Aku menatap dari sela kerumunan berpakaian rapi pada sekelompok orang yang larut dalam topik, pesta yang ramai, taman belakang keluarga yang berubah seperti background pertunjukan opera. Ibu di sampingku, tersenyum manis sebelum kembali larut dalam tumpukan susunan acara. Ibuku... ibuku... selalu saja menginginkan hal sempurna. Aku belum pernah sekalipun melihatnya nampak santai jika di dalam suatu pesta, entahlah, tak nyaman jelas bukan jawabannya, tetapi ya, dia suka kesempurnaanㅡhal yang sering ditekankan di keluarga Jung.
Sudah jadi kebiasaan Kakek, mengadakan acara amal tahunan di setiap sebulan setelah ulang tahunnya. Apa yang beliau sebut, ah iya, mengerjakan kebaikan setelah perayaan kelahiran itu adalah wujud syukur. Aku sih senang-senang saja untuk acara amal, tetapi tentang pesta, itu bukanlah seperti kesenanganku.
Jungkook jelas, lebih tidak suka, apalagi ketika mata kami saling bertemu, dari sorotnya jelas dia memberitahu bahwa tidak ingin terlibat omongan bisnis dengan para petinggi perusahaan. Seingatku, sesampainya kami ke mari, ada sedikit sambutan berupa pelukan hangat dari keluarga, lalu bertemu kedua orang tua Jungkook, dan setelahnya kami berpisah. Aku memilih menghampiri Chanwoo dan Jungkook berakhir diajak Ayah beserta ayahnya menuju para pembisnis.
"Kau terlihat kesepian." Jungkook berbisik pelan di telingaku, membuatku takjub dan tersadar dari lamunan.
"Aku yang kesepian atau kau yang kebosanan, Tuan Jeon?" Aku memberinya senyuman termanisku. Dia menyeringai dan dalam sekali gerakan cepat, menarik sebuat kursi di sebelahku.
"Hindari duduk sendirian, *Miss.* Aku tak mau kau diganggu pria lain."
"Terimakasih atas altruisme-mu, Jeon."
"Dengan senang hati, dan aku bukan seseorang yang berusaha mementingkan kepentingan orang lain. Jika kau diganggu pria lain jelas itu membuat tugasku malam ini bertambah." Dia mengakat alis, matanya berbinar penuh kegembiraan, dan aku terkekeh pelan. "Jelas sekali kau sedang merencanakannya."
"Di sini kau mesti menggaris bawahi dua hal, pertama tadi aku bersama Ibu, jelas artinya aku tadi tidak sendiri. Kedua, kau tidak lupakan aku sudah mengikuti kelas Taekwondo jadi tidak ada yang bisa macam-macam denganku." Aku bersidekap, memancarkan aura kepercayaan diri.
"Jadi kau kuat sekarang?" Dia mencibir.
Aku mengangguk. Jelas, aku sudah hampir setahun mengikuti kelas bela diri, setidaknya aku bisa menjaga diri sendiri. Tetapi bagi Jungkook, nampaknya berbeda, dari gerak-geriknya, pasti ada sesuatu yang direncarakan. Aku hanya tidak tahu saja.
"Baiklah, jika begini bagaimana?" Nada itu memang terdengar mengacam, dan ketika satu tarikan kuat di pingangku, ini memang menjadi bencana. "Jadi bisakah kau membebaskan diri dariku sekarang, Miss?"
Jeon Jungkook, itu menyebalkan. Tubuh pria itu selain dipenuhi otot, juga dipenuhi hal konyol, dan akulah korban terparahnya. Bagaimana bisa pria berpendidikan, mendudukan seorang gadis di pangkuannya saat sedang berada di tengah pesta amal. Ini gila. Jika besok, perbuatan ini masuk ke dalam berita utama di Seoul Times aku benar-benar akan menguliti pria itu hidup-hidup, awas saja.
"Lepaskan, Jeon Jungkook." Ini benar-benar tidak baik dan pria itu tetap kekeh memeluk erat pinggangku. "Aku akan teriak jika kau tidak melepaskan!"
"Lakukan," ucapnya tanpa suara padaku, matanya menggelap.
Oh, my. Tatapan matanya padaku, jelas merupakan salah satu penyebab pemanasan global. Aku mengangkat gelas anggurku, meneguk isinya yang setengah penuh dengan sekali teguk. Awas kau Jeon.
"Berhentilah mengatakan kau kuat, Yein. Kau wanita, dan jika lawanmu lelaki jelas itu masalah," jelasnya. "Jadi, jangan lakukan hal berbahaya, mengerti?" Ia terlihat riang dan sangat seksi. Bagaimana bisa aku mengatakan tidak?

KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping Beauty (JJK-JYI)
Fanfic[[Snow White Book 2]] Hidup Yein nyatanya tidak akan pernah lepas dari Jungkook. Sempat lepas kontak sekitar beberapa bulan, akhirnya mereka kembali di pertemukan di kampus dan juga apartemen yang sama pula. Lepas dari perjodohan tak menyenangkan de...