[Ketigapuluhempat]

27.1K 1.1K 115
                                    

Waktu begitu cepat berlalu namun keadaan masih tetap sama. Ara masih belum mengandung juga, tetapi itu semua tidak menjadi tolak ukur kasih sayang dan cinta diantara keduanya.

"Papah ayo sarapan dulu!" ajak Ara pada Ayah mertuanya yang baru saja sampai setelah beberapa lama tak pernah berkunjung.

"Sayang tolong ambilin minum dong!" pinta Alex dan dengan senang hati Ara pun mengambilkanya.

Setelahnya Ara beralih pada Ayah mertuanya, "Papah mau sarapan apa? maaf tadi Ara cuma minta masak ini doang." ucapnya membuat sang Ayah mertua tersenyum dengan sebuah anggukan kepala.

"Gak pa-pa, Papah makan ini aja." sahut Ferry pada menantu manisnya itu.

Hening. Tak ada suara satupun karena masing-masing terfokus pada sarapan dan pikiran yang jelas berbeda-beda kesibukan.

"Alex, Papah tunggu di kantor ada yang mau Papah bicarakan!" ujar Ferry meninggalkan meja makan.

"Sayang kamu gak pa-pakan sendiri dirumah? nanti kalo bosen kamu dateng aja ke kantor, jangan pergi ke tempat yang gak jelas apalagi sama cowok!" ucap Alex sembari membereskan tas kerjanya dan kemudian berlalu menyusul sang Ayah, tak lupa mengecup kening Ara singkat.

Ara yang benar-benar tidak memiliki kegiatanpun bingung harus melakukan apa ketika Alex pergi bekerja, sampai akhirnya ia memutuskan untuk pergi menemui Orang tuanya yang memang sudah lama tak bertemu denganya.

Ara pun mulai berdiri dan berlalu meninggalkan meja makan, tak lupa meminta Dina yang sudah kembali bekerja untuk membereskan meja makan. Syukur saja dirinya sudah bisa berjalan jadi ia bisa melakukan kegiatan untuk menghilangkan rasa bosanya dibandingkan harus terus duduk diatas sebuah kursi roda, walaupun masih belum kuat untuk berlari setidaknya ia sudah bisa berjalan meskipun sedikit terasa ngilu di awal.

"Awsssh..." ringisnya saat rasa pening kembali mengahampiri untuk kesekian kalinya. Obat yang dokter berikan pun sudah hampir habis, bahkan setelah terapi kakinya selesai ia tidak melakukan cek kembali pada bagian kepalanya.

"Okay Ra, daripada penasaran sama apa yang ada dikepala lebih baik sekarang kita kerumah sakit dan memeriksa semuanya..." gumamnya dalam hati.

Sedangkan disisi lain terlihat Alex yang masih fokus menyetir mengikuti mobil Ayahnya yang melaju lebih dahulu. Pikiranya masih menebak-nebak hal apa yang akan Ayahnya sampaikan.

Alex semakin dibuat heran ketika Ayahnya berbelok ke arah kanan bukan ke arah kiri padahal letak kantor yang Alex pegang harus mengambil belokan ke arah kiri, tetapi Alex tidak ambil pusing, ia terus mengikuti mobil Ayahnya itu.

Saking fokusnya sampai akhirnya Alex menghentikan laju mobilnya sama seperti yang Ayahnya lakukan. Dirinya tak sadar hingga pada saat keluar dari dalam mobil, Alex kembali mengernyit heran pasalnya kini mereka berada tepat didepan rumah Ara, istrinya.

"Pah kok kita ke rumah Mamah Riana?" heran Alex bertanya.

"Jangan banyak tanya, kita masuk sekarang!"

Akhirnya tanpa banyak membantah Alex pun mengekori langkah sang Ayah.

Entah karena sudah membuat janji atau karena apa Alex pun tak tahu, tetapi baru saja mereka berdua sampai di depan pintu seorang asisten rumah tangga sudah membukakan pintu dan mempersilahkan keduanya masuk.

"Raihan, gimana kabar kalian?" sapa Ferry bertanya kabar pada Ayah mertua dari putranya itu.

Alex menyalami Ayah dan Ibu mertuanya bergantian.

Alexio Derald(Possessive Husband)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang