'sampai kapan aku sanggup?'
'sampai kapan aku sanggup?'
'sampai kapan aku sanggup?'
Berulang kali ku tanyakan pada diriku sendiri, sampai kapan aku sanggup menjalani kehidupan seperti ini? Setiap hari hanya berjalan diantara pakaian, makan siang dengan roti isi dan jus, tidur di ruangan sempit yang tidak bisa disebut apartemen. Tokyo, tempat para orang orang berhasil. Katanya. Bukan kataku.
"haaah" ku hela nafasku melawan kencangnya angin malam ini.
Langit begitu kosong, tidak ada bintang atau bulan hanya beberapa awan kelabu. Terdengar sirine mobil polisi yang semakin lama menghilang. Tidak ada orang bercengkrama, benar benar hanya ada angin. Ku ayunkan kakiku yang sesekali tumitnya mengantap tembok sehingga bersuara 'dug'. Jujur saja duduk disini membuatku sedikit ketakutan akan kematian namun aku juga takut pada hidup.
"lagi lagi kamu merenung disini Yui-chan" suara lelaki yang setiap hari ku temui tanpa alasan.
"a~ Yamato-san" tanpa menoleh dan masih dengan ayunan kaki.
"kamu harus mencari gedung yang lebih tinggi jika ketakutan mati dengan rasa sakit" ia kemudian duduk disebelahku.
"bukan, bukan itu alasan kenapa aku selalu duduk disini jika muak dengan semuanya" aku perlahan menatapnya.
"lalu?" dengan tatapan lurus kedepan.
"aku ingin membunuh seseorang yang setiap hari kerjaannya hanya membuntutiku. Yamato-san, apa kamu tidak capek mengikutiku bertahun tahun?" aku berdiri dan mulai berjalan ke arah pintu masuk.
"oi Yui-chan, aku hanya tidak tau kemana aku akan pergi. Hanya kamu yang bisa melihat dan berbicara denganku" ia kembali berjalan menyusul dan membuntutiku.
Yamato Rika, entah dia pria atau laki laki. Sudah 2 tahun sejak pertama kali tatapan kami berpapasan di atas rooftop gedung ini. Sejak saat itu ia selalu datang dan berbicara seolah kita benar-benar akrab. Aku tidak tau dia hantu atau apa, hanya saja aku sadar bahwa hanya aku yang mampu melihat dan berbicara dengannya. Mungkin hidupnya jauh lebih rumit dariku karna dia tidak tau siapa dirinya dan mengapa dia bisa menjadi seperti ini. Dia korban kecelakaan, mati bunuh diri atau dibunuh aku tidak tau.
Biasanya sepulang kerja aku langsung pulang dan mampir ke kedai Takoyaki dekat apartemen. Kadang Yamato mengikutiku kadang dia entah dimana. Kami sudah bercerita banyak hal dan membicarakan banyak hal. Pada awal pertemuan kami, aku merasa bahwa dia adalah manusia sama sepertiku, tapi aku menyadarinya ketika ada seseorang bertanya padaku.
"kamu berbicara sama siapa?"
Sejak saat itu aku sadar bahwa Yamato bukanlah manusia dan aku mulai menahan untuk tidak berbicara dengannya saat ditempat umum. Orang lain selalu melihatku aneh saat di café atau tempat makan karna aku selalu memesan 2 porsi per menu padahal aku datang seorang diri. Namun lama kelamaan pandangan mereka terhadapku membuatku terbiasa dan melakukannya dengan nyaman sekarang.
Aku berencana mengajukan cuti untuk beberapa hari, bukan untuk liburan tapi hanya untuk bermalas-malasan. Aku sepertinya sudah sangat lelah bekerja dan berfikir seperti ini.
"Yui-chan...." Yamato berbisik di telingaku membuatku terperanjat terkejut.
"Yamato-san!"
"jangan marah, keriputmu sudah bermunculan tuh" seperti biasa dia selalu bercanda dan mengejekku seolah aku oba-san yang menyebalkan.
"malam ini tidur di lantai ya" ucapku sambil meletakkan mangkuk berisi potongan pir dan secangkir kopi.
"ehehe, padahal malam ini aku punya dongeng baru" Yamato duduk dan menyantap pir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan -kisah-
Short StorySekarang aku bercerita tentang beberapa kisah cinta. Ada kisah cinta yang begitu sulit dan ada juga yang begitu mudah. Berakhir tragis dan bahagia. Beberapa cerita disini adalah kisah yang pernah ku mimpikan. Aku berharap kisah kisah yang ku tuang...