Keesokan paginya sesuai dengan janjinya, Alex sudah menceritakan bagaimana keadaan ibunya yang saat ini sedang jatuh sakit. Jujur saja saat mendengar alasan Janine sakit, Ara terlihat merasa bersalah karena ibu mertuanya itu jatuh sakit ketika mendengar kabar yang tidak mengenakan dari pernikahan Putra semata wayangnya.
Hari ini Alex tidak pergi bekerja, ia memutuskan untuk mengajak Ara jalan-jalan dan mengingat setiap momen manis mereka dengan harapan akan membuat Ara kembali bahagia di dalam pelukanya.
"Cari udara segar yuk!" ajak Alex semangat, ia berdiri di atas kedua lututnya agar sejajar dengan tubuh Ara yang tengah duduk dikursi roda.
Ara menggelengkan kepalanya perlahan.
"Kenapa heum?" tanya Alex sembari mendorong kursi roda Ara keluar rumah.
"Raman tolong siapkan mobil!" pinta Alex pada supir pribadi yang akan siap bekerja jika memang diminta.
"Baik tuan,"
Saat mobil sudah siap, Alex mengambil alih kuncinya dan hendak membantu Ara untuk masuk ke dalam mobil.
Ara menahan lengan Alex yang hendak memangku tubuhnya.
"Iya?"
Ara menundukan kepalanya membuat Alex khawatir, "Kamu kenapa Ra?" tanya Alex lembut seraya mengangkat dagu Ara agar mau memperlihatkan wajahnya.
"Kamu gak malu bawa orang lumpuh kayak aku keluar?" cicit Ara bertanya.
Dengan cepat Alex menggelengkan kepalanya dan langsung memangku tubuh Ara kemudian mendudukanya tepat dikursi samping kemudi.
"Kenapa harus malu, kamu istri aku..."
"Kamu masih yakin kalo aku ini akan tetap jadi istri kamu?"
Alex mengangguk pasti dan menutup pintu sisi Ara, kemudian Alex berjalan kesisi kemudi untuk menjalankan mobilnya.
"Kemana kita sekarang?" tanya Alex.
Dengan kecepatan normal akhirnya Alex pun menjalankan mobilnya keluar dari halaman rumah orang tua Ara yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan rumah keluarga Derald.
Di sepanjang perjalanan, Ara hanya menatap jalanan yang padat tanpa menanggapi setiap candaan dan ocehan yang Alex lontarkan hanya untuk menghiburnya. Jujur saja sejak Ara mengalami kelumpuhan, ia menjadi jarang sekali mau untuk di ajak keluar atau bahkan menemui tamu yang ingin menjenguknya.
Pernah suatu hari Alex memintanya untuk menemui seseorang yang ingin menjenguknya, namun Ara menolaknya dengan tegas "buat apa aku nemuin mereka? supaya aku bisa melihat bagaimana mereka mentertawakanku? indah sekali bukan Lex?" Ya, Ara mungkin tidak menangis dan terlihat biasa saja, tapi dibalik itu semua Ara merasakan yang namanya sebuah keputus asaan.
Alex mengusap rambut Ara perlahan dan sesekali meliriknya sebelum fokus kembali pada jalanan.
"Don't be like this, please... " ucap Alex memohon agar Ara mau tersenyum saat bersamanya, ia merasa sangat gagal jika harus melihat Ara yang masih diam dan melamun seperti ini. Itu terlalu menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexio Derald(Possessive Husband)
أدب المراهقين"Jangan pernah ada lelaki lain diantara aku sama kamu kecuali Ayah, kakak dan anak kita nanti." Ucapnya yang membuatku tak habis pikir. "Aku ngerti," pasrahku. [Move to Dreame] ••• Setelah menikah Ara berharap bahkan sudah berpikiran bahwa Alex ti...