannya. Menaikkan kacamatanya yang melorot.

"Bu." Panggil putrinya. Wanita itu menoleh menatap sang buah hati.

"Kau sudah pulang? Kenapa tidak salam?" Tanyanya dengan melanjutkan menjahit.

Gadis berambut ikal itu meletakkan tas sekolahnya di kursi. Ia merebahkan tubuhnya di sana.

"Aku sudah salam. Mungkin ibu yang tidak mendengarnya."

"Benarkah?" Baby mengangguk.

"Waalaikumussalam." Jawab ibunya.

Baby memejamkan matanya. Hari ini ia merasa lelah. Mungkin merebahkan tubuhnya di kursi sebentar dapat menyembuhkan rasa lelahnya.

"Kau kenapa? Sakit?" Tanya Dewi yang masih mengerjakan jahitannya.

"Tidak, Bu. Hanya lelah saja."

Dewi menatap jam yang menempel di dinding rumahnya. Jam menunjukkan pukul 17.00.

"Kau lelah karena pulang berjalan kaki?"

"Tidak." Jawab Baby dengan masih memejamkan matanya.

"Lalu? Kau pulang naik apa? Bukannya jam segini angkot sudah tidak ada?"

Baby menghela nafasnya. Ia malas membahas ini. Tapi bagaimana pun juga, ibunya menanyakannya.

"Diantar Farid." Jawab Baby dengan bangun dari tidurnya. Ia meregangkan otot-ototnya.

"Syukurlah." Kata Dewi.

Tidak ada perbincangan kembali di antara ibu dan anak ini. Mereka saling diam dan sibuk dengan dunianya sendiri.

"Aku bingung, Bu. Waktu itu Farid datang tiba-tiba. Dia memberikan kesan aneh padaku. Kemudian, beberapa hari lalu dia menghilang. Dan hari ini dia juga datang dengan tiba-tiba. Aku tidak habis pikir dengan lelaki aneh itu." Jelas Baby. Ia mengambil segelas air minum untuk membasahi kerongkongannya yang kering. Suara mesin jahit menghiasi rumah mereka.

"Alhamdulillah, kau sudah bisa menyebut namanya dengan benar." Sahut Dewi dengan tersenyum.

Baby terdiam. Dia memikirkan perkataan ibunya. Memangnya selama ini aku bagaimana dengannya? Pikir Baby. Ia melanjutkan meneguk minuman yang ia pegang.

"Sepertinya dia menyukaimu."

Uhuk .. uhuk ..

"Apa maksud ibu?" Tanya Baby dengan menepuk dadanya. Ia tersedak air yang ia minum.

"Pelan-pelan kalau minum, Nak." Kata Dewi memperingati putrinya. Baby kembali meminum air putih yang ia pegang. Meneguknya hingga habis.

"Perkataan ibu. Astaghfirullah."

"Ibu mengatakan apa yang ibu lihat."

"Memangnya ibu lihat apa?"

"Farid menyukaimu."

Baby mendelik mendengarnya. Menepuk jidatnya kemudian ia kembali ke kursi dan mengambil tasnya.

"Ibu jangan berpikir macam-macam! Aku ke kamar." Kata Baby dengan berlari.

Kawin Kontrak? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang