[Keduapuluhlima]

26.2K 1.1K 149
                                    

Dua hari sudah Ara kembali tinggal di Indonesia, lebih tepatnya tinggal bersama kedua orang tuanya di rumah orang tuanya.
Mungkin Ara memang tidak ingin jika Alex berada di dekatnya, tetapi sesuai dengan yang ia setujui bahwa Alex akan berusaha untuk mendapatkan kembali kepercayaanya dengan terpaksa Ara harus membiarkanya tinggal disampingnya.

Hanya saja kita tidak tahu lebih cepat mana antara perjuangan Alex dan surat perpisahan gugatan cerai yang sudah Ara urus secara diam-diam. Ini memang sulit baginya, rasa sayangnya dan rasa cintanya berteriak untuk memeluk Alex dan mengatakan bahwa ia tidak akan meninggalkannya tapi logika, rasa sakit dan rasa kecewa dengan lantang membawa mulutnya untuk pergi dan meninggalkan lelaki yang masih belum menjadi pria sejati itu.

"Baik nona apa anda sudah siap?" tanya seseorang yang memang sengaja di datangkan untuk melakukan terapi jalan pada Ara selain dari melakukan terapi dengan alat-alat medis di rumah sakit, Alex juga menyewa seorang ahli dengan metode lainya.

Kenapa Alex ingin sekali Ara cepat sembuh padahal dalam perjanjian dinyatakan, bahwa ia akan berusaha untuk mendapatkan kepercayaan Ara setidaknya selama ia melakukan pengobatan, mungkin bagi orang lain ia akan sengaja memperlambat kesembuhan Ara hanya untuk memperbesar kesempatannya, tetapi itu semua tidak berlaku bagi Alex, perihal Ara memaafkan atau tidak ia percaya bahwa cinta akan mengatur segala yang terbaik untuk hatinya. Yang ada dipikiranya hanya kesembuhan Ara, jika wanitanya itu menderita maka ia yang akan lebih tersiksa.

"Bagaimana nona?" ulangnya bertanya karena setelah kejadian itu Ara menjadi lebih banyak menghabiskan waktu untuk melamunkan suatu hal yang memang sudah tidak bisa dikembalikan, yaitu calon bayinya yang baru ia ketahui beberapa jam sebelum ia kehilangan.

Ara menganggukan kepalanya mengiakan.

"Emh..Nak Reval jika membutuhkan sesuatu bisa langsung minta saja sama Bi Dijah atau Inah di belakang," ucap Riana pada ahli tersebut.

"Baik Bu terimakasih..."

"Ara sayang, Mamah keluar dulu yah sebentar kamu yang semangat latihannya biar cepet bisa jalan lagi..." Riana mengusap wajah putri bungsunya itu dengan lembut kemudian berlalu membiarkan Ara belajar dengan terapisnya.

Dengan perlahan terapis tersebut mendorong kursi roda yang Ara duduki menuju kolam renang belakang rumah, selama itu ia memperkenalkan diri agar Ara bisa nyaman berkonsultasi denganya perihal perkembangan atau hambatan yang di rasakannya.

"Nama saya Reval prasetya, panggil saya nama supaya Nona bisa leluasa untuk berkonsultasi dengan saya." ucapnya memperkenalkan diri.

Ara hanya menganggukkan kepalanya tanpa ekspresi, "Panggil saya Ara, saya pasien bukan majikan..." sahut Ara.

Kemudian datanglah Bi Dijah membawakan dua gelas jus mangga yang satu memakai Es dan yang satu tanpa Es sudah dipastikan itu untuk Ara.

"Baik, kita mulai saja." pekik orang yang memperkenalkan diri sebagai Reval tersebut.

Ia membantu Ara untuk turun dari kursi rodanya dan mendudukkanya tepat di tepi kolam renang. Setelahnya ia masuk ke dalam kolam tersebut.

"Bi Dijah, tolong kursi rodanya di kepinggirkan..." pintanya pada Bi Dijah yang memang diminta Riana untuk menemani proses pelatihan kaki putri bungsunya itu.

"Baiklah... permisi," ucap Reval meminta izin agar ia bisa mengangkat tubuh Ara dan membawanya masuk ke dalam air.

Dengan perasaan takut Ara memegang bahu pria di hadapannya itu dengan erat, ia tidak bisa berenang dan sekarang di tambah kakinya yang tidak terlalu kuat untuk menopang tubuhnya sendiri membuatnya semakin takut berada di dekat air.

Alexio Derald(Possessive Husband)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang